Thursday, November 12, 2009

I'm A Loser...

Ayat bacaan: 1 Korintus 10:10
======================
"Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut."

loser, pecundang"I'm such a loser.. my life sucks.." kata seorang teman pada suatu hari. Setelah berbincang-bincang dengannya, ternyata masalahnya sepele saja. Tidak ada sesuatu yang begitu berat sehingga dia pantas untuk merasa sebagai pecundang, apalagi merasa bahwa hidupnya mengecewakan. Ada banyak di antara kita yang cenderung memanjakan perasaan negatif ketimbang mengisi diri kita dengan hal-hal yang positif. Kita seolah terbuai dan terus terbenam menikmati kenegatifan diri kita, lebih memilih untuk menikmati rasa sakit yang padahal sama sekali tidak menyenangkan daripada menggantikan itu semua dengan memandang segala sesuatu yang telah Tuhan berikan bagi kita. Tidak heran yang keluar hanyalah sungut-sungut, keluhan, tangisan dan sebagainya, karena hanya itu yang memenuhi hati dan pikiran kita. Buah mangga datang dari pohon mangga, tidak akan pernah dari pohon apel. Demikian pula buah sungut-sungut akan keluar dari hati yang berakar kuat pada kenegatifan, tidak akan pernah keluar dari hati yang memandang Tuhan. Mengasihani diri berlebihan, merasa kita orang termalang di dunia, merasa bahwa inilah akhir dari hidup, menganggap bahwa kita tidak akan pernah merasa bahagia, bukanlah sesuatu yang diinginkan Tuhan untuk memenuhi perasaan hati anak-anakNya.

Bersungut-sungut alias mengeluh tidaklah asing lagi bagi bangsa Israel pada jaman dahulu. Betapa kasihannya Musa ketika harus setiap hari mendengarkan berbagai keluhan, sindiran, cercaan dari bangsa "tegar tengkuk" ini selama puluhan tahun. Dalam perjalanan menuju tanah terjanji Kanaan mereka terus mengeluh mengenai berbagai hal. "Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini." (Keluaran 14:12). "ah, kalau tahu begini, mending tetap tinggal di tanah terjajah..lebih baik jadi budak deh. Untuk apa kamu bawa kami menderita seperti ini?" seperti itulah kira-kira salah satu bentuk keluhan mereka. Mereka fokus kepada sisi yang salah, kepada masalah dan bukan kepada apa yang menjadi janji Tuhan. Mereka lupa bahwa jika Tuhan yang berkehendak, Dia pula yang akan menyediakan. Perjalanan di padang gurun yang sudah panas semakin bertambah panas saja oleh sikap mereka yang terus protes. Demikian pula soal makan yang dicatat dalam Bilangan 11. Mereka mengeluh tidak bisa makan daging, mungkin ditambah buah-buahan, steak, ikan, ayam dan sebagainya. Itu mereka anggap jauh lebih nikmat ketimbang manna yang disediakan Tuhan secara langsung dari singgasanaNya di Surga. Tiang awan, tiang api, membelah Laut Teberau dan sebagainya, tidakkah itu mukjizat luar biasa yang mengharukan? Mengapa masih juga sulit untuk mengucap syukur? Bayangkan, sudah disediakan Tuhan langsung tapi tidak juga bisa bersyukur dan masih menuntut lebih? Jika kita saat ini geleng-geleng kepala melihat sejarah bangsa Israel, tidakkah hari ini kita pun masih demikian?

Mengarahkan fokus ke sudut yang salah akan membentuk kita menjadi umat Tuhan yang salah pula. Semakin lama kita akan semakin sulit melihat sesuatu yang baik, sebaliknya akan semakin pintar mencari kekurangan dalam hidup kita. Tidak itu saja, kita pun akan semakin iri melihat orang lain, dan selalu membandingkannya dengan diri kita. Padahal Tuhan jelas telah banyak memberikan kita anugerah dan berkatNya yang selalu baru setiap pagi. Apa yang terjadi pada bangsa Israel pada waktu itu sesungguhnya jelas. Allah menjadi marah dan tidak satupun dari angkatan mula-mula yang akhirnya masuk ke tanah terjanji, kecuali Kaleb yang memang berbeda imannya dari orang Israel lainnya. Bersungut-sungut mungkin awalnya sepele, kita sering melakukannya sambil lalu, tapi lama-lama bisa berkembang serius bahkan merubah pola pikir kita hingga merusak citra diri kita. Paulus mengingatkan untuk belajar dari pengalaman bangsa Israel. "Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut." (1 Korintus 10:10). Hendaklah kita belajar dari pengalaman mereka dan menjadikannya sebagai peringatan. (ay 11). Sungguh bersungut-sungut ini merupakan produk yang merugikan bahkan mengerikan karena dapat menghancurkan kita berkeping-keping. Orang-orang dalam jangka waktu lama sudah terbuai dalam pikiran negatif dan hanya berkubang pada kekurangan atau masalah saja seringkali menjadi sulit untuk dipulihkan. Karenanya sebelum menjadi penyakit kronis, berubahlah dari sekarang. Yakobus pun mengingatkan hal ini: "Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu." (Yakobus 5:9). Selain merusak diri kita sendiri, menghancurkan citra diri kita, meluluhlantakkan percaya diri dan masa depan kita, di akhir kita pun akan mendapat hukuman. Bayangkan, sudah menderita di dunia masih juga ada hukuman yang menanti. Ini akan hadir jika kita memiliki gaya hidup bersungut-sungut, selalu iri pada keberhasilan orang lain dan terus mengasihani diri berlebihan. Apa untungnya jika demikian? Tidak ada bukan? Lalu untuk apa kita terus berlaku demikian?

Arahkanlah pandangan ke arah yang benar. Fokuslah kepada Tuhan, bukan kepada masalah. Lihat kunci Paulus dan rekan-rekan sepelayanannya dalam menghadapi tantangan yang tidak mudah. "Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal." (2 Korintus 4:18). Hal inilah yang membuat Paulus dan teman-teman tidak patah, tidak goyah, tidak iri kepada kenyamanan orang lain, tidak mengalami kehancuran dan masih terus mampu bersukacita dalam damai. Mengeluh dan bersungut-sungut sesungguhnya bisa membuat kita kehilangan damai sejahtera. Mengeluh dan bersungut-sungut akan membuat kita tidak mampu melihat berkat Tuhan, apalagi menikmati. Terlalu sibuk mengeluh pada hal-hal sepele dan kecil akan membuat kita buta akan hal-hal besar yang telah dan akan terus Tuhan sediakan bagi kita. Apakah hari ini anda masih disibuki oleh keluhan-keluhan seputar apa yang belum anda miliki ketimbang apa yang sudah anda miliki? Gantilah fokus ke arah yang benar, dan bersyukurlah untuk segala sesuatu yang telah Tuhan berikan bagi anda.

Bersungut-sungut selain merusak citra diri dan masa depan juga mengarah kepada hukuman dan kebinasaan

No comments:

Dua Ibu Janda dan Kemurahan Hatinya (8)

 (sambungan) Dua janda yang saya angkat menjadi contoh hari ini hendaknya mampu memberikan keteladanan nyata dalam hal memberi. Adakah yang ...