(sambungan)
Seperti itulah seharusnya kita orang-orang percaya. Sayangnya kebanyakan orang percaya lebih tertarik untuk mengikut arus, menghidupi bentuk kehidupan menurut cara pikir dunia. "Apa sih yang bisa kita lakukan menghadapi kesesatan dunia? Daripada repot-repot, lebih baik ikut saja." seperti itulah pola pikir banyak orang percaya. Padahal meski jumlahnya sedikit, orang-orang percaya yang hidup taat, benar, tidak bercela dan secara teratur membangun saat-saat bersama Tuhan bisa membawa perubahan, bahkan menjauhkan hukuman Tuhan untuk jatuh pada bangsa dan negaranya. Kita bisa melihat bukti mengenai hal ini pada saat Tuhan hendak memunahkan kota Sodom yang sudah sangat parah kerusakan moralnya.
Tepat pada saat sebelum Tuhan menjatuhkan hukumannya, Abraham masih berusaha untuk tawar menawar dengan Tuhan, kiranya Tuhan mengurungkan niatNya untuk menghabisi seisi kota yang sesat itu. Seperti apa kesesatannya? Alkitab mengatakan demikian; "Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap TUHAN." (Kejadian 13:13). Bahkan Tuhan sendiri berkata "Sesungguhnya banyak keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat dosanya." (18:20). Abraham berusaha aga Tuhan tidak sampai memusnahkan tempat itu. "Bagaimana sekiranya ada lima puluh orang benar dalam kota itu? Apakah Engkau akan melenyapkan tempat itu dan tidakkah Engkau mengampuninya karena kelima puluh orang benar yang ada di dalamnya itu?" (ay 24). Tuhan menjawab: "Jika Kudapati lima puluh orang benar dalam kota Sodom, Aku akan mengampuni seluruh tempat itu karena mereka." (ay 26). Artinya saat itu jumlah orang benar sangat sedikit, dibawah 50 jumlahnya. Abraham terus mencoba menawar sampai jumlah tinggal sepuluh orang. "Katanya: "Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata lagi sekali ini saja. Sekiranya sepuluh didapati di sana?" Firman-Nya: "Aku tidak akan memusnahkannya karena yang sepuluh itu." (ay 32). Menyedihkan bukan? Bahkan sepuluh orang benar saja sudah tidak ada lagi disana. Padahal jika ada sepuluh saja dibanding ribuan penduduk di Sodom, Tuhan siap memberi pengampunan kepada seisi kota. Sepuluh orang benar saja sudah mampu memberi perbedaan luar biasa. Apabila kita terus berpangku tangan dan terus memikirkan keuntungan diri sendiri saja, bagaimana jika bentuk hukuman atas Sodom itu harus jatuh pada bangsa kita?
Sebagai orang percaya kita diwajibkan untuk menghidupi tata cara dan pola pikir Kerajaan Allah, dimana kita seharusnya berkewarganegaraan, dan bukan di dunia yang hanya jadi tempat singgah sementara. Pengampunan Tuhan bisa turun lewat peran nyata orang-orang benar yang ditempatkan pada tempat dan jamannya masing-masing. Kembali kepada Nuh, apa yang dilakukan Nuh adalah sebuah langkah iman, sebuah keputusan untuk taat sepenuhnya kepada Allah dan tegas untuk tidak mengikuti arus dunia dan kesesatannya. Ini sejalan pula dengan apa yang diinginkan Tuhan untuk kita lakukan. "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2).
Nuh berani memutuskan untuk hidup tidak serupa dengan dunia. Nuh berani menghadapi konsekuensi dibenci, disisihkan atau disingkirkan dari pergaulan di sekelilingnya. Baginya hubungan erat dengan Tuhan adalah jauh lebih penting dari segala kepentingan dunia dan itu keputusan yang membuat Tuhan berkenan unuk menyingkapkan rahasiaNya kepada Nuh. Dari masa ke masa dunia akan selalu menjadi medan yang sulit bagi kita, namun sesulit apapun jangan sampai kita memilih untuk berkompromi dengan berbagai hal yang menyakiti hati Tuhan. Ingatlah bahwa Firman Tuhan berkata: "Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." (1 Yohanes 2:17). Hidup yang dijamin Allah ini bukan hanya dalam fase dunia tapi juga pada kehidupan kekal kelak bersamaNya di Surga. Kita bisa belajar dari teladan Nuh dan imannya yang taat. Jadilah orang-orang yang berani tampil beda, yang berani melawan arus dunia, tidak serupa dengan dunia beserta orang-orang yang ikut sesat didalamnya. Kasih karunia Allah akan selalu siap dilimpahkan bagi setiap anak-anakNya yang taat menuruti kehendakNya.
Berani hidup tidak serupa dengan dunia akan membawa kita menerima kasih karunia Allah
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Belajar dari Rehabeam (2)
(sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment