(sambungan)
Sebagai manusia baru yang telah mengalami transformasi, atau dalam analogi di atas saya gambarkan sebagai metamorfosis, kita seharusnya mampu menghargai anugerah menakjubkan yang telah diberikan Tuhan itu kepada kita dengan menjalani hidup sebagai ciptaan baru. Itu kesempatan yang luar biasa besar yang seharusnya kita sikapi dan hargai dengan sangat serius.
Semua telah dikaruniakan Tuhan kepada kita. Sekarang tinggal keputusan kita sendiri, apakah kita mau berproses hingga menjadi kupu-kupu atau berhenti hanya sebagai larva hingga kepompong saja. Bangsa Israel pernah menunjukkan kebebalannya dalam segala bentuk. Dalam Kisah Para Rasul pun sempat disinggung mengenai hal ini. "Tetapi nenek moyang kita tidak mau taat kepadanya, malahan mereka menolaknya. Dalam hati mereka ingin kembali ke tanah Mesir." (Kisah Para Rasul 7:39). Musa dipakai Tuhan untuk menyatakan firmanNya, tapi bangsa Israel yang tegar tengkuk ini tidak juga mau taat kepadanya. Bahkan menolak dan ingin kembali ke tanah Mesir. Kembali ke tanah Mesir berbicara mengenai kembali kepada dosa-dosa masa lalu. Artinya, bangsa Israel menyia-nyiakan keselamatan yang telah dianugerahkan Tuhan. Mereka lebih memilih untuk kembali menjadi ulat dan menolak metamorfosa untuk menjadi sempurna.
Sebuah pesan dalam kitab Korintus sangat baik untuk kita ingat akan hal ini. "Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima." (2 Korintus 6:1). Ini peringatan penting yang juga berlaku bagi kita. Janganlah kita sampai menyia-nyiakan karunia Allah yang telah kita terima dengan kembali kepada perbuatan-perbuatan dosa kita seperti di masa lalu. Sebagai ciptaan baru maupun rekan sekerja Paulus yang sama-sama mengemban Amanat Agung meski di jaman yang berbeda, mulailah sebuah hidup baru yang penuh kemenangan. Menang dari godaan, lepas dari penghambaan akan dosa.
Kita telah ditransformasi menjadi ciptaan baru. Kita bukan lagi manusia lama yang berkubang dalam kegelapan, tapi kini ada terang Kristus yang menyinari kita. Ada Roh Kudus yang membimbing setiap langkah hidup kita. Itu adalah perubahan baru yang sudah disediakan Tuhan yang seharusnya memampukan kita untuk berubah menjadi orang-orang yang lebih baik, yang hidup seturut kehendakNya. Jangan sia-siakan itu, jangan kembali kepada kebiasaan buruk di masa lalu, tapi mulailah menatap ke depan sebagai "the whole new creation". Pada saatnya nanti kita akan bisa seindah kupu-kupu, yang bisa membawa berkat bagi setiap orang yang melihatnya.
Just when the catepillar thought the world was over... it became a butterfly
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
RenunganHarianOnline.com adalah Renungan Harian Kristen untuk waktu Saat Teduh
Home »Unlabelled » Dari Ulat Menjadi Kupu-Kupu (2)
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Search
Berlangganan (Subscribe)
Menu
Kategori Artikel
Quick News
Hai! kami kembali lagi untuk memberkati para RHO-ers
Renungan Harian Online kini dapat diakses melalui domain berikut: www.RenunganHarianOnline.com
Renungan Harian Online kini dapat diakses melalui domain berikut: www.RenunganHarianOnline.com
Tentang RHO
Renungan di Blog ini dibuat oleh Tim Renungan Harian Online sendiri Copyrighted @ 2007-2022. Saudara boleh membagikan link
blog ini agar dapat menjadi berkat bagi teman-teman saudara, atau me-link-nya di situs/blog saudara:
atau dapat juga menggunakan banner dibawah ini:
Tuhan Memberkati!
Popular Posts
- Jebakan Hutang
- Mengusahakan Kesejahteraan Kota
- Kerjasama dalam Satu Kesatuan
- Kebersamaan Dalam Kasih Yang Menguatkan
- Perempuan Samaria di Sumur
- Hidup yang Berbahgia dan Berhasil
- Tahun Baru, Rahmat Baru, Harapan Baru
- Bersiap Menjelang Natal
- Bangkit dan Menjadi Terang
- Manusia Berencana Tuhan Menentukan
Pendistribusian
RHO hanya memberikan ijin untuk mendistribusikan pada media online (blog, milist, dll) tanpa menghilangkan link source, jika didistribusikan pada media offline, seperti warta jemaat, harus mencantumkan link source-nya. Kami tidak mengijinkan pendistribusian yg bersifat komersil.
No comments :
Post a Comment