Tuesday, December 26, 2017

Kembali pada Esensi Natal (2)

webmaster | 11:00:00 PM |
(sambungan)

Kenapa Tuhan begitu peduli akan keselamatan kita? Karena kasihNya begitu besar atas kita. Kasih ternyata begitu besar powernya bahkan mampu menggerakkan Tuhan untuk melakukan sesuatu terlebih dahulu. Lewat apa Dia menyelamatkan kita? Dengan mengorbankan AnakNya, Yesus Kristus. Bagaimana caranya? Dengan percaya kepada Yesus. Apa yang didapat oleh mereka yang percaya? Tidak binasa dan memperoleh hidup yang kekal. Agar manusia tidak lagi ada di bawah hukuman atau kutuk. Bukankah ini adalah sesuatu yang sangat besar maknanya bagi perjalanan hidup umat manusia di dunia?

Sebuah anugerah atas dasar kasih, diberikan kepada kita yang tidak layak. Yesus, Sang Raja di atas segala Raja seharusnya layak mendapatkan segala pelayanan yang terbaik yang ada di permukaan bumi ini. Dia berhak, bahkan lebih dari berhak untuk itu. Dia bisa saja datang untuk menghakimi orang-orang yang terus berbuat jahat atau dosa tanpa henti. Tapi bukan misi menghakimi melainkan menyelamatkan yang dilakukan Yesus ke dunia sesuai dengan keinginan Allah Bapa. Yesus rela mengesampingkan hak-hakNya untuk mendapatkan pelayanan kelas utama dan mendapat segala kemudahan dan penghargaan.

Yesus turun ke dunia "bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Markus 10:45). Yesus memilih untuk melepas atribut ke-IlahianNya dan "mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." (Filipi 2:6-7) Tidak berhenti sampai disitu tapi "dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (ay 8). Semua itu adalah untuk sebuah misi menebus kita semua, manusia yang berselubung dosa. Penebusan yang hadir sebagai anugerah terbesar dari Tuhan karena Dia teramat sangat mengasihi manusia, His masterpiece, yang begitu berharga bagiNya.

Jadi, saat banyak orang yang hanya merayakan Natal sebatas seremonial dan kemeriahan pesta saja, tidak lagi memikirkan apa yang paling mendasar dari perayaan Natal, bukankah itu menyedihkan? Pestanya dicari, diusahakan semeriah mungkin dan dinikmati, orang rela keluar uang dalam jumlah besar untuk itu, tapi siapa yang dirayakan dan makna perayaannya sendiri dikesampingkan atau bahkan diabaikan. Lupa mengucapkan syukur atas anugerah yang begitu besar, for this greatest gift of all, dan lupa bagaimana menyikapi esensi Natal ini dalam hubungan dengan sesama. Jika anda ada di posisi Tuhan, bagaimana perasaan anda melihat anugerahNya yang terbesar dikesampingkan dan hanya dipakai sebagai pesta semata?

Kasih merupakan inti dasar dari kekristenan. Saat kita menghargai anugerah Tuhan yang begitu besar karena digerakkan oleh kasih, seharusnya kita pun meneladaninya dengan mengasihi Tuhan lebih lagi dari hari ke hari dan juga menyatakan kasih itu kepada sesama. Saya yakin bukanlah kebetulan bentuk salib menggambarkan hubungan dengan Tuhan (garis vertikal) dan hubungan dengan sesama (garis horizontal), dimana pusat perpotongannya memancarkan kasih ke segala penjuru garis. Mengasihi Allah dengan segenap diri kita dan mengasihi sesama manusia seperti halnya kita mengasihi diri sendiri merupakan hukum terutama seperti yang diajarkan Yesus sendiri.

Yesus menyampaikan itu langsung pada saat kedatanganNya ke dunia. "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Markus 12:30-31) Bahkan lebih dari itu, kita juga harus mengasihi sesama seperti halnya Yesus mengasihi kita. "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34).

Pertanyaannya, seperti apa Yesus mengasihi kita? Dia mengesampingkan atribut dan hak-hakNya dan memberikan nyawaNya bagi kita. Bentuk kasihNya Dia nyatakan sebagai berikut: "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya" (15:13). Itulah persisNya yang sudah dilakukan Yesus lewat karya penebusanNya. Bagaimana kita bisa mencapai level itu jika untuk memberi sebagian saja sudah sulit? Bagaimana kita bisa memenuhi perintah Kristus jika melihat orang menderita di depan kita saja tidak peka? Bagaimana kita bisa seperti itu kalau kita masih hidup memelihara kebencian, gampang tersinggung, sakit hati atau dendam?

Selanjutnya mari kita lihat ayat berikutnya. Dalam Roma 15:1-6 kita bisa melihat gambaran prinsip hidup sebagai seorang Kristen yang seharusnya terhadap sesama kita. "Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri." (Roma 15:1) Kita tidak boleh mementingkan kepentingan diri sendiri, menyenangkan diri sendiri saja dan menutup mata dari kesulitan-kesulitan yang tengah menimpa saudara-saudara kita. Apalagi kalau kita kemudian mengorbankan hak orang lain demi kepentingan atau kesenangan diri sendiri.

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker