Thursday, April 15, 2010

Abraham dan Bintang-bintang di Langit

Ayat bacaan: Kejadian 15:5-6
=========================
"Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran."

abraham dan bintang di langitAdalah mudah untuk membaca firman Tuhan, tapi seringkali sulit untuk mempercayai bahwa firman itu bisa berlaku bagi kita. Menyetujuinya mungkin mudah, tapi mudahkah bagi kita untuk percaya baha pernyataan Tuhan itu akan berhasil bagi kita? Setiap kita akan pernah berhadapan dengan masa-masa dimana kita akan berhadapan dengan situasi dimana kita begitu terpukul dengan keadaan yang sangat buruk sehingga sulit bagi kita untuk percaya akan janji Tuhan. Ketika Paulus berkata "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:37), bagaimana mungkin hal itu bisa kita terima ketika masalah sedang berat-beratnya menimpa kita? Tidak mudah memang, tapi bukan tidak mungkin. Setidaknya Abraham pernah mengalami dan membuktikan sendiri.

Lihatlah bagaimana Abraham di masa tuanya tiba-tiba mendapatkan janji Tuhan yang secara logika sama sekali tidak masuk akal. Tuhan menyatakan kepada Abraham bahwa ia akan menjadi bapa dari sejumlah besar bangsa (Kejadian 17:4). Itu dijanjikan ketika ia tidak lagi berada dalam masa subur. Abraham dan istrinya, Sara, sudah jauh melewati masa-masa itu! Masa dimana masih memungkinkan bagi mereka untuk memperoleh keturunan. Satu saja sudah sulit diterima akal, apalagi menjadi bapa sejumlah besar bangsa? Ditambah lagi Sara dikatakan mandul sepanjang hidupnya. (Kejadian 11:30). Bayangkan, bagaimana sepasang suami istri tua, kakek dan nenek yang mandul, dapat mempunyai anak, yang akan membentuk sejumlah besar bangsa? Tidak, itu tidak masuk akal sama sekali.

Tuhan ternyata tahu pergumulan Abraham, yang waktu itu masih dikenal dengan Abram. Untuk membantunya, Tuhan pun memberi gambaran yang menurut saya sangat indah dan puitis. "Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." (Kejadian 15:5). Saya membayangkan Abram menatap bintang-bintang yang berkerlipan di langit malam. Saya membayangkan Abram mulai menghitung bintang itu satu persatu, sambil mata hatinya terus dipenuhi dengan janji Tuhan. Sama seperti kita, Abraham pun manusia yang punya akal. Sedikit banyak ia pasti bingung dengan apa yang dijanjikan Tuhan itu. Namun iman yang dimiliki Abraham menjadi faktor pembeda utama antara dirinya dengan kita yang masih bergumul untuk mampu mempercayai firman Tuhan. Dikatakan demikian: "Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." (ay 6). Tidak masuk akal, tapi ia mampu percaya sepenuhnya, hingga hal itu pun mendapat pengakuan dari Tuhan sebagai kebenaran. Wow.

Iman. Itulah pembedanya. Tidak heran jika Abraham dikenal sebagai bapa orang beriman. Berkali-kali ia menghadapi ujian iman yang terus menerus ia menangi. Dan kita tahu yang terjadi kemudian, janji Tuhan itu menjadi kenyataan dalam hidupnya. Iman seperti itulah yang dapat kita contoh dari sosok Abraham, sebuah iman yang mampu meyakinkan kita bahkan terhadap hal yang paling mustahil sekalipun. Penulis Ibrani pun menggambarkan hal ini. "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1). Itulah iman, yang mampu mendasari segala harapan kita dan mampu pula menjadi bukti sebelum kita bisa melihat kenyataannya secara riil.

Jika sulit bagi anda saat ini untuk bisa mengamini firman Tuhan berlaku bagi kita, teruslah renungkan firman Tuhan. Luangkan waktu untuk membayangkan janji Tuhan itu, teruslah renungkan hingga image dari janji Tuhan itu secara perlahan terbentuk dalam diri anda sampai mencapai kepenuhan. Renungkan, renungkan dan renungkan terus, pusatkan perhatian kepada janji-janji Tuhan yang telah dinyatakan dalam Alkitab. Dan anda bisa memperolehnya tepat seperti apa yang telah dibuktikan Abraham dalam hidupnya. Tidak akan pernah sia-sia untuk merenungkan firman Tuhan, karena dikatakan bahwa orang "yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:1-2). Seperti Abraham menatap bintang dan mulai menghitung satu persatu sambil membentuk gambaran nyata dalam hatinya hingga jadi, demikian pula kita harus mulai mengambil waktu untuk merenungkan firman Tuhan, hingga gambaran janji Tuhan menjadi nyata di dalam diri kita. Pada saatnya, kita akan melihat bahwa tidak satupun janji Tuhan yang sia-sia, dan juga berlaku bagi kita tanpa terkecuali.

Renungkan firman Tuhan dan bentuklah gambarannya dalam diri anda hingga mencapai kepenuhan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...