Monday, December 18, 2017

Pelita Tuhan (2)

(sambungan)

Sebelum kita melihat jawabannya, mari kita lihat terlebih dahulu seperti apa terang itu menurut Tuhan. Jika mengacu kepada proses penciptaan mula-mula dalam kitab Kejadian, kita akan melihat bahwa Tuhan segera menciptakan terang sesaat setelah Dia menciptakan langit dan bumi. "Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi." (Kejadian 1:3). Lantas bagaimana penilaian Allah terhadap terang? "Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap." (ay 4). Lihatlah bahwa terang akan memisahkan kita dari kegelapan. Seperti itulah Bapa Surgawi memandang terang.

Terang itu sangat penting. Masalahnya, biar bagaimanapun dalam hidup ini kita akan tetap bertemu dengan yang namanya gelap. Baik gelap dalam artian tidak ada cahaya di sekitar kita, atau ketika kita berada dalam kegelapan secara rohani. Berbagai kuasa kegelapan akan selalu mencari celah untuk menghancurkan kita.

Begitu ketemu titik lemah, kita bisa diselubungi oleh kegelapan yang menjadikan kita sulit membedakan kebenaran dan segala sesuatu yang menyesatkan, membuat kita sulit menghindar dari godaan, sulit untuk melihat apakah perbuatan atau keputusan kita sudah benar atau tidak. Sama halnya ketika kegelapan membuat kita tidak bisa melihat benda-benda atau lingkungan di sekitar kita, demikian pula ketika kegelapan menyelubungi hati kita. Jika itu yang terjadi, kita berada dalam bahaya dan kelak harus siap dengan konsekuensinya.

Kembali kepada pertanyaan sebelumnya: adakah tuhan memberikan lampu atau pelita yang bisa menerangi seluruh bagian hati kita? Jawabannya: ada. Sebuah ayat menyatakan hal itu dengan sangat jelas. Demikian Firman Tuhan: "Roh manusia adalah pelita TUHAN, yang menyelidiki seluruh lubuk hatinya." (Amsal 20:27).

Roh manusia itu pelita Tuhan. Jika kita analogikan dengan sumber terang yang kita peroleh dalam kehidupan sehari-hari di jaman sekarang maka kita bisa pula mengatakannya seperti ini: Roh manusia adalah bola lampu Tuhan. Ayat ini berbicara mengenai bagaimana Tuhan bisa berfungsi sebagai sumber terang bagi kita, yang bisa menerangi dan membimbing kita secara roh, melalui roh kita. Dari sinilah kita akan bisa mendapat sorotan cahaya yang menunjukkan dengan jelas mengenai segala sesuatu yang sedang terjadi di dalam lubuk hati atau batin kita. Sumber penerangannya adalah pelita Allah sendiri yang menyala lewat roh kita. Jadi sumber terangnya ada. Dan lewat apa terang itu bisa menyinari hati pun sudah disampaikan. Kalau begitu apa yang harus kita perhatikan adalah memastikan bahwa roh kita mampu menjadi sumber penerangan Tuhan. Kalau roh kita terus dikalahkan oleh daging, roh kita tidak akan bisa menjadi sumber penerangan dari Tuhan. Hati pun kemudian akan gelap dan berbagai kesesatan, godaan, tipuan dan kejahatan akan segera mencemarkannya.

Bertolak dari hal di atas, membiarkan roh kita dipimpin oleh Roh Allah merupakan esensi yang sangat penting untuk diperhatikan. Firman Tuhan berbicara jelas mengenai hal ini: "Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah." (Roma 8:14). Untuk bisa mengalami pimpinan Roh Allah ini, Yesus mengatakan bahwa kita harus dilahirkan kembali dari Roh. "Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh." (Yohanes 3:6). Dan Yesus pun melanjutkan "Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali." (ay 7).

(bersambung)


No comments:

Kacang Lupa Kulit (5)

 (sambungan) Kapok kah mereka? Ternyata tidak. Bukan sekali dua kali bangsa ini melupakan Tuhannya. Kita melihat dalam banyak kesempatan mer...