Sunday, December 30, 2012

Kuasa Untuk Menikmati

Ayat bacaan: Pengkhotbah 6:1-2
=========================
"Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit."

Pernahkah anda melihat orang-orang yang lebih dari cukup secara finansial tetapi kelihatannya sangat sulit untuk bahagia? Saya sering bertemu dengan orang-orang seperti itu. Seorang teman saya pernah berkata, "seandainya saya memiliki uang sebanyak mereka, mungkin saya sudah senang-senang sekarang, tidak perlu repot bekerja dan pusing memikirkan biaya hidup keluarga dan kebutuhan anak-anak." Kita mungkin sering berpikir seperti itu. Kenyataannya, mereka yang punya harta berlimpah pun tidak serta merta hidup bahagia. Harta tidak pernah menjamin kebahagiaan. Ya, kita tentu butuh uang untuk bisa hidup, tetapi hidup tidaklah pernah tergantung oleh sedikit banyaknya uang. Mungkin anda akan seperti saya yang sampai kepada pertanyaan, bagaimana mungkin orang yang kaya bisa tidak bahagia? Dan ternyata Alkitab sudah memberi jawaban atas pertanyaan itu, karena kuasa untuk menikmati apa yang kita punya, itu berasal dari Tuhan juga.

Dunia akan terus menggiring kita untuk berpikir bahwa harta kekayaan pasti akan membuat kita bahagia dan hidup tenang. Iklan-iklan akan selalu berusaha membuat kita percaya bahwa dengan memiliki produk mereka maka kita akan sempurna. Manusia terus berusaha menjadi kaya namun melupakan satu hal yang teramat sangat penting, bahwa kuasa menikmati pun sangatlah kita perlukan. Ini bahkan lebih penting daripada terus mencari uang, karena jika ini tidak kita miliki maka kita tidak akan bisa menikmati berkat-berkat dalam hidup kita, tak peduli seberapa berlimpahnya harta itu ada pada kita. Itulah sebabnya ada orang-orang yang sangat kaya raya tetapi hidupnya tidak bahagia, itu karena mereka tidak memperoleh kuasa untuk menikmatinya. Sebaliknya ada orang-orang yang pendapatannya biasa-biasa saja, hanya secukupnya dari hari ke hari, tetapi mereka masih bisa bersyukur dan merasakan kebahagiaan yang indah bersama keluarganya. Jadi jelas, kita butuh kuasa untuk menikmati. Dan sekali lagi, semua itu berasal dari Tuhan.

Ayat yang menyatakan hal ini justru berasal dari Salomo, orang terkaya yang pernah berjalan di muka bumi ini. Katanya: "Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit." (Pengkhotbah 6:1-2). Jika kita heran bagaimana banyak orang yang sungguh kaya raya, tapi tidak bisa menikmati kekayaannya, maka itu terjawab pada ayat bacaan hari ini. Ternyata kemampuan untuk menikmati kekayaan pun merupakan karunia Tuhan juga. Ketika motivasi kita beralih dari mengasihi Tuhan dan membagi berkat buat sesama yang membutuhkan kepada menimbun harta sebanyak-banyaknya tanpa pernah merasa cukup, ketika kita mulai mengorbankan waktu kita bersama Allah dan mulai fokus mencari uang sebanyak-banyaknya, pada saat itu pula kita mulai meninggalkan Tuhan. Semakin jauh hal itu terjadi, semakin jauh pula karunia-karunia pergi meninggalkan kita, termasuk didalamnya karunia untuk menikmati apa yang telah kita miliki. Padahal karunia menikmati adalah hal paling mendasar yang dapat membuat kita merasa bahagia. Di saat itulah kita akan merasa bahwa apa yang kita kumpulkan ternyata sia-sia adanya tanpa kehadiran karunia untuk menikmati. Betapa malangnya, betapa menyedihkan, how unfortunate, how pity. Itulah yang disorot oleh Pengkotbah dan ia pun mengingatkan kita agar jangan terjatuh dalam lubang yang sama.

Mari kita lihat ayat selanjutnya. "Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya--juga itupun karunia Allah." (Pengkotbah 5:19). Kekayaan, harta benda atau berkat-berkat jasmani itu merupakan karunia Allah yang patut disyukuri, demikian pula kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bagian kita dan bisa bersukacita menikmati hasil jerih payah tersebut, itu pun merupakan karunia Allah pula. Ayat ini pun berbicara jelas akan kuasa untuk menikmati sebagai karunia dari Tuhan yang
tidak boleh kita abaikan atau lupakan. Jika Pengkotbah mengangkat pesan ini beberapa kali tentulah hal ini sangat penting. Apa yang dituliskan Pengkotbah ini adalah hasil pengalaman atau kesaksiannya sendiri yang ia tulis dari sebuah perenungan panjang. Kita hendaknya bisa belajar dari apa yang telah ia alami dan tuliskan, karena sang Pengkotbah pun menuliskan itu agar menjadi sebuah pelajaran bagi kita untuk tidak melupakan bahwa ada yang namanya kuasa untuk menikmati yang berasal dari Allah. Inilah yang memampukan kita untuk bisa menikmati setiap hasil jerih payah kita dengan bersukacita. Dan itu tidak tergantung dari besaran harta yang kita miliki, melainkan dari sejauh mana kedekatan, kesetiaan dan ketaatan kita kepada Tuhan, Sang Pemberi baik berkat berbentuk fisik, kesehatan maupun sebuah kesempatan bagi kita untuk menikmati berkat-berkatNya.

Tuhan sanggup menyediakan segalanya buat kita, dan semua itu diberikan kepada orang yang sungguh-sungguh mengasihiNya. "Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9). Tetapi apalah gunanya itu semua jika tidak disertai dengan karunia untuk bisa menikmatinya? Tidak ada gunanya bagi kita untuk terus fokus hanya kepada mencari harta tanpa memikirkan pentingnya sebuah karunia untuk menikmati. Semua akan sia-sia saja tanpa itu. Karena itu, hendaklah kita bijaksana untuk hidup dalam ketaatan penuh kepada Tuhan, mengasihiNya sepenuh hati, memiliki hidup yang berakar di dalam Tuhan. Membuang hubungan dengan Tuhan tidak saja menghalangi berkat Tuhan tercurah buat kita, tapi juga membuat kita kehilangan kesempatan untuk memperoleh karunia untuk menikmati. Jangan sampai terlambat, mari kita periksa diri kita masing-masing. Apakah kita telah mengucap syukur dan puas terhadap segala sesuatu yang telah kita miliki? Apakah kita masih saja selalu merasa kekurangan? Apakah kita saat ini bisa menikmati hasil kerja kita atau semua itu masih saja tidak membuat kita bahagia? Jika ini yang terjadi, sekarang waktunya untuk kembali berpaling kepada Tuhan yang selalu merindukan kita. Mintalah hikmat dari Tuhan agar kita bisa memandang segala sesuatu dengan bijaksana. Banyak atau sedikit tidak masalah, yang penting kita bisa bersukacita dan bersyukur dalam menikmati setiap berkat yang dikaruniakan Tuhan kepada kita.

Kuasa untuk menikmati merupakan karunia Allah yang memungkinkan kita untuk bersukacita atas berkatNya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Kacang Lupa Kulit (4)

 (sambungan) Alangkah ironis, ketika Israel dalam ayat ke 15 ini memakai istilah "Yesyurun". Yesyurun merupakan salah satu panggil...