Monday, December 10, 2012

Tuhan Menanti-nantikan

Ayat bacaan: Yesaya 30:18
====================
"Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!"

Alangkah indahnya apabila rasa cinta kepada seseorang itu berbalas. Sebaliknya cinta yang bertepuk sebelah tangan akan terasa mengecewakan bahkan menyakitkan. Umumnya setiap orang yang sedang jatuh cinta akan tidak sabar untuk berbuat yang terbaik bagi orang yang dicintainya. Hari ini baik, besok lebih baik lagi. Menunjukkan rasa cinta lewat perhatian, kepedulian, dorongan, bantuan, dan sebagainya akan terasa sebagai sebuah kewajiban yang dilakukan dengan senang hati dan bukan keterpaksaan. Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa cinta bagaikan sebuah reaksi kimia yang tidak dapat dijelaskan secara logika. Bukankah kita cenderung mengesampingkan logika dan menuruti perasaan ketika sedang mengalami sebuah perasaan cinta? Saling tidak sabar untuk menunjukkan kasih dan perhatian, saling merindukan dan tidak sabar untuk memberi yang terbaik, itu akan menampilkan warna-warna indah kepada pasangan yang saling mencintai.

Bukan hanya antar manusia, sebuah hubungan yang mesra dan manis antara Tuhan dan manusia pun bisa menghasilkan reaksi seperti itu. Sebuah ayat yang berbunyi: "tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." (Yesaya 40:31). Bagi sebagian orang terkadang ayat ini agaknya sulit untuk diraih. Mengapa? Karena bagi mereka tangan Tuhan serinbkali terasa terlalu lambat untuk turun. Ketidaksabaran bisa membuat orang hilang pengharapan dan segera pergi meninggalkan Tuhan lalu mencari berbagai alternatif-alternatif lainnya yang seolah-olah mampu memberi jawaban. Apakah cinta kita kepada Tuhan bisa tidak berbalas? Apakah Tuhan memilih-milih siapa yang mau Dia kasihi dan siapa yang tidak? Tentu saja tidak. Janji Tuhan itu setia dan berlaku bagi semua anak-anakNya tanpa terkecuali. Firman Tuhan berkata: "..sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau." (Ulangan 31:6b).

Lantas pertanyaan selanjutnya, apakah kasih Tuhan itu biasa-biasa saja untuk kita, dan memang sengaja berlama-lama untuk berbuat sesuatu bagi kita? Alkitab dengan jelas menyatakan tidak. Dalam banyak ayat kita mengetahui bahwa Allah adalah Sosok yang panjang sabar dalam memberikan kesempatan bagi kita untuk bertobat dan memperbaiki diri. Tetapi untuk masalah mengasihi manusia, ternyata Tuhan menunjukkan sikap ketidaksabaran. Ia 'gelisah' ingin segera menyatakan kasihNya kepada kita tanpa menunda lebih lama lagi. Lihatlah ayat berikut: "Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!" (Yesaya 30:18). Perhatikan ada kasih yang berbalas-balasan antara manusia dengan Tuhan ketika hubungan mesra terjalin dengan indahnya. Tuhan mengatakan bahwa Dia tidak sabar menanti-nantikan saat untuk menyatakan kasihNya kepada kita. Dalam bahasa Inggrisnya hal itu digambarkan dengan "earnestly waits (expecting, looking and longing) to be gracious to you." Tuhan selalu rindu untuk memberikan yang terbaik bagi kita semua, karena Dia sungguh-sungguh mengasihi kita dengan setia. Tapi yang sering terjadi, masalahnya justru berada di kita. Kita hanya menuntut tanpa melakukan bagian kita. Ketika kita berharap Tuhan menumpahkan kasihNya kepada kita, apakah kita sudah melakukan bagian kita pula untuk mengasihi dan memberikan yang terbaik kepadaNya? Bisakah hubungan mesra terjalin jika hanya satu pihak yang peduli? "Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?" (Amos 3:3).

Selain ada kalanya masalah terletak dalam perbedaan antara waktu yang terbaik menurut kita dan menurut Tuhan, bisa pula kendala muncul dari diri kita sendiri yang masih berdosa. Dosa punya kemampuan dan peran untuk menghambat hubungan kita dengan Tuhan. "Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2-3). Dosa merupakan penghambat keselamatan dan turunnya segala berkat Tuhan tepat seperti yang Dia rindukan kepada kita.

Tuhan tengah tidak sabar untuk mencurahkan segala kasihNya dalam berbagai bentuk kepada kita. Apakah kita sudah mememberikan kesempatan untuk itu? Adalah penting bagi kita untuk memastikan bahwa kita sudah berjalan sesuai dengan firmanNya, tetap berada dalam koridor yang tepat dan menjauhkan diri kita dari berbagai bentuk dosa. Penting bagi kita untuk melakukan bagian kita sebelum kita menuntut atau mempersalahkan Tuhan dengan cepat. Ketika kita sudah melakukan hal ini, dan kita terus menanti-nantikan Tuhan lebih dari segalanya, maka Tuhan pun tidak akan sabar dan berlama-lama untuk mencurahkan kasihNya kepada kita. Lakukan bagian kita, maka kitapun akan melihat sendiri bagaimana tidak sabarnya Tuhan untuk melimpahkan kasih dan berbagai berkat-berkatNya bagi kita. Sebuah hubungan harmonis yang indah hanya akan muncul apabila kedua belah pihak sama-sama saling peduli dan saling mengasihi. Yang pasti, Tuhan sedang tidak sabar menanti-nantikan saat untuk mencurahkan kasihNya kepada kita. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga merasakan hal yang sama, tidak sabar untuk menyatakan betapa besar kita mengasihiNya?

Rasa cinta bisa menggerakkan siapapun untuk memberi yang terbaik, termasuk Tuhan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

1 comment:

Unknown said...

Tuhan selalu ada buat kita.
thank's ya buat renungan harian ini, yg dapat meneguhkan iman ku, tentang kasih Allah.

Kacang Lupa Kulit (4)

 (sambungan) Alangkah ironis, ketika Israel dalam ayat ke 15 ini memakai istilah "Yesyurun". Yesyurun merupakan salah satu panggil...