Ayat bacaan: Efesus 6:10
=====================
"Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya."
Anda kenal Hulk Hogan? Sosok populer bertubuh besar penuh otot ini rasanya tidak asing lagi bagi kita. Ia membina karirnya baik di dunia WWE (dulu WWF: World Wrestling Federation) dan juga sebagai aktor film. Bagi penggemar wrestling yang sudah menonton sejak tahun 80an pasti ingat Hogan pernah dijuluki pria terkuat di dunia, terutama setelah ia berhasil mengangkat dan membanting Andre The Giant, pegulat bertubuh super besar dengan berat lebih dari 300 kg pada pagelaran Wrestlemania III. Meski pada waktu itu dikatakan beberapa bagian otot Hogan sempat terkoyak akibat mengangkat beban seberat itu, tetap saja keberhasilan itu membuatnya dijuluki pria terkuat di seantero dunia.
Adalah kebanggaan besar bagi seorang pria jika ia diakui sebagai sosok yang kuat. Betapa kita para pria selalu membutuhkan suatu gambaran tentang kekuatan kita. Apakah di mata orang kita termasuk pria yang kuat atau tidak. Apakah dengan demikian kita semua harus membentuk otot-otot kita hingga membongkah seperti Hulk Hogan? Apakah agar diakui kuat kita harus menjadi pegulat, petinju dan sebagainya? Tentu tidak. Tapi kenyataannya ada begitu banyak pria yang menyalah-artikan defenisi mengenai kuat ini dengan terus memamerkan tenaganya, meski dengan cara yang salah. Mengancam orang lain, main pukul sembarangan, bahkan menjadi sosok monster di rumah. Mereka mengira bahwa dengan berlaku keras dan kasar di rumah mereka bisa mendapat pengakuan dari istri dan anak-anak mereka bahwa mereka adalah pria kuat. Mereka mengira bahwa jika istri dan anak gemetar ketakutan bahkan ketika mendengar suara langkah kaki saja, itu menunjukkan bahwa mereka berkuasa. Sesungguhnya tidaklah demikian yang dikatakan firman Tuhan. Pria yang kuat, menurut firman Tuhan, adalah pria yang mengerti akan kekuatan yang diberikan Allah kepadanya, dan tahu bagaimana mempergunakan itu, memaksimalkan seluruh potensi dan talenta yang telah diberikan Tuhan untuk menggenapi tujuan mengapa ia diciptakan. Pesan kepada jemaat Efesus diberikan Paulus berbunyi "..hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kuasa-Nya." (Efesus 6:10). Kuat yang sejati adalah kuat yang bernaung di dalam Tuhan dan dalam kuasaNya.
Jika itu yang menjadi hakekat kekuatan, maka jelas Yesus adalah sosok Pria terkuat yang pernah hadir di dunia. Lihatlah bahwa Yesus menjadi kuat bukan karena Dia memiliki otot baja, tapi justru karena Dia tahu bagaimana memenuhi semua kehendak Bapa. Yesus bukan sosok berangasan dan tukang pukul, hobi berperang dan membunuh, tapi justru sebaliknya Dia adalah sosok yang lembut hati dan penuh kasih. Ini pengertian kekuatan yang sungguh berbanding terbalik dengan apa yang dipercaya dunia. Pria memang memiliki suatu hasrat yang besar untuk membuktikan bahwa mereka memang kuat. Itu sudah menjadi sifat dasar semua pria. Semua itu memang diberikan Tuhan agar kita, para pria, memiliki kemampuan untuk memimpin, melindungi dan menyediakan. Sampai di titik ini tidak ada masalah. Yang jadi masalah adalah ketika hasrat para pria untuk membuktikan kekuatannya disalahartikan dan disalahgunakan, mengalami penyimpangan sehingga dieksploitasi iblis melalui berbagai sifat-sifat dosa yang melekat dalam tubuh manusia.
Kita para pria seringkali lupa mengenai alasan Tuhan memberikan kekuatan dalam diri kita. Kita lupa mencari tahu apa sebenarnya yang diinginkan Tuhan dalam kehidupan kita. Ada banyak dari kita yang kemudian keluar jalur dan mengambil posisi lain yang justru mengecewakan di mata Tuhan. Ambil contoh seorang pemimpin, yang diberi otoritas dan wewenang dalam memimpin dan memerintah. Tapi kemudian otoritas ini diselewengkan dan menjadikannya sebagai diktator. Padahal antara pemimpin dan diktator terdapat perbedaan yang sungguh nyata. Pemimpin mempunyai otoritas dan wewenang, tugas dan tanggungjawab, sedangkan diktator hanya memiliki kekuasaan padahal mereka sudah kehilangan kepercayaan, simpati dan dukungan dari yang mereka pimpin. Di rumah pun ada banyak pria yang bertindak seperti ini. Ketika seorang suami menampar istrinya dan berkata "Aku adalah pemimpin dalam rumah ini, kamu harus tunduk dan melakukan semua yang aku perintahkan", disana sang suami bukan lagi bertindak sebagai pemimpin melainkan diktator yang otoriter, yang sungguh sudah berada di luar otoritas yang diberikan Tuhan kepadanya. Perhatikan, jika seorang suami bertindak seperti itu, sebenarnya dia bukan menunjukkan kekuatannya, tetapi justru mengekspos kelemahannya sendiri di mata istri, anak dan semua orang yang mengetahuinya. Tidak ada yang pantas dibanggakan dengan sikap kasar seperti itu. Yesus tidak perlu menjadi tukang pukul untuk menjadi Pria kuat.Dia justru melakukannya lewat kasih dan kelemah lembutan.
Kepada para pria, hendaklah kita semua tahu bagaimana dan apa maksud Tuhan memberikan kekuatan kepada kita sebagai laki-laki. Daud mengatakan "Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN, Allah kita." (Mazmur 20:8). Orang lain boleh saja mendefenisikan kekuatan lewat otot, tenaga, kemampuan berkelahi dan sebagainya, tapi kita justru harus menyatakan kekuatan kita lewat iman, di dalam Tuhan. Dunia mungkin lebih mementingkan sosok kekuatan secara fisik, namun kita anak-anak Tuhan tidak boleh ikut terjebak seperti itu. Faktanya ada banyak pria yang memiliki otot yang sangat kuat, tapi mereka lemah dalam penguasaan diri, pemikiran, hati, disiplin dan tanggungjawab. Mereka kuat secara daging, tapi lemah secara jiwa dan roh. Kuat fisik tapi lemah rohani. Fungsi pria dikatakan demikian: "karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh." (Efesus 5:23). Anda dan saya para pria ditugaskan sebagai pemimpin, bukan diktator. Tugas kita sebagai kepala rumah tangga tidaklah ringan, karena itulah Tuhan membekali kita dengan kekuatan. Tidak saja kekuatan jasmani, tapi yang lebih penting adalah kekuatan iman untuk menjaga rumah tangga kita agar tetap dalam lindungan Tuhan. Hari-hari ini adalah jahat, orang jahat bertambah jahat, penuh tipuan, saling menyesatkan dan disesatkan, karena itulah kita harus memiliki kekuatan agar dapat melindungi keluarga kita dari ancaman apapun. Menjadi pria kuat berarti menjadi pria yang menyadari tugasnya sesuai yang digariskan Tuhan dan mampu memaksimalkan seluruh potensi untuk menggenapinya. Ini termasuk melindungi keluarga dan mengasihi mereka. Jangan lakukan kekerasan dalam rumah tangga, itu tidak akan pernah membuktikan anda kuat. Firman Tuhan berkata : "Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan." (Kolose 3:14). Let us all be strong in the Lord, let's draw our stength from Him.
Pertanggungjawabkanlah kekuatan yang diberikan Tuhan kepada kita dengan mengasihi dan melindungi keluarga kita
Thursday, November 26, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kacang Lupa Kulit (5)
(sambungan) Kapok kah mereka? Ternyata tidak. Bukan sekali dua kali bangsa ini melupakan Tuhannya. Kita melihat dalam banyak kesempatan mer...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment