Friday, January 9, 2015

Etika dan Integritas Moral dalam Mazmur 15

Ayat bacaan: Mazmur 15:1-5
====================
"TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? ..Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya."

Etika, moral dan integritas merupakan sesuatu yang makin langka dijumpai ditengah manusia hari ini. Orang semakin terbiasa mengorbankan ketiga hal ini untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan lebih. Bahkan tidak sedikit orang yang menganggap bahwa nilai-nilai baik seperti ini malah merugikan. Jujur itu rugi, lebih baik sedikit curang tapi bisa dapat lebih banyak. Demi keuntungan pribadi, kalau perlu sikat saja hak orang lain, atau korbankan orangnya sekalian. Setia? Kapan majunya, lebih baik melompat sana-sini siapa tahu bakalan lebih menjanjikan. Pola pikir seperti ini dianut oleh banyak orang, yang ironisnya juga menjangkiti orang-orang percaya. Dalam kitab 1 Raja Raja pasal 3:6 integritas terangkum atas tiga hal yaitu kesetiaan, kebenaran dan kejujuran. Di lain waktu saya akan membahas ayat ini, tetapi untuk renungan hari ini marilah kita fokus kepada sebuah bagian dalam kitab Mazmur, yaitu Mazmur 15. amnya ini, yaitu Mazmur 15.

Mazmur 15 yang berisikan Mazmur Daud isinya sangat singkat, hanya terdiri dari 5 ayat saja. Tetapi isi yang terkandung didalamnya sesungguhnya sangat penting untuk diperhatikan. Pasal 15 sering disebut sebagai bagian Mazmur yang berisi etika dan moral/nilai kebenaran secara umum. Begitu pentingnya, kelima ayat ini dihubungkan Daud dengan faktor integritas yang harus dimiliki oleh orang-orang percaya. Dengan kata lain, hanya orang-orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai inilah yang boleh berdiam di tahtaNya yang kudus.

Mari kita lihat pesan-pesan moral dan etika yang terkandung dalam Mazmur 15 satu persatu.

    (1) Mazmur Daud. TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus?
    (2) Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya,
    (3) yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya;
    (4) yang memandang hina orang yang tersingkir, tetapi memuliakan orang yang takut akan TUHAN; yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi;
    (5) yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya.

1. Kualitas moral yang tidak bercela. (ay 2)
Anak-anak Tuhan sudah seharusnya menjadi teladan atau contoh akan kehidupan yang tidak bercela. Kalau bukan kita siapa lagi? Kehidupan yang tidak bercela bukanlah sesuatu yang hanya berbicara secara sempit karena sesungguhnya menyangkut berbagai sendi kehidupan seperti keluarga, hubungan sosial di dalam masyarakat, dalam pekerjaan, dalam studi dan bentuk-bentuk hubungan lainnya. Setiap saat dunia akan terus menawarkan berbagai hal yang berpusat kepada kepuasan dan kenikmatan daging dan itu bukanlah sesuatu yang seharusnya kita ikuti. Firman Tuhan dengan jelas berkata "Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." (1 Yohanes 2:17). Kita tidak boleh melupakan hakekat diri kita yang sudah menjadi ciptaan baru ketika menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat kita. (2 Korintus 5:17). Betapa sia-sianya semua itu jika kita malah masih menjadi ciptaan yang lama yang terus terjebak dan tergoda oleh bentuk-bentuk dosa yang tercela.

2. Melakukan segala yang adil dan benar, tidak memanfaatkan kelemahan orang lain, menghindari berbuat jahat dan mengambil untung atau kesempatan dari orang yang berada dalam posisi lemah. (ay 2,3,5).
Coba pikir, betapa seringnya kita membiarkan diri bersikap egois, hanya mementingkan keadilan bagi diri kita tetapi melupakan keadilan bagi orang lain. Sebagai orang percaya kita seharusnya juga mau memberikan keadilan dan kebenaran bahkan meski itu merugikan kita sendiri. Firman Tuhan berkata "Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat." (Yakobus 3:16). Artinya ketika kita hanya mementingkan diri sendiri saja, maka ada banyak jebakan dosa yang akan timbul dan terus meningkat. Mengambil untung atau kesempatan dari orang dalam posisi lemah, memanfaatkan kelengahan atau kelemahan orang, itu merupakan bentuk yang berlawanan dengan kebenaran moral dan etika, integritas dan tentu saja prinsip kasih dalam kekristenan. Oleh karenanya sikap-sikap ini harus kita hindari. Kalau saat ini kita masih sering terpengaruh oleh berbagai pengajaran dunia yang semakin mengarahkan kita kesana, mulailah tolak sejak sekarang agar kita tidak terus semakin jauh terkontaminasi oleh perbuatan-perbuatan seperti ini.

3. Bersikap/berkata Jujur (ay 2,3)
Kita harus jaga dan pastikan agar jangan sampai dari mulut kita keluar kata-kata yang mengarah pada fitnah, kebohongan apalagi kalau sampai keluar kata-kata kutuk. Firman Tuhan sudah mengingatkan untuk hati-hati karena berkat dan kutuk bisa keluar dari satu mulut yang sama. "dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi." (Yakobus 3:10). Sudah saatnya kita mempergunakan mulut untuk membangun dan memberkati orang lain, bukan sebaliknya menjatuhkan bahkan menghancurkan mereka. Dalam hal berkata juur, tidak gampang untuk bisa sepenuhnya melakukan itu karena seringkali ada konsekuensi yang merugikan kalau kita berkata jujur. Tetapi biar bagaimanapun sebagai anak-anak Tuhan kita harus menjunjung tinggi kebenaran apapun resikonya. Yesus bersabda "Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat." (Matius 5:37). Berkata benar dan jujur merupakan keharusan bagi kita, dan tentu saja apa yang kita katakan harus pula tercermin dalam perbuatan dan perilaku kita. Jujur dalam perkataan, jujur dalam perbuatan, keduanya harus sejalan dan terus kita pelihara.

Ketiganya bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Tetapi inilah sesungguhnya pesan-pesan moral dan etika yang sudah selayaknya mewarnai kehidupan orang-orang percaya. Untuk membangun diri yang berkualitas yang menjunjung tinggi prinsip sebagai umat Tuhan maka Mazmur 15 sudah barang tentu harus bisa tercermin dari kehidupan kita. Kalau kita masih termasuk yang sulit mempraktekkannya secara nyata, kita bisa mengambil komitmen untuk memulainya dari sekarang. Sebagai warga Kerajaan Allah, mari kita hidup dengan merepresentasikan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Jika tidak, jangan bermimpi kita bisa menjadi terang dan garam bagi dunia, jangan pula bermimpi untuk mengklaim hak atas anugerah keselamatan dan kesempatan untuk berdiam di tahta kudusNya.

Do what is right, not what is easy

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Kacang Lupa Kulit (5)

 (sambungan) Kapok kah mereka? Ternyata tidak. Bukan sekali dua kali bangsa ini melupakan Tuhannya. Kita melihat dalam banyak kesempatan mer...