Saturday, August 27, 2011

Diberi Untuk Memberi

Ayat bacaan: 1 Petrus 3:9
====================
"...hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat..."

diberi untuk memberiBetapa lucunya berbincang-bincang dengan anak teman saya yang masih berusia di bawah 10 tahun. Ia tengah sibuk mendesak ibunya untuk memberinya les gitar di sebuah sekolah musik. Saya pun bertanya kepadanya, mengapa ia tertarik untuk belajar musik, dan mengapa harus gitar. Dengan polos ia menjawab bahwa ia ingin terkenal di dunia suatu hari nanti sehingga ia bisa membantu orang miskin. Dan menurutnya, itu bisa ia capai jika ia menjadi seorang pemusik yang baik. Mengapa gitar? "Karena gitar tidak terlalu mahal, kasihan mama kalau harus beli alat musik yang mahal-mahal, om.." katanya. Saya pun tertawa mendengarnya. "Lagian kenapa tidak? Gitar itu hebat.. saya pengen jadi pemain blues, yang nadanya tinggi-tinggi itu om.." katanya lagi. Saya tertawa bukan hanya karena merasa lucu melihat kepolosan cara bepikirnya, tetapi juga karena kagum, bahwa anak sekecil dia ternyata sudah tahu bahwa ia harus mulai melakukan sesuatu sejak di usia dini agar bisa sukses kelak di kemudian hari. Kenyataannya banyak dari kita yang jauh lebih dewasa tidak kunjung juga menyadari hal itu. Kita malah tidak tahu untuk apa kita diberkati. Banyak dari kita cenderung terus menumpuk, menyimpan harta untuk diri sendiri. Semakin diberkati malah semakin pelit. Semakin banyak yang dimiliki, semakin banyak yang dirasa belum punya. Berkat yang diperoleh hanya dipakai untuk memperkaya diri sendiri, membeli benda-benda yang seharusnya tidak terlalu diperlukan. Bukannya semakin terpanggil untuk memberkati orang lain, tetapi justru semakin pelit dalam memberi. Saya memperoleh banyak karena kerja keras saya, jadi tidak ada orang lain yang harus mendapat apa-apa dari itu. Pola pemikiran seperti itu menjadi milik banyak orang. Ya, kita memang bekerja keras untuk memperoleh hasil. Dan memang kita harus bekerja keras, tidak boleh bermalas-malasan. Tetapi bukankah rejeki atau berkat itu datangnya dari Tuhan? Jika datangnya dari Tuhan, tahukah kita mengapa Tuhan memberikan berkat itu turun atas kita? Apakah cukup karena kita kerja keras maka semua itu mutlak menjadi hak milik kita dan kita tidak perlu tahu apa yang menjadi keinginan Tuhan kemana berkat itu harus kita pergunakan?

Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa ada hubungan sebab akibat dalam hal diberi dan memberi. Anak teman saya yang umurnya belum 10 tahun saja tahu itu. Kita diberi untuk memberi. Kita diberkati untuk memberkati. Kita bekerja keras untuk mencukupi nafkah hidup kita dan keluarga, itu benar. But that's not all. Ada pesan Tuhan yang penting pula agar kita memberi, menolong orang-orang lain yang tengah kesusahan. Dan sesungguhnya, untuk itulah kita diberi. Perhatikan kata Petrus berikut ini: "...hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat..." (1 Petrus 3:9). Apabila kita memperoleh berkat tetapi tidak mau memberkati, maka itu artinya kita menolak untuk melakukan kehendak Tuhan.

Jika Petrus mengatakan demikian, lihat bagaimana cara Paulus untuk mengatakan hal yang sama. Sebuah perikop penting dari surat rasul Paulus menjabarkan lebih lanjut mengenai ini. "Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita."(2 Korintus 9:6-7). Paulus tidak berhenti sampai disitu. Ia lebih jauh menjelaskan bahwa Tuhan sanggup melimpahkan segala kasih karuniaNya bahkan hingga berkelebihan, dan ini semua bukan untuk memperkaya diri, menyombongkan diri dan dinikmati sendiri dengan serakah, melainkan untuk beramal, memberkati orang lain. "Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan." (ay 8). Dalam versi BIS dikatakan "Allah berkuasa memberi kepada kalian berkat yang melimpah ruah, supaya kalian selalu mempunyai apa yang kalian butuhkan; bahkan kalian akan berkelebihan untuk berbuat baik dan beramal." Tuhan berkuasa memutuskan untuk melimpahi kita dengan berkat, tetapi lihatlah untuk apa itu diberikan. Selain agar kita mampu memiliki apa yang kita butuhkan dalam hidup, tetapi terlebih pula itu ditujukan agar kita punya sesuatu untuk BERBUAT BAIK dan BERAMAL. Paulus ternyata menegaskan juga tentang hakekatnya mengapa kita diberkati, dan itu sama seperti apa yang dikatakan Petrus dalam kesempatan lain seperti yang bisa kita baca di atas.

Ingatlah akan hal ini: bahwa berkat-berkat yang kita peroleh adalah titipan Tuhan, yang harus kita pakai untuk memberkati sesama kita, untuk menyatakan kemuliaan Tuhan. Apakah itu berkat kekayaan, berkat kesehatan, talenta-talenta yang kita miliki, semua itu hendaklah kita pergunakan untuk menjadi berkat buat orang lain. Apapun yang kita lakukan buat membantu orang lain bernilai sangat tinggi bagi Tuhan. Demikian firman Tuhan: "Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku." (Matius 25:45). Kita harus mengerti bahwa kekayaan yang ada pada kita hanya titipan Tuhan. Karena itu kita harus mempergunakannya untuk sesama kita, siapapun mereka, apapun latar belakangnya, dimana Tuhan dimuliakan disana. "Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah Para Rasul 20:35). Perhatikan, semakin dalam kita masuk ke dalam hadiratNya, semakin dekat kita pada Tuhan, maka prinsip kebahagiaan pun berubah. Jika dulu kita berbahagia ketika kita diberi, maka kini kita akan jauh lebih berbahagia ketika bisa memberi kontribusi kepada orang lain. Kita akan merasa sangat bahagia ketika bisa membahagiakan orang lain. Itu jauh lebih membahagiakan dibandingkan ketika kita memperoleh sesuatu. Kita memperoleh berkat adalah agar kita bisa memberkati orang lain lewat segala yang kita miliki. Singkatnya, kita diberkati untuk memberkati.

Rugikah jika kita banyak memberi? Jika kita memberi dengan hati yang tulus semata-mata karena mengasihi Tuhan dan sesama, kita tidak akan menjadi berkekuangan, malah akan semakin banyak lagi menerima berkat. Itu sejalan dengan  Amsal berikut ini: "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan." (Amsal 11:24). Pelit, serakah, tamak, egois dan sejenisnya tidak akan pernah membawa hasil apa-apa selain kerugian buat diri kita sendiri. Kita harus tahu untuk apa Tuhan memberkati kita, dan kita harus memiliki kerinduan untuk melakukannya. Anak kecil tahu bahwa ia harus mulai melakukan sesuatu, bekerja keras belajar main gitar agar kelak ia mampu membantu sesamanya. Ia tahu bahwa berkat hanya bisa ia miliki dengan belajar serius sungguh-sungguh, dan ia tahu kemana ia bisa mempergunakannya. Tidak ada salahnya kita belajar dari cara berpikirnya, meski kita mungkin berusia jauh di atasnya. So, let's work hard, and when God gives you His blessings, use it to help others. Mulailah memberi, maka Tuhan akan terus mencurahkan berkatNya memenuhi lumbung agar anda bisa memberkati lebih dan lebih lagi.

Kita diberi untuk memberi, kita diberkati untuk memberkati

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...