Monday, May 11, 2015

Konsumtif vs Rasa Cukup

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Ulangan 16:16
====================
"Beginilah perintah TUHAN: Pungutlah itu, tiap-tiap orang menurut keperluannya; masing-masing kamu boleh mengambil untuk seisi kemahnya, segomer seorang, menurut jumlah jiwa."

Betapa menjengkelkan punya anak yang permintaannya harus selalu dituruti. Kalau tidak dia akan berontak dan cari masalah. Usut punya usut, kesalahan sebenarnya terletak pada orang tuanya sendiri. Mereka tidak pernah mengajarkan anaknya untuk bersyukur dan merasa cukup. Anak ini terlalu dimanjakan sejak kecil, apa-apa dituruti, dan akibatnya setelah mulai besar si anak pun menjadi anak yang rewel dan selalu menuntut tanpa pernah merasa cukup.

Orang dewasa pun seringkali masih berkelakuan sama seperti itu. Ada banyak kota besar yang terus menggoda penduduknya untuk hidup konsumtif, terus mengejar kesenangan dan kenikmatan sebanyak mungkin. Sikap hedonisme seperti ini menjadi tujuan hidup mereka. Mencari uang sebanyak-banyaknya agar bisa hidup mewah seperti itu. Kalau tidak nanti bisa kehilangan relasi atau teman, itu pikir mereka. Secara umum dunia memang terus mengarahkan kita ke sana. Semakin lama manusia semakin sulit untuk bisa merasa cukup dan bersyukur dengan apa yang mereka miliki saat ini. Kebutuhan tidak akan ada habisnya, terutama untuk hal-hal yang sebenarnya tidaklah penting-penting benar. Banyak kebutuhan yang harus dipenuhi hanya untuk gengsi atau semata agar terlihat hebat di mata orang lain. Ada begitu banyak kebutuhan yang tiba-tiba dianggap sangat penting untuk dimiliki, tidak bisa tidak karena alasan tersebut. Gadget pintar bukan lagi disesuaikan dengan kebutuhan tetapi hanya supaya terlihat keren di mata orang lain. Edisi harus terbaru dan tidak boleh ketinggalan satu versi pun. Semahal apapun harganya akan dikejar. Orang semakin cenderung merasa tidak puas dengan apa yang mereka miliki, selalu ingin lebih dan lebih lagi. Itu mendatangkan rasa iri melihat apa yang dimiliki oleh orang lain. Kenyataannya, mudah bagi kita untuk menginginkan lebih banyak, mudah bagi kita untuk tidak puas dan mengeluh, tetapi sulit bagi kita untuk merasa cukup dan bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini.

Tuhan tidak menginginkan kita berlaku seperti itu. Tuhan ingin kita memiliki rasa cukup atas apa yang ada pada kita hari ini, dan kemudian mengucap syukur atasnya. Benar bahwa  akan ada kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi kedepannya, tetapi itu bukan berarti kita harus terus-terusan merasa kurang, tidak puas lalu mengeluh, lantas bahkan mencari alternatif-alternatif agar kita bisa mendapatkan lebih dan lebih banyak lagi harta, kalau perlu apa boleh buat, cara-cara yang salah pun dihalalkan untuk itu. Kalau terus dibiarkan, ketamakan menggantikan sikap hati. Itu akan menjerumuskan kita ke dalam dosa yang pada suatu ketika akan menghancurkan hidup kita dan menutup kesempatan kita untuk menerima anugerah kehidupan kekal yang sudah diberikan Tuhan lewat Yesus.

Perbandingan langsung antara cukup dan tamak bisa kita lihat dalam banyak kesempatan di Alkitab. Salah satu contoh lewat kisah bangsa Israel pada masa pengembaraan mereka dibawah pimpinan Musa menuju tanah ternjanji, Kanaan. Bangsa Israel saat itu terkenalsebagai bangsa keras kepala yang selalu sulit untuk bersyukur atas berkat yang sudah turun atas mereka. Meskipun sudah berkali-kali mereka menyaksikan langsung penyertaan dan mukjizat Tuhan turun atas mereka, tetapi mereka tetap saja bersungut-sungut dan terus menuntut lebih dan lebih lagi. Mereka adalah bangsa yang sangat ekspresif. Cepat dalam mengekspresikan kegembiraan mereka ketika menerima mukjizat Tuhan, tapi secepat itu pula mereka berbalik mengeluh dan menyalahkan orang lain atau bahkan berani memprotes Tuhan. Hari ini bersukacita besok mereka sudah melupakan semua berkat itu dan kembali mengeluh tak habis-habisnya.

Salah satu contoh mengenai hal ini bisa kita lihat dalam Keluaran 16:1-36. Pada bagian ini diceritakan ketika bangsa Israel berangkat dari Elim dan tiba di padang gurun Sin yang terjadi kira-kira setelah mereka menempuh satu setengah bulan perjalanan. Karena kelaparan dan mungkin bekal mereka habis, mulailah mereka mengeluh dan berkata "Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan." (ay 3). Tuhan yang mengasihi mereka lalu menjawab permintaan mereka dengan mengirimkan hujan roti dari langit. Tapi Tuhan memberikan pesan lewat Musa tentang bagaimana mereka seharusnya menyikapi pemberian itu. "Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu; maka bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari, supaya mereka Kucoba, apakah mereka hidup menurut hukum-Ku atau tidak." (ay 4).

Lihatlah sebuah pesan penting yang ada dalam ayat ini. Meski Tuhan mengabulkan permintaan mereka, namun Tuhan berpesan agar mereka memungut secukupnya saja. Tapi memang dasarnya tamak, ternyata mereka masih juga merasa belum cukup. Tuhan pun kembali menurunkan burung puyuh sampai menutupi perkemahan mereka. (ay 13). Dan kembali Tuhan memberi pesan: "Pungutlah itu, tiap-tiap orang menurut keperluannya; masing-masing kamu boleh mengambil untuk seisi kemahnya, segomer seorang, menurut jumlah jiwa." (ay 16). Satu orang satu gomer, itu banyak atau sedikit? Segomer itu ukurannya kira-kira dua liter. Segomer seorang, sebenarnya itu sudah lebih dari cukup. Dari kisah ini kita bisa memetik pelajaran bahwa meski Tuhan lebih dari sekedar sanggup memberkati kita secara berkelimpahan, tetapi kita tidak boleh terjebak kepada nafsu ketamakan. Tuhan mau melimpahi kita tapi tidak mau kita menjadi orang-orang manja yang malas dan hanya tahu menuntut tanpa pernah merasa cukup. Anak-anak yang tidak diajarkan untuk bersyukur akan menjadi anak-anak manja yang buruk lakunya, kita pun bisa seperti itu. Orang tua yang baik akan mendidik anaknya untuk hidup cukup agar tumbuh menjadi pribadi-pribadi bijaksana yang dewasa, Tuhan pun ingin kita seperti itu. Hidup sederhana atau secukupnya tetaplah merupakan gaya hidup yang diinginkan Tuhan untuk dimiliki dan diaplikasikan dalam hidup anak-anakNya.

Dalam kisah turunnya hujan roti dan burung puyuh di atas kita melihat dua kali pesan Tuhan berbunyi sama, yaitu agar mereka mengambil secukupnya saja. Tuhan ingin berkata: "Meskipun Aku sanggup memberkati kalian secara berkelimpahan, tetapi hiduplah sederhana!" Jika hari ini ada diantara anda yang merasa masih hidup dalam kekurangan, ingatlah bahwa sesungguhnya Tuhan telah memberikan segala sesuatu di muka bumi ini secara cukup untuk kita olah, manfaatkan dan maksimalkan. Kita harus terus belajar untuk hidup dengan rasa cukup dan tidak perlu harus ikut-ikutan hidup mewah seperti mereka yang mengaplikasikan gaya hidup hedonisme. Lalu jika anda sanggup, ingatlah bahwa anda diminta untuk tetap hidup sederhana. Harta sesungguhnya merupakan titipan Tuhan yang tetap harus dipertanggungjawabkan kelak. Tuhan memberkati kita agar kita bisa memberkati orang lain. Tuhan menolong kita agar kita bisa menolong orang lain.

Seperti apa yang dikatakan 'cukup' oleh firman Tuhan? Di dalam Alkitab itu sudah disebutkan. "Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah." (1 Timotius 6:8). Dan ingatlah firman berikut: "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar." (ay 6). Mudah bagi kita untuk terus merasa tidak puas, mudah bagi kita untuk mengeluh dan menuntut, tapi seringkali sulit bagi kita untuk bersyukur. Tuhan pasti sanggup memberkati kita berlimpah-limpah, tetapi sangatlah penting bagi kita untuk belajar bersyukur terlebih dahulu atas apa yang ada pada kita hari ini. Apapun yang ada pada diri anda hari ini, besar atau kecil, bersyukurlah dan bersukacitalah atasnya.

Hidup sederhana merupakan cerminan hidup orang percaya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker