Thursday, December 6, 2012

Iman (2)

(sambungan)

Selanjutnya perhatikan ketika Ishak sudah lahir. Datanglah perintah Tuhan agar ia mengorbankan anak yang dijanjikan Tuhan sebagai persembahan. Jika ini kita alami, bagaimana reaksi kita? Kita mungkin akan mengamuk dan menuduh Tuhan mempermainkan kita sesuka hatinya dengan sangat kejam. Tapi Abraham tidak bersikap seperti itu. "Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanya telah dikatakan: "Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu." Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali." (ay 17-19). Abraham tahu bahwa Tuhan tidak terbatas kuasaNya, dan ia tahu persis bahwa Tuhan bukanlah sosok kejam dan jahat. Semua itu pasti ada alasannya, dimana rancangan Tuhan itu akan selalu baik pada waktunya. Oleh karena itu ia memutuskan untuk taat. Dan kitapun tahu apa yang terjadi selanjutnya. Semua itu bisa dilakukan Abraham lewat iman yang memberi bukti akan sesuatu yang belum ia ketahui. Ia mendapat segala bukti terhadap apa yang belum ia lihat lewat kacamata iman. Dia bisa memiliki visi yang jelas di masa depan karena ia percaya sepenuhnya kepada janji Tuhan, dan ia memiliki bukti nyata karena ia memandang dengan iman.

Agar bisa taat seperti itu, seberapa besar iman yang kita butuhkan? Sebesar rumah? gunung? kota, dunia atau alam semesta? Ternyata Yesus mengatakan sebaliknya. "Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu." (Matius 17:20). Mengacu kepada ucapan Yesus ini, jika hari ini kita belum mengalami satupun janji Tuhan, itu tandanya iman kita masih lebih kecil dari biji sesawi, yang diameternya rata-rata kurang dari satu milimeter. Padahal jika kita memiliki iman seukuran itu saja akan bisa membawa dampak yang begitu besar dalam hidup kita.

Faktanya, iman seringkali gampang diucapkan namun sulit untuk dipraktekkan. Semua orang boleh saja mengaku sudah memiliki iman, namun semua akan terlihat jelas dari bagaimana reaksi kita dalam menghadapi situasi sulit atau pandangan kita ketika menatap masa depan yang penuh ketidakpastian. Reaksi dan pandangan kita akan menunjukkan dengan jelas sebesar apa sesungguhnya iman kita hari ini. Sebab iman adalah dasar dan bukti dari bagaimana kita memandang masa depan, yang tidak atau belum kita lihat.

Kita memang manusia yang terbatas kemampuannya. Tetapi jangan lupa bahwa kita punya Allah yang tidak terbatas dan tidak bisa dibatasi oleh apapun. Aplikasi dan implikasi iman sesungguhnya sangatlah luas. Iman mampu menjadi dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan menjadi bukti kuat dari apapun yang belum kita lihat. Yesus berkata "Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." (Matius 21:22). Kuncinya hanya satu: percaya. Dan percaya akan hadir lewat iman. Dan jangan lupa, karena iman dalam Kristus pula kita dibenarkan, sehingga kita bisa hidup tenang dalam damai sejahtera. "Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah." (Roma 5:1-2). Kita memang tidak tahu apa yang bisa terjadi di depan sana. Tetapi maukah kita percaya bahwa Tuhan akan selalu berada bersama kita dan melindungi kita? Bisakah kita memiliki visi seperti Abraham yang bisa melihat janji Tuhan dinyatakan jauh sebelum itu terjadi? Sudahkah kita memiliki kacamata iman? Apa yang akan kita alami akan sangat tergantung dari cara pandang kita, apakah kita memandang dengan kacamata iman atau tidak.

Faith in God changes everything

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Kacang Lupa Kulit (4)

 (sambungan) Alangkah ironis, ketika Israel dalam ayat ke 15 ini memakai istilah "Yesyurun". Yesyurun merupakan salah satu panggil...