Wednesday, November 11, 2009

Hati Yang Murni

Ayat bacaan: Matius 5:8
====================
"Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah."

hati yang tulus, murni, suciApa yang ada di dalam hati kita ketika kita mengulurkan tangan kita untuk membantu orang-orang yang kekurangan, ketika kita melayani Tuhan dan melakukan pekerjaanNya? Banyak yang melayani, namun tidak seluruhnya memiliki kondisi hati yang sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan. Ada orang yang dengan tulus sungguh-sungguh melayani karena mengasihi Tuhan, tapi ada pula orang yang melayani karena ingin membesarkan dirinya sendiri. Ingin terlihat hebat, ingin terlihat rohani, ingin menonjolkan kemampuan dan sebagainya. Ada pula yang karena ingin menarik perhatian kekasihnya, karena paksaan orang tua, ingin mendapat pujian dan lain-lain. Ada pula yang melayani karena hanya ingin mendapatkan upah dari Tuhan. Betapa banyaknya motivasi yang bisa menjadi dasar dari pelayanan dan perbuatan yang kita lakukan untuk orang lain. Tuhan tentu menghargai pelayanan kita, namun itu hanya terjadi apabila kita melakukannya dengan tulus, dengan hati yang murni.

Salah satu ucapan Kristus dari rangkaian kotbahNya di atas bukit yang terkenal berbunyi seperti berikut: "Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah." (Matius 5:8). Dalam bahasa Inggrisnya, kata hati suci ini disebutkan dengan "pure heart". Hati yang murni akan membuat kita melihat Allah. Melihat kuasa-kuasaNya, melihat jalan-jalanNya, melihat petunjukNya dan melihat rencanaNya. Ini sejalan dengan apa yang ditulis oleh Daud. "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia." (Mazmur 24:4-5). Sesungguhnya Tuhan menyediakan upah kepada orang-orang yang memiliki ketulusan, kemurnian atau kesucian hati. Ada berkat dan keadilan serta keselamatan yang diberikan Tuhan kepada orang-orang yang demikian. Tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, termasuk menipu diri sendiri dan orang lain atau bahkan berpikir untuk bisa mengelabui Tuhan. Orang-orang yang memiliki ketulusan untuk melakukan firman Tuhan, menolong sesama, mengasihi sesama, melayani tanpa pamrih, bukan karena berharap apa-apa dan ingin terlihat seperti apa di mata orang, tapi hanya karena Allah, orang-orang seperti inilah yang akan menikmati perlindungan dari Tuhan dan berbagai berkat-berkatNya yang tercurah dari langit.

Hati yang tulus dan suci ini bisa kita dapatkan lewat pengenalan kita secara pribadi akan Tuhan, lewat firman-firmanNya yang tertulis dalam alkitab dan juga lewat doa-doa kita secara pribadi dengan Tuhan. Bergaul akrab dengan Tuhan, tinggal di dalam hadiratNya, semua ini akan membuat kita bisa memiliki sebentuk hati yang mengasihi Tuhan lebih dari segalanya. Bukan sekedar doa karena rutinitas, karena terpaksa, atau karena sekedar kewajiban saja, bukan pula doa yang berupa hafalan. Mencurahkan isi hati kita secara total kepada Tuhan dengan sejujur-jujurnya akan sangat berbeda dibandingkan doa berbentuk hafalan atau sekedar rutinitas semata. Disitulah kita akan mengalami proses pencucian dan pemurnian hati. Hari demi hari kita akan semakin terbentuk menjadi pribadi berkarakter yang kuat berakar pada Kristus. Dan hari demi hari kita pun akan semakin mampu melayani dengan ketulusan dan kemurnian hati. Inilah yang akan bernilai di hadapan Tuhan.

Tuhan tidak menyukai orang-orang yang munafik dalam hal apapun. Dalam hal memberi: "Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (Matius 6:2-4). Dalam hal berdoa: "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya....Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan." (ay 5,7). Atau dalam hal berpuasa: "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya." (ay 16). Munafik bertolak belakang dengan tulus dan murni, karena dalam kemunafikan ada begitu banyak motivasi yang tersembunyi di balik layar yang mencemarkan hati kita.

Mari hari ini kita sama-sama memeriksa hati kita. Sudahkah kita memiliki hati yang tulus, suci dan murni dalam menjalani hidup? Apakah kita sudah melayani dengan tulus ikhlas hanya karena Tuhan dan bukan hal-hal yang memegahkan diri kita sendiri? Pemazmur mengatakan "Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya." (Mazmur 73:1). Sesungguhnya ada berkat-berkat dan perlindungan yang disediakan Tuhan kepada orang-orang yang tulus dan bersih hati ini. Itu adalah anugerah Tuhan yang dengan sendirinya akan datang kepada orang seperti ini tanpa harus ditagih terlebih dahulu. Dasarkanlah segala sesuatu yang kita lakukan dengan hati yang bersih dan tulus, suci dan murni agar kita bisa merasakan kebaikan Tuhan senantiasa menyertai kita dalam hidup. Karena akan sia-sia saja kita berbuat baik dan melayani apabila hati kita masih mengalami polusi dari berbagai limbah yang bukan berasal dari Allah. Munafik akan menerima upah, tulus dan murni pun menerima upah. Tapi upahnya jelas berbeda. Yang mana yang akan kita pilih sungguh tergantung dari bagaimana sikap dan kondisi hati kita. Sungguh tepat jika Salomo pun mengingatkan : "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Adakah hati kita masih mengalami pencemaran dari berbagai hal? Mari kita bersihkan dengan lebih bertekun lagi membina hubungan dengan Tuhan. Milikilah hati yang suci, karena hanya dengan demikianlah kita bisa melihat Tuhan.

Alami kebaikan, penyertaan, berkat dan perlindungan Tuhan lewat hati yang tulus, bersih, suci dan murni

No comments:

Kacang Lupa Kulit (4)

 (sambungan) Alangkah ironis, ketika Israel dalam ayat ke 15 ini memakai istilah "Yesyurun". Yesyurun merupakan salah satu panggil...