Tuesday, August 16, 2011

Doa Bagi Bangsa (1)

Ayat bacaan: Daniel 9:16
====================
"Ya Tuhan, sesuai dengan belas kasihan-Mu, biarlah kiranya murka dan amarah-Mu berlalu dari Yerusalem, kota-Mu, gunung-Mu yang kudus; sebab oleh karena dosa kami dan oleh karena kesalahan nenek moyang kami maka Yerusalem dan umat-Mu telah menjadi cela bagi semua orang yang di sekeliling kami."

doa bagi bangsa66 tahun yang lalu proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia dinyatakan. Prosesnya tidaklah mulus. Kita mempelajari dari sejarah bahwa sehari sebelumnya, tepatnya pada tanggal yang sama dengan hari ini Soekarno dan Hatta sempat dibawa ke Rengasdengklok untuk didesak agar mempercepat proses proklamasi. Pada akhirnya keesokan harinya tanggal 17 Agustus 1945 kedua bapak bangsa pun menyatakan kemerdekaan Indonesia, yang kita peringati sebagai hari jadi negara Republik Indonesia. Meski proklamasi sudah dikumandangkan dan Indonesia memasuki era baru kemerdekaan, tetapi perjuangan dan pergumulan tidaklah berhenti. Belanda sempat ingin merebut kembali kedaulatan negara kita dan para pahlawan kita pun kembali berjuang dengan cucuran darah dan air mata. Hingga hari ini sesungguhnya perjuangan tidak kunjung berhenti. Hidup di alam kemerdekaan ternyata tidak juga membuat kita bisa menikmati itu sepenuhnya. Adanya gerakan-gerakan separatis, ekstrimis, teroris, koruptor dan orang-orang lain yang tega menghancurkan keutuhan negara demi kepentingan pribadi atau golongannya sendiri, orang-orang yang merasa dirinya paling benar dan merasa berhak menghakimi atau membinasakan orang lain membuat alam kemerdekaan ini masih belum sepenuhnya bisa kita rasakan. Tekanan-tekanan dari negara asing secara politik dan ekonomi masih terjadi hingga hari ini. Bagi banyak orang, kemerdekaan masihlah sebuah utopia saja yang tidak kunjung bisa dicapai.

Apa peran kita sebagai orang-orang percaya dalam menyikapi hal ini? Berpangku tangan jelas bukan pilihan. Melarikan diri ke luar negeri dan membiarkan bangsa ini porak poranda sampai tinggal puing-puing saja juga bukan jawaban yang benar. Apalagi ditambah dengan keluh kesah, protes atau mengutuki pemimpin dan bangsa sendiri. Tidak, itu bukanlah sesuatu yang pantas dilakukan oleh orang percaya. Ada tugas besar bagi kita semua karena bukanlah kebetulan kita ditempatkan di dunia ini untuk menjadi bagian dari sebuah bangsa yang masih terus bergulat menghadapi begitu banyak masalah. Turun ke jalan dan membuat keonaran? Memukuli orang yang tidak sepaham atau kita anggap salah? Itu kejahatan berat di mata Tuhan. Salah satu yang bisa dan WAJIB kita lakukan adalah terus memanjatkan doa untuk bangsa ini. Berdoa dan terus mendoakan bangsa. Bukan hanya berdoa untuk diri sendiri dan keluarga, tetapi terlebih untuk bangsa ini. Karena selain itu menjadi panggilan wajib bagi kita, tetapi sadar atau tidak sesungguhnya kesejahteraan kita akan sangat tergantung dari kondisi bangsa dimana kita berdiam.

Ada sebuah contoh bagus yang bisa kita lihat dalam Alkitab akan hal ini yaitu dengan melihat cara pandang Daniel. Pada masa hidupnya, Daniel menyadari betapa keadaan bangsanya begitu memprihatinkan. Daniel tidak bersikap apatis, tidak juga menyalahkan bangsanya terus menerus, mengutuki atau bahkan menghakimi. Itu bisa saja dia lakukan kalau mengingat dia bukanlah termasuk salah satu dari orang yang berbuat kejahatan. Ia hidup kudus dan taat. Ia tidak berbuat apapun yang salah. Tapi perhatikanlah bahwa Daniel mengambil waktu untuk berdoa, bukan difokuskan untuk dirinya sendiri tetapi secara khusus untuk bangsanya. Bacalah seluruh isi doa Daniel yang tertulis dalam Daniel 9:1-19 maka kita akan melihat bahwa Daniel menggunakan kata "kami" dan bukan "mereka". Daniel memiliki sebuah kerendahan hati untuk tidak bermegah diri meski dia sendiri sudah mengaplikasikan hidup benar dan akrab dengan Tuhan sejak semula. Daniel mengasihi dan peduli terhadap bangsanya. Ia tahu bahwa ia merupakan bagian dari bangsanya. Jika bangsanya menderita, ia pun akan turut menderita. Sebaliknya jika bangsanya makmur dan sejahtera, maka ia pun akan menjadi bagian yang bisa menikmati itu. Daniel mengerti bahwa meski ia tidak berbuat satupun kesalahan, tapi biar bagaimanapun ia tetap merupakan bagian yang terintegrasi dengan bangsa yang saat itu tengah memberontak, tengah berperilaku fasik, bangsa yang bergelimang perilaku menyimpang dan dosa. Selain itu, Daniel sadar betul bahwa jika bukan dia, siapa lagi yang harus berdoa agar malapetaka dan murka Tuhan dijauhkan dari bangsanya? Maka lihatlah bagaimana Daniel berdoa. "Ya Tuhan, sesuai dengan belas kasihan-Mu, biarlah kiranya murka dan amarah-Mu berlalu dari Yerusalem, kota-Mu, gunung-Mu yang kudus; sebab oleh karena dosa kami dan oleh karena kesalahan nenek moyang kami maka Yerusalem dan umat-Mu telah menjadi cela bagi semua orang yang di sekeliling kami. Oleh sebab itu, dengarkanlah, ya Allah kami, doa hamba-Mu ini dan permohonannya, dan sinarilah tempat kudus-Mu yang telah musnah ini dengan wajah-Mu, demi Tuhan sendiri. Ya Allahku, arahkanlah telinga-Mu dan dengarlah, bukalah mata-Mu dan lihatlah kebinasaan kami dan kota yang disebut dengan nama-Mu, sebab kami menyampaikan doa permohonan kami ke hadapan-Mu bukan berdasarkan jasa-jasa kami, tetapi berdasarkan kasih sayang-Mu yang berlimpah-limpah. Ya Tuhan, dengarlah! Ya, Tuhan, ampunilah! Ya Tuhan, perhatikanlah dan bertindaklah dengan tidak bertangguh, oleh karena Engkau sendiri, Allahku, sebab kota-Mu dan umat-Mu disebut dengan nama-Mu!" (Daniel 9:16-19). Ini sebuah doa yang sangat indah yang dipanjatkan Daniel mewakili bangsanya.


(bersambung)

No comments:

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...