Tuesday, July 28, 2015

Identifying Your Calling (1)

Ayat bacaan: Kisah Para Rasul 17:16
=======================
"Sementara Paulus menantikan mereka di Atena, sangat sedih hatinya karena ia melihat, bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala."

Dalam renungan kemarin saya sudah menyampaikan topik mengenai panggilan yang tentu saja berbeda antar orang per-orang. Seperti yang sudah saya janjikan, hari ini saya akan melanjutkan lebih jauh mengenai perihal panggilan ini. Terutama bagi yang belum mengetahui atau menemukan panggilannya, bagaimana cara mengetahui apa yang menjadi panggilan dan bagaimana kita harus menyikapinya?

Ada banyak cara untuk bisa mengenali apa yang menjadi panggilan kita, misalnya dengan memperhatikan talenta apa yang diberikan Tuhan sejak semula dan kemana minat dan bakat kita sesungguhnya mengarah. Untuk kali ini, ada sesuatu yang menarik yang berkenaan akan hal ini yang diambil dari kisah Paulus di Atena dalam Kisah Para Rasul 17:16-34. Pada saat itu Paulus tengah menunggu Silas dan Timotius di Atena dan menyaksikan betapa kota itu ternyata dipenuhi patung berhala. Saya menganjurkan anda untuk terlebih dahulu membaca perikopnya secara lengkap sebelum melanjutkan kepada beberapa poin dibawah. Apa isi poin-poin berikut adalah mengenai mengenali panggilan dan menyikapinya, yang didasarkan kepada perikop tersebut.

1. Rasa sedih atau gelisah ketika mengalami atau menyaksikan sesuatu

Ayat pertama yang mengawali perikop ini ditulis sebagai berikut: "Sementara Paulus menantikan mereka di Atena, sangat sedih hatinya karena ia melihat, bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala." (Kisah Para Rasul 17:16). Perhatikan bagaimana reaksi Paulus ketika melihat sesuatu yang bersinggungan dengan panggilannya. Dalam ayat ini dikatakan bahwa Paulus merasakan rasa sedih yang mendalam. Dalam bahasa Inggrisnya disebut "his spirit was grieved and roused to anger."

Seperti inilah rasa yang akan muncul ketika panggilan kita tersentuh. Ada rasa sakit, sedih dan kasih yang bersinggungan satu sama lain dalam perasaan kita. Paulus punya panggilan sebagai rasul sehingga banyaknya berhala dan pemujanya di Atena membuatnya merasakan sedih dan kesal. Anda bisa merasakan hal yang sama tapi di tempat berbeda, jika itu berkenaan dengan panggilan anda.

Ada orang-orang yang panggilannya adalah memperhatikan anak-anak jalanan. Saat orang lain biasa saja melihat anak jalanan berkeliaran di pinggir jalan atau di lampu merah, mereka merasakan sebuah perasaan yang jauh lebih dalam dan sensitif, yaitu rasa sakit melihat penderitaan mereka terlunta-lunta di jalan bersamaan dengan rasa belas kasihan. Ada seorang nenek yang dahulu semasa hidupnya tinggal tidak jauh dari rumah saya, setiap malam ia keluar rumah berkeliling membawa makanan seplastik untuk dibagikan kepada setiap anjing liar yang berpapasan dengannya. Ia pernah berkata bahwa ia tidak bisa tidur sebelum melakukan itu. "Bagaimana saya bisa tidur kalau masih ada anjing-anjing liar di sekitar tempat tinggal saya masih kedinginan dan kelaparan? Hati saya merasa kasihan." Kata-katanya mungkin tidak persis seperti itu, tapi kira-kira seperti itulah bunyinya. Kata-katanya bagi saya sangat berkesan dan tidak akan pernah saya lupakan.

Mungkin anda tidak merasakan seperti yang mereka rasakan, tapi cobalah peka dalam mengamati sesuatu, dan temukan apa yang membuat anda gelisah ketika melihat sesuatu yang belum baik sementara anda merasa bisa melakukannya dengan lebih baik. Bisa jadi perasaan itu muncul saat melihat ketidak adilan, saat melihat pengemis, anak yatim piatu, melihat kondisi politik yang terang-terang mengangkangi rasa keadilan, harga bahan pokok yang tinggi, makanan olahan yang tidak sehat, rumah yang dibangun dengan kualitas buruk dan sebagainya. Anda biasanya akan merasa gelisah apabila tidak melakukan apa-apa untuk menjawab rasa sedih itu. Anda bisa menemukan panggilan dengan memperhatikan bagaimana perasaan anda ketika melihat hal-hal yang masih butuh pembenahan di sekeliling anda.

2. Dorongan untuk melakukan sesuatu, segera!

Ciri lainnya adalah adanya gairah, keinginan, desire/passion atau dorongan untuk melakukan sesuatu terhadap rasa sedih tadi, sesegera mungkin. Kembali kepada perikop Kisah Para Rasul pasal 17, ayat 17 mencatat bentuk reaksi dari sebuah rasa duka yang dialami Paulus. Ayatnya berbunyi demikian: "Karena itu di rumah ibadat ia bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang yang takut akan Allah, dan di pasar setiap hari dengan orang-orang yang dijumpainya di situ."

Perhatikan bahwa Paulus tidak berhenti hanya pada rasa sedih dan marah saja, tetapi ia punya gairah atau semangat untuk memikirkan dan mencari solusi bersama saudara-saudara seiman yang berada di rumah ibadat di Atena. Bukan hanya di sinagoga tapi ia juga melakukan hal itu di pasar alias marketplace. Sebuah panggilan selain membuat hati anda sedih, biasanya akan diikuti dengan rasa untuk bisa terjun langsung mengerjakan sesuatu atasnya, Bisa jadi pada awalnya anda tidak menerima apa-apa atau malah merugi atau mengorbankan sesuatu, tetapi panggilan yang anda di dalam diri anda akan mendatangkan perasaan gelisah dan menuntut adanya aksi untuk segera dilakukan.

(bersambung)

No comments:

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...