(sambungan)
Jika orang sekaya dan sepenuh hikmat Salomo bisa berkata bahwa miskin lebih baik daripada segala harta kekayaan dunia, itu bisa memberi pengertian kepada kita pula akan bagaimana kita seharusnya memandang atau memperlakukan harta itu. Hidup berpusat untuk menimbun kekayaan dan fokus kepada kemilau harta jelas bukan merupakan pilihan yang tepat. Bacalah perikop "Orang Kaya Yang Bodoh" dalam Lukas 12:13-21 untuk lebih jelasnya. Disana ada perumpamaan yang sangat jelas mengenai kesia-siaan jika kita sibuk mengumpulkan harta di dunia ini. Tidak peduli seberapa bertimbunnya harta yang kita miliki saat ini, itu tidak akan pernah bisa menjamin keselamatan kekal. Mungkin di dunia ini kita bisa berbuat apapun dengan uang banyak, mungkin kita bisa membeli seisi dunia, tapi itu tidak akan ada gunanya bagi Tuhan. Kita tidak akan pernah bisa membayar Tuhan dengan nilai harta berapapun besarnya. Dalam perikop ini Yesus berkata "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." (ay 15). Dalam perumpamaan yang diberikan Yesus, dikatakan ada seorang yang sangat kaya, yang terus menimbun dirinya dengan pundi-pundi harta. Begitu pongahnya, sehingga "Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!" (ay 19). Tapi apa yang menjadi jawaban Allah kepadanya? "Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?" (ay 20). Untuk apa semua itu kelak ketika kita dipanggil menghadapNya? Semua itu tidak akan pernah bisa kita bawa. Begitu urusan di dunia selesai, maka itulah akhir cerita dari segala harta kekayaan itu. Dan Yesus pun menutup perumpamaannya dengan "Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah." (ay 21). Itulah akhir dari setiap orang yang berusaha memperkaya dirinya sendiri secara duniawi tapi tidak berusaha menjadi kaya di mata Tuhan.
Kita memang harus terus bekerja untuk menyambung hidup, itu benar. Tapi kita harus berhati-hati agar tidak terjerumus menjadi hamba uang, hamba harta, hamba popularitas, hamba status dan lain-lain. Itu artinya menduakan Tuhan, dan sebagai seorang hamba kita harus memilih kepada siapa kita mengabdi. Firman Tuhan berkata: "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Matius 6:24). Mencari uang itu tidak salah, uangnya tidak salah, namun menjadi "HAMBA" uang, itu yang salah. Kita harus bekerja dengan sebaik-baiknya dan dengan sekuat tenaga, bahkan kita diminta untuk bekerja dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23). Lalu Tuhan akan memberkati kita dengan segala sesuatu. Bukan untuk ditimbun melainkan untuk dipakai memberkati orang lain. Dan itupun bukan untuk popularitas kita, tapi untuk kemuliaan Tuhan. Lakukan itu, maka itu artinya kita sedang mengumpulkan harta di surga, dimana tidak ada satupun yang mampu merusak atau mencurinya.
Ngengat dan karat serta pencuri akan selalu berada di sekitar harta dunia. Harta yang kita kumpulkan, sebanyak apapun jumlahnya, tidak akan pernah aman seratus persen dan tidak akan bisa berguna sama sekali bagi kehidupan selanjutnya jika hanya ditimbun atau dipakai untuk hal-hal yang sia-sia. Kemarin kita sudah melihat ayat yang berbunyi: "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya." (Matius 6:19-20) Tuhan Yesus mengingatkan kita untuk mengumpulkan harta bukan di bumi melainkan di surga. Disanalah segalanya akan tersimpan dengan baik dan akan berguna kelak di kemudian hari. Dunia mengumpulkan harta dengan menimbun, tapi di surga kita mengumpulkan harta lewat menabur. Kita harus paham bahwa Tuhan tidak menyuruh kita untuk hidup miskin serba kekurangan, karena Dia telah menjanjikan segalanya bagi kita, mulai dari janji untuk mencukupkan hingga memberi kelimpahan. Dia menjanjikan semuanya, bahkan yang tidak pernah terpikirkan oleh kita. "Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9). Tetapi kita harus sadar bahwa esensi dari berkat Tuhan turun atas kita bukanlah untuk ditimbun sendiri melainkan dipakai untuk memberkati orang lain atas nama Kerajaan Allah. Itulah yang berarti kita sedang berinvestasi di surga dan itulah yang aman serta membawa manfaat kekal bagi kita. Di mana anda menimbun harta saat ini?
Berinvestasilah dimana tidak ada ngengat, karat dan pencuri, dan di tempat dimana itu akan berguna bagi keselamatan kita
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Belajar dari Rehabeam (2)
(sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment