Ayat bacaan: Markus 12:44
=========================
"Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya."
Memberi sumbangan untuk yang membutuhkan tentu baik. Tapi ada banyak orang yang memberi bukan karena merasa terpanggil untuk menolong, melainkan untuk mencari popularitas atau menarik simpati orang lain. Kita melihat para kandidat atau calon pemimpin di berbagai tingkat tiba-tiba gemar memberi ketika sedang berlomba memenangkan pemilihan, namun kemudian lupa setelah sudah mendapatkan apa yang mereka inginkan. Kita pernah melihat selebritis yang sengaja memanggil wartawan ketika mereka hendak menyambangi rumah yatim piatu atau memberi sedekah. Di sisi lain kita terus menemukan perdebatan antara keharusan memberi tepat 10% dari penghasilan atau memberi persembahan secara sukarela di gereja. "Pendapatan saya tidak banyak, jadi saya tidak bisa memberi saat ini. Setelah saya kaya nanti saja deh.." kata seseorang pada suatu kali. Ini semua menjadi gambaran yang umum kita lihat hari-hari ini. Memberi tanpa mengharapkan balasan, memberi dengan ikhlas, memberi dengan sukacita, memberi karena mengasihi semakin lama semakin langka. Seperti apa sebenarnya pandangan Tuhan tentang memberi?
Mari kita lihat Injil Markus 12:41-44. Pada suatu hari Yesus sedang duduk-duduk di Rumah Tuhan dan mengamati orang lalu lalang memberikan persembahan mereka. Bisa jadi beberapa di antara mereka dengan sengaja "beraksi" disana agar orang melihat betapa banyak yang mereka berikan. Kemudian seorang janda miskin hadir disana dan memberikan persembahannya. Markus mencatat kejadiannya seperti ini": "Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit." (ay 42) Dua peser yang ia berikan disana merupakan satuan koin terkecil yang berlaku pada saat itu. Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan "the smallest of coins". Di mata manusia mungkin apa yang diberikan ibu janda tersebut tidaklah berarti apa-apa dibandingkan jumlah besar pemberian orang-orang kaya. Tapi lihatlah bahwa Tuhan melihat apa yang tidak dilihat oleh orang. Bahkan Yesus berkata "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan." (ay 43). Mengapa bisa demikian? Ini alasannya: "Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya." (ay 44). Dia memberikan semua yang ada padanya. Ibu itu tidak bermaksud untuk mencari perhatian dari orang. Dia hanya melakukan apa yang bisa dia lakukan, memberi semampu yang ia bisa berikan. Dan Yesus melihat itu. Dan Dia pun menghargainya begitu besar.
Ingatlah bahwa Tuhan melihat semua yang kita lakukan. Tidak ada satupun yang luput dariNya. Mungkin kita saat ini belum mampu memberikan jumlah yang besar, tapi kita tidak perlu malu, kecil hati apalagi risau akan hal itu. Secara nominal mungkin kecil, namun di mata Tuhan itu sangat berarti jika kita memberikan yang terbaik dengan sukacita. Manusia mungkin melihat jumlahnya, tapi Tuhan melihat hati kita ketika memberi. "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7b). Sikap hati kita ketika memberi, motivasi kita, itulah yang dinilai Tuhan. Bisa jadi kita sementara ini hanya sanggup memberi penghiburan kepada seseorang yang sedang mengalami kesedihan, melakukan sesuatu yang sangat sederhana atau mungkin sepele bagi seseorang, atau hanya mendoakan tetangga yang sedang menghadapi pergumulan secara diam-diam. Sekecil apapun itu, jika kita melakukannya dengan didasari hati yang benar, itu semua akan berarti sangat besar di mata Tuhan.
Hal lain yang perlu diingat ketika memberi adalah memastikan diri kita untuk tidak pamer dengan pemberian kita. Yesus mengingatkan: "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga." (Matius 6:1). Hal ini termasuk memberi sedekah. "Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu." (ay 3). Jika tangan kiri saja tidak perlu tahu, apalagi orang lain. Jika motivasi kita benar dalam memberi, kita akan sadar bahwa tidak ada perlunya bagi orang lain untuk mengetahui sebanyak atau sebesar apa kita memberi. Dan Yesus pun berkata "Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (ay 4).
Berilah semampu kita, namun dalam konteks memberikan yang terbaik dari apa yang kita miliki. Kita tidak perlu takut kekurangan, karena bukankah kita punya Tuhan yang selalu mampu mencukupi, bahkan siap memberi dalam kelimpahan? Apa yang penting adalah bagaimana sikap hati kita, seperti apa isi hati yang mendasarkan kita dalam memberi. Itulah yang akan menentukan bagaimana reaksi Tuhan dalam menilai pemberian kita. Apakah itu dalam persepuluhan atau persembahan di gereja, atau membantu orang yang sedang kesusahan di luar tembok gereja, berarti tidaknya pemberian kita di hadapan Allah akan sangat tergantung dari bagaimana hati kita saat memberi. Paulus pun mengingatkan hal yang sama. "Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita." (2 Korintus 9:7). Berilah bukan dengan paksaan, melainkan dengan sukacita. Sekali lagi, kita tidak perlu cemas akan kekurangan akibat memberi, karena firman Tuhan lewat Paulus berkata "Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan." (ay 8). Apapun yang mampu anda persembahkan saat ini, persembahkanlah dengan sukacita karena mengasihi Tuhan dengan sikap hati yang tulus. Dua peser atau bahkan satu peser sekalipun tetap akan dihargai oleh Tuhan jika kita berikan sebagai yang terbaik dari kita saat ini. Berikan yang terbaik dari apa yang anda miliki, dan lihatlah bagaimana Tuhan mampu memberkati kita dengan luar biasa.
Tuhan melihat hati kita ketika kita memberi
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Thursday, April 29, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Belajar dari Rehabeam (2)
(sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment