Monday, December 11, 2017
Menjaga Kemurnian Hati (3)
(sambungan)
Semua itu sangatlah bertentangan dengan buah roh, yaitu "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (ay 22-23). Jadi "hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging" (ay 16) Dan "Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh" (ay 25).
Dalam Yehezkiel hubungan hidup oleh Roh dan hati tertulis dengan jelas. "Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat, supaya mereka hidup menurut segala ketetapan-Ku dan peraturan-peraturan-Ku dengan setia; maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka." (Yehezkiel 11:19-20). Lihatlah bahwa roh yang baru bisa menjauhkan kita dari memiliki hati yang keras dan pembangkang. Hati yang baru dalam roh yang baru akan membuat kita mampu untuk hidup dengan ketaatan menurut semua ketetapan dan peraturan Tuhan dengan setia. Sebuah hidup yang didasarkan oleh Roh Allah dan dipimpin oleh Roh akan memampukan kita menjaga kemurnian hati.
3. Memastikan hati nurani tetap berfungsi dengan baik
Dalam Kisah Para Rasul 24:16, Paulus mengatakan "Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia." Disadari atau tidak, Tuhan kerap berbicara melalui hati nurani. Orang yang hati nuraninya berfungsi dengan baik biasanya lebih awas terhadap godaan dan penyesatan ketimbang orang yang hati nuraninya tidak berfungsi apalagi kalau sampai keburu mati.
Sebuah artikel pernah menyampaikan mengenai hati nurani ini. Kalau hati memang bentuknya nyata, hati nurani seperti jiwa dan roh tidak memiliki wujud nyata alias tidak kasat mata. Meski demikian, hati nurani sangat berperan dalam hidup kita. Hati nurani bisa menegur kita saat melakukan perbuatan buruk lewat perasaan tidak enak, tidak nyaman, perasaan bersalah, penyesalan dan sebagainya. Karena itulah orang yang hati nuraninya berfungsi akan lebih terhindar dari berbagai penyesatan dan perbuatan dosa.
Teguran Tuhan kerap menjadi jendela bagi Tuhan untuk mengingatkan kita saat kita hampir terjebak atau tergoda untuk melakukan pelanggaran, agar tidak melenceng melakukan perbuatan dosa semakin jauh. Terbiasa mengabaikan hati nurani akan membuat fungsinya melemah. Kalau tadinya ada perasaan berdosa atau bersalah, tanpa hati nurani yang berfungsi kita bisa merasa biasa saja dalam melakukannya.
Hati nurani yang gelap tanpa adanya terang Tuhan tidak akan bisa menyinari batin, menyorot segala hal yang terdalam, paling tersembunyi untuk memastikan kita tidak menyimpan sesuatu yang buruk disana, apakah itu motivasi-motivasi terselubung, niat jahat, konspirasi, dendam, kepahitan dan sebagainya. Sebuah hati nurani yang tidak memiliki terang Tuhan akan membuat mata hati tidak mampu melihat kebenaran. Betapa berbahayanya apabila hati nurani kita sampai dibiarkan tidak berfungsi, melemah sampai pada akhirnya mati. Disaat seperti itu kita tidak lagi peka terhadap perbuatan-perbuatan yang melanggar ketetapanNya, dan itu bisa membawa kita masuk ke dalam kehancuran.
(bersambung)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Dua Ibu Janda dan Kemurahan Hatinya (8)
(sambungan) Dua janda yang saya angkat menjadi contoh hari ini hendaknya mampu memberikan keteladanan nyata dalam hal memberi. Adakah yang ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment