Tuesday, August 2, 2011

Gandum dan Lalang

Ayat bacaan: Matius 13:29-30
======================
"Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."

gandum-lalangHampir di semua pot yang ada di halaman rumah saya terdapat tanaman-tanaman liar yang tumbuh bersama-sama dengan tanaman yang berada di dalam pot. Bahkan di antara rumput yang dengan sengaja saya tanam pun terdapat rumput-rumput liar. Dari pengamatan saya, seringkali tanaman atau rerumputan liar ini malah lebih subur dibandingkan tanaman yang dipelihara. Tanaman liar ini menyerap nutrisi-nutrisi yang diperlukan tanaman yang dipelihara itu untuk tumbuh, dan jika tidak saya cabut secara berkala maka tanaman yang baik pun akan sulit berkembang. Entah dari mana datangnya tanaman liar ini, tetapi begitulah adanya. Mereka terus saja hadir, bertumbuh bersama-sama dengan tanaman lainnya. Jika anda menanam padi atau gandum, maka lalang pun akan hadir disana. Tumbuh berdampingan di tempat yang sama. Jika anda melihat secara sepintas maka anda akan melihat seolah semuanya sama saja. Tetapi jelas keduanya berbeda. Padi dan gandum itu berguna dan berharga, sementara lalang hanya akan dicabut dan dibuang atau dibakar.

Dalam memberi pengajaran Yesus sering mempergunakan perumpamaan-perumpamaan sebagai ilustrasi dari apa yang hendak Dia sampaikan agar lebih mudah dimengerti. Salah satu perumpamaan yang pernah Dia sampaikan mengambil contoh mengenai gandum dan lalang ini. "Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya." (Matius 13:24). Apa yang ditabur? Benih gandum yang baik. Itu yang berasal dari Kerajaan Surga. Lalu kemudian apa yang terjadi? "Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi." (ay 25). Jika diantara gandum itu kemudian terdapat lalang, siapa yang menabur? Alkitab mengatakan musuh, dan itu bukan berbicara mengenai orang, melainkan iblis. Iblis akan terus berusaha menabur lalang ditengah-tengah gandum. Perhatikan bahwa kedua tanaman ini tumbuh di tempat yang sama dan kelihatannya cukup sulit untuk dipilah. Ini perumpamaan yang berbicara tentang orang benar dan orang fasik yang dibiarkan hidup berdampingan. Di saat gandum itu mulai berbulir, lalang pun mulai kelihatan juga. (ay 26). Keduanya jelas mempunyai karakteristik berbeda, tapi tumbuhnya berbarengan di tempat yang sama. Bahkan dalam bahasa Inggrisnya gandum dan ilalang ini pun hampir sama namanya: Wheat dan Weeds. Lalu apa yang harus dilakukan terhadap lalang ini? Dicabut? Ternyata Yesus berkata: "Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu." (ay 29). Lalu Yesus melanjutkan "Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku." (ay 30). Gandum dikumpul dan dimasukkan ke lumbung, sedangkan lalang diikat dan dibakar.

Kita kelihatannya tidak bisa berdoa dan meminta agar "lalang" diangkat Tuhan, sebab Tuhan mengizinkan lalang itu tumbuh bersama dengan kita. Suka tidak suka kita selalu akan ada benih-benih iblis yang tertabur di sekitar kita lewat berbagai bentuk. Lalu bagaimana? Yang penting adalah menjaga status kita tetap sebagai "gandum" meskipun ada ribuan lalang disekeliling kita. Bisa jadi lalang yang tumbuh lebih banyak dan lebih subur dibandingkan gandum, tetapi itu tidak masalah, sepanjang kita menyadari bahwa kita sesungguhnya berasal dari benih Kerajaan Sorga dan bukan dari si jahat. Perbuatan-perbuatan kita sebagai "gandum" haruslah tetap berguna seperti terang dan garam dan memuliakan Bapa di dalamnya. Tentu perbuatan kita itu akan mendapat reaksi dari kelompok ilalang. Petrus pun menyadari hal itu dan berkata "Sebab itu mereka heran, bahwa kamu tidak turut mencemplungkan diri bersama-sama mereka di dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama, dan mereka memfitnah kamu." (1 Petrus 4:4). Sulitkah ini untuk dilakukan? Jelas sulit. Namun semua kesulitan itu memang harus kita lalui. Kita memang dibiarkan tumbuh bersama dengan lalang, tetapi perhatikanlah bahwa pada akhirnya nanti kita akan selamat ketika kita dimintai pertanggung jawaban. "Tetapi mereka harus memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati." (ay 5).

Ingatlah bahwa anda memiliki karakteristik sebagai gandum, bukan lalang! Gandum akan dikumpulkan ke dalam lumbung Tuhan, bahkan lebih tegas lagi lewat Filipi 3:20 kita sudah diingatkan bahwa kewargaan kita adalah di dalam surga. Jangan sampai kita berubah karakter, bukan lagi sebagai gandum tetapi malah ikut menjadi lalang. Jika itu yang terjadi, kita tidak akan pernah sampai ke dalam lumbung Tuhan nantinya. Lalang akan diikat untuk dibakar. Pada panen akbar di akhir zaman pun hal ini kembali dinyatakan. "Dan Ia, yang duduk di atas awan itu, mengayunkan sabit-Nya ke atas bumi, dan bumipun dituailah." (Wahyu 14:16). Semua tuaian jelek akan berakhir ke dalam kilangan murka Allah, dimana dari kilangan itu akan mengalir darah. (ay 19-20). Sungguh mengerikan bukan? Kalau kita melakukan perbuatan-perbuatan seperti halnya ilalang, berarti kita menjerumuskan diri kita sendiri ke dalam kematian kekal. Sekarang memang kita diijinkan untuk tumbuh bersama-sama, lalang bisa jadi lebih subur, tetapi satu saat nanti pasti akan terjadi pemisahan antara gandum dan ilalang. Gandum akan masuk ke dalam lumbung Tuhan, sedangkan ilalang akan dibakar habis. Seringkali kita berada di tengah orang-orang yang mungkin setiap kali bertemu kita akan mengejek kita yang tidak mau ikut-ikutan berbuat dosa. Atau jika tidak separah itu, kita tetap bertemu dengan orang-orang yang menggiring kita untuk berbuat dosa. Jika atasan kita menerima suap misalnya, kita pun diminta untuk ikut arus, setidaknya tidak sok jujur dan melaporkannya, atau kita harus siap-siap kehilangan pekerjaan. Ketika teman-teman kita berbuat dosa, kita akan dibilang sok suci dan dikucilkan apabila kita tidak mengikuti mereka. Ini baru dua contoh dari ribuan kasus yang kita hadapi sehari-hari. Menjaga hidup tetap kudus tentu tidak mudah. Tetapi meski sulit, pilihan ada pada diri kita. Jika sekarang itu terlihat sebagai sebuah pengorbanan besar, tetaplah lakukan, karena sebuah perbedaan perlakuan secara nyata akan hadir kelak pada waktunya. Sebelum hal itu sampai, mari pastikan benar-benar bahwa kita tetap memiliki karakter gandum hingga masa tuai itu tiba, sehingga kita tidak berakhir di tempat yang salah.

Lalang akan tetap tumbuh bersama dengan gandum, tetapi keduanya akan berakhir di tempat yang berbeda

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...