Ayat bacaan: Kolose 3:15 (BIS)
=====================
"Hendaklah keputusan-keputusanmu ditentukan oleh kedamaian yang diberikan oleh Kristus di dalam hatimu. Sebab Allah memanggil kalian untuk menjadi anggota satu tubuh, supaya kalian hidup dalam kedamaian dari Kristus itu. Hendaklah kalian berterima kasih."
Seorang teman lama sejak saya masih di sekolah dasar sekarang sudah menjadi seorang pengusaha sukses. Saat bertemu dengannya beberapa waktu lalu, ia sempat membagikan salah satu kunci suksesnya. Menurutnya, dalam sebuah pengambilan keputusan dibutuhkan pertimbangan yang matang, dan itu hanya akan bisa dilakukan saat pikiran sudah tenang. Pengambilan keputusan yang terburu-buru apalagi jika didasari emosi dan hanya berdasarkan incaran keuntungan hanya akan membawa kerugian. Menurutnya, seringkali keputusan akan sangat menentukan keberhasilan jangka panjang. Kesalahan mengambil keputusan bukan saja bisa membuat banyak waktu terbuang sia-sia tapi juga bisa sangat merugikan dalam banyak hal.
Saya sangat sepakat dengan apa yang ia sampaikan. Sebuah pengambilan keputusan, terutama yang menyangkut sesuatu yang penting haruslah melalui proses pemikiran serius dan matang. Tidak boleh tergesa-gesa, tidak boleh buru-buru, tidak boleh hanya dilihat dari satu sisi dan tidak boleh pakai emosi. Emosi yang saya maksud bukan soal marah-marah, tapi yang didasari hawa nafsu, seperti tergiur iming-iming keuntungan, hanya karena iri, ingin mencari pujian dan sebagainya.
Saya pun ingat seorang teman pengerja yang merasa bersyukur diingatkan istrinya saat ia hampir memutuskan sesuatu. Ceritanya ia ditawari kerjasama oleh salah seorang teman lamanya. Dari sisi keuntungan terlihat begitu menjanjikan. Dari segi resiko pun sebenarnya terbilang kecil. Tapi istrinya melihat sesuatu yang tidak ia lihat, yaitu dari sisi kepribadian. Istrinya merasa teman lama suaminya ini kurang bisa dipercaya. Teman pengerja ini mula-mula merasa istrinya terlalu kuatir. Ia merasa sudah mengenal temannya sejak lama, sedang istrinya baru sekarang bertemu dan kenal. Ia mengaku sudah membawa dalam doa dan merasa sepertinya itu adalah berkat dari Tuhan. Untungnya ia masih mau berpikir panjang sebelum memutuskan apa-apa. Akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti saran istrinya dan batal menjalin kerjasama. Tidak lama setelah itu, ia pun mendengar bahwa rekanan bisnis si teman lama yang masuk menggantikan dirinya ditipu hingga miliaran rupiah. Sang teman pun kemudian raib entah kemana. Ia pun bersyukur punya istri yang peka sehingga tidak harus menjadi korban penipuan.
Ada lagi teman lainnya yang tergiur bisnis MLM. Ia mengaku sudah berdoa, sudah meneliti dan kemudian yakin. Ia gencar meyakinkan teman-temannya dan menjamin investasi mereka. Belum sempat mendapat keuntungan, MLM itu lepas tangan. Pemiliknya kabur dan ia pun harus berurusan dengan teman-temannya. Sudah dituntut harus mengganti sesuai apa yang ia janjikan, ia pun harus kehilangan banyak teman, hanya karena mengambil keputusan tanpa pemikiran matang dan hanya karena emosi tergiur keuntungan besar.
Kedua orang dalam contoh di atas sama-sama mengaku sudah berdoa dan merasa bahwa Tuhan approve. Bahkan yakin bahwa itu adalah jalan Tuhan. Kalau begitu kenapa pada akhirnya keduanya berakhir buruk? Itu karena seringkali keputusan kita sejak awal sudah terpengaruh oleh pikiran akan keuntungan yang bisa didapat atau motivasi yang keliru, yang berasal dari hati yang sudah tidak murni lagi.
Benar, kita sudah berdoa. Tapi apakah hati kita murni menyerahkan keputusan kepada Tuhan dan siap untuk taat saat Tuhan bilang jangan? Seringkali bentuk doa sepintas seolah kita bertanya kepada Tuhan, tapi pada kenyataannya kita sedang berusaha memaksa Tuhan untuk menyetujui dan memberkati apa yang mau kita putuskan. Yang terjadi bukan "Jadilah kehendakMu, tapi jadilah kehendakku yang harus diapprove Tuhan, no matter what. Belum apa-apa kita berani bilang yakin bahwa itu dari Tuhan. Nanti kalau yang terjadi adalah kerugian, Tuhan malah yang disalahkan. Ini banyak dialami oleh orang percaya. Saya pun dahulu pernah gagal dalam hal ini yang kemudian menjadi pelajaran berharga buat ke depannya.
(bersambung)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kacang Lupa Kulit (5)
(sambungan) Kapok kah mereka? Ternyata tidak. Bukan sekali dua kali bangsa ini melupakan Tuhannya. Kita melihat dalam banyak kesempatan mer...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment