Friday, July 31, 2015

Menyikapi Panggilan (2)

(sambungan)

Apa sebenarnya panggilan kita dalam hidup? Yang jelas kita tidak akan pernah bisa melaksanakannya dengan baik apabila kita tidak mengerti atau bahkan tidak tahu apa yang menjadi panggilan Tuhan bagi kita. Kita sering mengira bahwa panggilan hanyalah semata mengenai bentuk-bentuk pelayanan dalam bidang-bidang di gereja lantas lupa bahwa ada panggilan-panggilan yang Tuhan berikan secara spesifik kepada setiap kita. Apakah anda hari ini bekerja sebagai pengusaha, pedaganng, karyawan, guru/dosen, dokter atau berbagai profesi lainnya, ataupun anda adalah seorang hamba Tuhan penuh waktu, itupun merupakan sebuah panggilan dimana anda bisa menyatakan Terang Kristus dan memberkati banyak orang. Apa yang diperlukan untuk bisa maksimal dalam melayani panggilan? Apa dasar yang perlu kita pastikan ada dalam diri kita agar kita bisa memberi yang terbaik dalam panggilan kita masing-masing?

Sebelum kita lanjutkan lebih jauh mengenai panggilan, ada ayat yang secara sangat jelas menyatakan seperti apa sebenarnya gagasan Tuhan mengenai panggilanNya itu dalam bahasa yang sangat sederhana. "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus." (1 Tesalonika 4:7). Ayat singkat ini dengan begitu tegas menyatakannya. Kita bukan dipanggil untuk melakukan kecemaran, bukan apa yang menyakiti hati Tuhan, apa yang dipandang jahat di mata Tuhan, apa yang mengecewakanNya, melainkan untuk hidup kudus, seturut kehendakNya, sesuai perintahNya. Ini adalah firman Tuhan yang sederhana dan singkat namun keras, karena ayat selanjutnya menyatakan: "Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu." (ay 8). Bayangkan betapa seriusnya jika apa yang kita lakukan justru dinilai sebagai perbuatan yang menolak Allah yang telah memberikan Roh Kudus kepada kita. Atas kasihNya kita ditebus, diselamatkan dan dianugerahkan Roh Kudus sebagai Sang Penolong, tapi atas segala kecemaran yang kita lakukan kita justru menolak Allah. Itu jelas sebuah pelanggaran yang sangat serius.

Selanjutnya dikatakan "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah." (Roma 3:23). Itulah gambaran manusia yang seharusnya penuh dosa dan sebenarnya jauh dari layak untuk mendapatkan kemuliaan Allah. Tapi oleh kasih karunia Allah yang begitu besar kita sudah ditebus lunas lewat Kristus. "dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (ay 24).

Firman Tuhan lewat Petrus berkata: "Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." (1 Petrus 1:18-19). Ini semua telah kita terima, bahkan dikatakan dengan cuma-cuma. Artinya dengan menerima Kristus seharusnya kita bisa memulai sebuah kehidupan yang baru yang benar-benar kudus. Kecemaran akibat dosa bukanlah menjadi bagian dari kita lagi untuk menurut Tuhan. Hidup kudus, dan bukan cemar, itulah yang seharusnya kita lakukan setelah kita ditebus dan dibenarkan lewat darah Kristus.

Tuhan telah memberikan, selanjutnya tugas kita untuk mempertahankan. Kita tahu bahwa mempertahankan seringkali jauh lebih sulit dari memperoleh atau bahkan merebut. Inilah yang menjadi masalah, karena arus dunia dengan segala iming-iming yang ditawarkan di dalamnya akan terus menerus berusaha meracuni kita yang lemah ini. Segala bentuk tipu muslihat siap digelontorkan iblis untuk meruntuhkan kita. Menjauhkan kita dari kekudusan dan mengarahkan kita ke dalam berbagai bentuk kecemaran.

Pola pikir, kebiasaan, cara dan gaya hidup disusupi kecemaran ini sejak usia dini. Kelemahan kita membuat terdapatnya banyak lubang-lubang dalam pertahanan kita yang sangat rentan untuk diserang. Tapi Tuhan tahu bagaimana lemahnya kita. Tidak akan mungkin kita mampu bertahan melawan arus dunia dengan segala penyesatan di dalamnya apabila kita hanya mengandalkan kekuatan kita sendiri atau apapun yang ada di dunia ini. Oleh sebab itu Tuhan memberikan Penolong bagi kita, Roh Kudus, untuk menyertai, menolong, mengingatkan dan menguatkan kita dalam bertahan dan melawan arus ini. Jangan lupa pula bagaimana besarnya kuasa firman Tuhan yang tidak saja harus kita baca, renungkan dan perkatakan, tetapi harus diaplikasikan secara nyata pula dalam perbuatan kita. Dengan ini semua seharusnya kita mampu menjalankan apa yang menjadi panggilan Allah bagi kita. Sekali lagi bukan untuk kecemaran, melainkan untuk sebuah kekudusan.

Satu hal yang pasti, kita tidak akan bisa melihat Tuhan tanpa adanya kekudusan. Firman Tuhan berkata "..kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan." (Ibrani 12:14). Kita tidak akan bisa mengalami kemuliaan Tuhan apabila kita masih hidup penuh kecemaran. Itulah sebabnya Tuhan mengingatkan kita "Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu" (1 Petrus 1:14-15). Dengan kata lain, lewat ayat selanjutnya Tuhan berpesan "Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (ay 16). Sudahkah kita memperhatikan benar-benar hidup kita untuk melakukan yang kudus sesuai panggilan Tuhan? Maka menjaga kekudusan merupakan hal yang mutlak untuk kita lakukan agar kita bisa menjalankan panggilan dengan maksimal.

(bersambung)

No comments:

Dua Ibu Janda dan Kemurahan Hatinya (8)

 (sambungan) Dua janda yang saya angkat menjadi contoh hari ini hendaknya mampu memberikan keteladanan nyata dalam hal memberi. Adakah yang ...