(sambungan)
Dari kisah ini kita bisa melihat bahwa meski Tuhan bisa memberkati kita secara berkelimpahan, tetapi Tuhan mau kita belajar bersyukur dan tahu bersyukur. Tuhan tidak ingin kita terjebak kepada nafsu ketamakan dan terus mengeluh merasa kurang. Hidup sederhana dengan rasa syukur merupakan gaya hidup yang diinginkan Tuhan untuk dimiliki oleh anak-anakNya.
Sanggupkah Tuhan melimpahi kita dengan berkatNya? Tentu, bahkan lebih dari sanggup. Dan itu sudah disampaikan dalam begitu banyak ayat. Sayangnya banyak orang yang salah kaprah dalam menyikapi berkat yang diberikan Tuhan. Mereka berpikir bahwa semua itu adalah untuk membuat mereka bisa hidup mewah, berfoya-foya menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak perlu benar. Kalau itu yang jadi dasar pemikiran maka kita tidak akan pernah merasa cukup. Kita harus ingat bahwa Tuhan memberi berkat bukan untuk kita simpan sendiri tetapi untuk memberkati orang lain. Kita diberkati untuk memberkati. Dalam kitab Yehezkiel dikatakan: "Kalau seseorang adalah orang benar dan ia melakukan keadilan dan kebenaran..tidak menindas orang lain, ia mengembalikan gadaian orang, tidak merampas apa-apa, memberi makan orang lapar, memberi pakaian kepada orang telanjang, tidak memungut bunga uang atau mengambil riba, menjauhkan diri dari kecurangan.." dan sebagainya. (bacalah Yehezkiel 18:5-9) Dalam Perjanjian Baru pun pesan seperti ini disampaikan beberapa kali, misalnya lewat Yakobus. "Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?" (Yakobus 2:15-16). Perhatikanlah bahwa Tuhan menginginkan kita untuk menjadi saluran berkatNya dan bukan untuk membuat kita menjadi orang-orang yang tamak atau serakah.
Dalam kisah turunnya hujan roti dan burung puyuh hari ini kita melihat dua kali pesan Tuhan berbunyi sama. Di atas kelimpahan yang dikucurkan Tuhan, kita tetap diminta agar mereka mengambil secukupnya saja. Kita harus terus belajar untuk hidup dengan rasa cukup. Apa yang dikatakan cukup oleh firman Tuhan? "Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah." (1 Timotius 6:8). Dan ingatlah bahwa "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar." (ay 6). Lantas apabila anda diberkati hari ini dengan penghasilan yang besar, bersyukurlah dan pergunakan untuk memberkati sesama. Membantu yang kekurangan, menolong yang kelaparan, memberi pakaian bagi yang kurang mampu, semua itu adalah tugas dan kewajiban kita sebagai orang percaya.
Apa yang dikatakan Gandhi benar. Bumi ini sudah diciptakan Tuhan dengan begitu baik sehingga cukup untuk semua manusia, terlebih ketika kita orang percaya bisa berfungsi secara benar sesuai panggilan Tuhan. Tetapi dunia dan segala isinya ini tidak akan pernah cukup bagi orang-orang yang tamak atau serakah, yang ingin selalu memiliki lebih dan lebih lagi tanpa pernah merasa bersyukur. Hendaklah kita semua hidup dengan rasa cukup dan tidak dikuasai oleh sifat serakah. Dalam keadaan apapun tetaplah bersyukur dan ingatlah bahwa di atas segalanya Tuhan sendiri yang akan memelihara hidup kita semua.
Jangan tamak tapi belajarlah untuk bersyukur dengan segala yang anda miliki saat ini
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kacang Lupa Kulit (5)
(sambungan) Kapok kah mereka? Ternyata tidak. Bukan sekali dua kali bangsa ini melupakan Tuhannya. Kita melihat dalam banyak kesempatan mer...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment