Wednesday, May 7, 2008

Ketika Emosi Melanda

Ayat bacaan: Mat 5:44-45
========================
"Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar."

Kemarin saya dan istri jalan2 ke Gramedia Ciwalk. Ketika istri saya sedang melihat2 majalah, saya pun berjalan ke arah rak buku2 baru yang direkomendasikan Gramedia. Betapa terkejutnya saya, disana 2/3 buku isinya menghujat Yesus,terang2an. Judul2 provokatif bertebaran dimana2. Saya merasa sangat marah, dan bermaksud menanyakan ini kepada manajernya. Kenapa saya marah? pertama, dengan segala kasih karunia dan pengorbanan Yesus di kayu salib, Dia sangat tidak layak untuk dihujat. Apa dosaNya bagi saudara2 yang berbeda pandangan? can't they just leave Him alone if they don't believe in Him? kedua, negara ini dari awal mengedepankan kerukunan beragama yang mengagumkan, dan menjadi percontohan bagi negara2 lain, dan kini? buku2 seperti itu malah direkomendasikan secara bebas.

Tapi tiba2, saya ditegur Tuhan. Dalam hati saya diingatkan, kalau itu belum seberapa dibanding penderitaan yang ditanggung Yesus di atas kayu salib. Yesus tidak pernah mengajarkan untuk membenci dan emosi. Dengan segala penyiksaan hingga mati, Yesus tidak pernah kehilangan kasih sama sekali. Saya pun jadi malu.. malu bahwa tindakan emosi itu sama sekali tidak mencerminkan keteladanan Yesus. Saya bukan harus marah, tapi harus mendoakan mereka.

Dalam ayat Matius ini lebih jelas lagi, Yesus meminta kita untuk mengasihi dan berdoa bagi mereka yang memusuhi kita. Dengan demikian kita menjadi anak2 Allah, dan sanggup menerangi siapapun, baik dan buruk, dan memberkati siapapun tanpa terkecuali. Bagai disiram air dingin, hati saya langsung sejuk, dan saya tersenyum. Sungguh sebagai manusia kita seringkali sulit meredam emosi, tapi dalam nama Yesus, yang bertahta dalam diri kita, tidak ada yang mustahil. Hidup adalah sebuah proses, dan puji Tuhan, proses untuk mencontoh pribadi Yesus memberikan kedamaian luar biasa dalam hidup. Semakin jauh kita meneladaniNya, semakin besar pula rasa damai dan sukacita dalam hidup.

Ingatlah, ketika kita merasa tersinggung, sakit hati, kita tidak perlu melakukan tindakan anarkis, penuh emosi, atau malah melakukan kekerasan secara fisik. Adalah gampang untuk mengikuti emosi, tapi pertanggungjawaban sebenarnya adalah nanti ketika kita telah menyelesaikan masa2 di dunia ini. Ketika anda merasakan sesuatu yang menyakitkan dari orang lain, tersenyumlah, dan doakan. Semoga Tuhan menjamah hati mereka dan mengampuni mereka.


Menjadikan Yesus sebagai teladan artinya hidup dengan penuh kasih dan pengampunan.

No comments:

Kacang Lupa Kulit (5)

 (sambungan) Kapok kah mereka? Ternyata tidak. Bukan sekali dua kali bangsa ini melupakan Tuhannya. Kita melihat dalam banyak kesempatan mer...