Saturday, May 9, 2015

Acuh Tak Acuh itu Tak Baik (2)

(sambungan)

Untuk ketidak acuhan seperti itu Tuhan pernah menegur tak kalah keras. "Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan, maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi." (Yesaya 29:13-14). Hal-hal yang ajaib atau keajaiban yang menakjubkan disini bukan hal-hal yang baik atau positif, tapi justru yang buruk. Dalam versi Bahasa Indonesia Sehari-hari diterjemahkan sebagai "pukulan bertubi-tubi". Tentu tidak ada satupun orang yang menginginkan itu terjadi atas dirinya.

Dalam Wahyu teguran yang keras juga dialamatkan kepada jemaat di Laodikia atas sikap mirip. "Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku." (Wahyu 3:16). Sikap suam-suam kuku itu tidak beda dengan acuh tak acuh. Sikap seperti ini bisa mendatangkan murka Tuhan, dan itu wajar mengingat segala sesuatu yang sudah Dia sediakan pada kita.

Hari-hari ini ada banyak diantara anak-anak Tuhan yang punya sikap tidak serius. Beribadah dilakukan, berdoa juga, tapi hanya kalau ingat atau kalau ada waktu saja atau dilakukan hanya karena rutinitas saja. Ada banyak diantara mereka yang lebih mementingkan perkara duniawi ketimbang bersekutu intim dengan Tuhan dan lebih memilih berkompromi ketimbang mematuhi peraturan Tuhan sepenuhnya. Sebesar apa sebenarnya porsi Tuhan dalam hidup kita hari ini? Seberapa besar kerinduan kita kepadaNya? Dimana posisi Tuhan dalam hidup kita? Apakah kita mau mendengar apa kata Tuhan dengan baik atau jam-jam yang kita pakai untuk berdoa hanyalah rutinitas belaka, atau malah hanya dipakai sebagai sarana meminta? Apakah kita mau dengan sungguh-sungguh mematuhiNya, mendengar nasihat dan laranganNya? Semuanya adalah pertanyaan-pertanyaan penting yang patut kita jadikan bahan introspeksi agar kita jangan sampai kemarahan Tuhan turun atas kita.

Kita harus tetap hidup dengan rasa takut akan Tuhan yang berbicara bukan takut yang negatif atau tidak sehat tetapi mengenai sikap hormat kita kepadaNya, tidak ingin mengecewakan Tuhan dan itu karena kita menyadari betul betapa besar kasihNya kepada kita dan betapa besar pula kasih kita kepadaNya. Takut akan Tuhan tidak saja bisa membawa kita untuk menerima keselamatan yang kekal sifatnya, namun Tuhan juga menjanjikan kita untuk tidak akan berkekurangan, seperti apa yang dikatakan Daud. "Takutlah akan TUHAN, hai orang-orang-Nya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia!" (Mazmur 34:9).

Perhatikan betul keseriusan kita dalam membangun hubungan dengan Tuhan. Itu sudah sepantasnya kita lakukan, dan itu juga akan menghindarkan kita dari menuai hal-hal yang buruk sebagai konsekuensinya. Dengarkan baik-baik pesan dan peringatanNya, takutlah akan Dia dan taatlah dengan sepenuh hati, dan perhatikan baik pentingnya hubungan yang berkualitas dengan Tuhan.

Seriuslah dalam membangun hubungan dengan Tuhan, jangan acuh tak acuh

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...