Thursday, May 1, 2008

Berani Mengaku Salah

Ayat bacaan: Mazmur 25:9
========================
"Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati."

Banyak orang percaya salah satu hal tersulit untuk dilakukan adalah kerendahan hati untuk berani mengakui kesalahan dan meminta maaf. Secara pribadi, manusia mempunyai kecenderungan untuk membela diri dan melakukan pembenaran ketika terpojok. Mungkin lebih mudah untuk mengakui kesalahan pada atasan atau yang lebih tua dari kita, tapi pada anak, bawahan, yang lebih muda,atau murid2? sulit kan?

Padahal kalau mau jujur, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan. Setiap hari, disengaja atau tidak, ada saja kesalahan yang kita lakukan. Dalam pekerjaan, terhadap teman2, terhadap orang2 disekitar kita, terhadap istri atau anak. Nobody's perfect. Kesalahan adalah sebuah hal yang wajar, tapi berani mengakui kesalahan butuh kerelaan hati dan keberanian. Masalahnya, banyak orang menganggap bahwa mengaku salah sama dengan mengaku kalah. Tapi bagi Tuhan tidaklah demikian.

Lihat betapa Tuhan memberi perhatian besar kepada orang yang rendah hati. Alkitab diberikan sebagai pedoman dan hukum bagi kita untuk menjalani hidup, dan hanya orang yang mau melaksanakan isi dari alkitab lah yang dapat dibimbing oleh Allah. Tuhan tidak mau mengajar orang yang sombong, dan selalu menganggap diri lebih hebat. Jika mereka menganggap mereka sangat sempurna dan lebih hebat dari Tuhan, buat apa Tuhan mengajar mereka?

Tuhan ingin kita mempunyai sikap rendah hati. Kita mau membuka hati, mau diajar, mau mendengar, mengijinkan Tuhan berbicara dalam hidup kita, dan melakukan semua yang diajarkanNya. Mungkin di awal2 akan terasa berat untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf, tapi yakinlah,jika anda percaya pada Tuhan, patuh pada ajaranNya, anda akan sampai kepada tahap dimana anda akan tersenyum sangat bahagia setelah anda berani meminta maaf.

Rendah hati dan bukan rendah diri, mengaku salah bukanlah tanda kalah.

No comments:

Kacang Lupa Kulit (5)

 (sambungan) Kapok kah mereka? Ternyata tidak. Bukan sekali dua kali bangsa ini melupakan Tuhannya. Kita melihat dalam banyak kesempatan mer...