======================
"Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji."
Banyak yang kesal bahkan muak melihat bagaimana para politikus di negara ini mempertontonkan tingkah politisnya secara norak. Mengatasnamakan rakyat; entah rakyat yang mana; mereka secara bebas menghakimi lawan politiknya yang seringkali sudah tidak lagi memakai tata krama dan etika sopan santun secara terbuka. Memang benar siapapun harus terbuka pada kritik, tetapi cara menyampaikannya pun harus pula diperhatikan. Yang sering terjadi adalah mereka secara bebas menghakimi hanya karena berada di luar. Jika mereka direkrut untuk bergabung dengan pemegang kekuasaan mayoritas, merekapun mendadak diam. Belum tentu mereka bisa lebih baik dari yang dikritiknya, tapi mereka tanpa rasa bersalah menunjukkan seolah merekalah yang paling hebat, paling benar dan lain-lain sehingga merasa berhak pula untuk menghakimi. Ini adalah tontonan sehari-hari kita di berbagai media. Saya selalu berpikir, alangkah baiknya apabila mereka berhenti berpikir sempit hanya untuk kepentingan pribadi atau golongan lantas duduk bersama memikirkan kepentingan rakyat. Itu hanyalah utopia, kata banyak orang yang sudah terlanjur pesimis melihat polah atau tingkah orang-orang yang mengatasnamakan dirinya sebagai wakil rakyat, dan rakyat hanya bisa terus menanti dan berharap, semoga pada suatu hari ada pemimpin yang bisa benar-benar tampil memperjuangkan kepentingan mereka secara serius. Sebenarnya tidak adil juga jika kita hanya menyalahkan mereka yang duduk di kursi tinggi ini, karena faktanya manusia memang cenderung lebih mudah menuduh atau menghakimi orang lain ketimbang melakukan introspeksi terhadap diri sendiri. "Menilai keburukan orang lain itu tidak sulit. Yang sulit justru menilai diri sendiri." kata seorang teman saya pada suatu kali yang merupakan kesimpulan dari perenungan yang ia lakukan. Menjadi komentator itu mudah, tetapi mampukah kita melakukan yang lebih baik ketika menjadi pelaku secara langsung? Atau pertanyaan lainnya, ketika kita menilai keburukan orang lain, sudahkah kita memeriksa diri kita sendiri?
Akan hal ini, marilah kita lihat apa yang dianjurkan oleh Paulus kepada jemaat di Korintus. Katanya: "Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji." (2 Korintus 13:5). Dari ayat ini kita bisa mencermati bahwa kita harus lebih memprioritaskan untuk menyelidiki diri kita sendiri terlebih dahulu ketimbang menilai orang lain. Dalam kondisi fisik kita saja seharusnya begitu. Bayangkan bagaimana rawannya kelangsungan hidup kita jika kita tidak pernah memeriksa kesehatan kita, tidak pernah berolahraga tapi terus membiarkan hal-hal yang merusak kesehatan kita silih berganti masuk menghancurkan diri kita, apalagi jika kita mengacu kepada kondisi rohani kita. Bayangkan ada berapa banyak bahaya yang tidak tersaring apabila kita tidak pernah memperhatikan dengan seksama segala sesuatu yang masuk ke dalam diri kita. Ketika kita menguji atau memeriksa diri sendiri, itu artinya kita melihat segala sesuatu dari diri kita dengan jujur dan menyeluruh, yang baik maupun yang buruk. Itu artinya kita berani melihat kelemahan kita sendiri. Dengan mengetahui kelemahan kita, disitulah kita akan dapat mengambil langkah untuk melakukan perbaikan. Dan hasilnya jelas, kita akan lebih kuat, lebih tahan uji dibandingkan orang yang tidak pernah peduli terhadap keselamatan dirinya sendiri, terlebih orang yang hanya suka menilai kelemahan atau keburukan orang lain.
Yesus sendiri juga pernah menegur hal yang sama. "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?" (Matius 7:3). Bagaimana kita bisa menilai keburukan orang lain jika diri kita sendiri masih belum sempurna? Dan Yesus pun menyebut orang yang demikian sebagai orang yang munafik. "Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu." (ay 5). Kita harus berhati-hati dalam mengeluarkan perkataan mengenai orang lain, karena salah-salah kita akan terjebak kepada proses menghakimi yang akan merugikan diri kita sendiri. "Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (ay 2).
Sudah menjadi sifat banyak manusia untuk cenderung merasa lebih pandai untuk menilai orang lain ketimbang memeriksa dirinya sendiri. Atau lebih parah lagi, mencari kambing hitam dengan menyalahkan orang lain untuk menutupi kelemahan diri sendiri. Oleh karena itulah kita harus benar-benar menjaga diri kita untuk tidak terjebak kepada perilaku seperti ini. Hal ini sungguh penting, begitu pentingnya bahkan Tuhan pun mau membantu kita untuk menyelidiki hati kita, apakah kita masih menyimpan banyak masalah atau tidak. Firman Tuhan berkata "Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin.." (Yeremia 17:10). Dan Daud pun pernah meminta Tuhan untuk menguji dan memeriksa dirinya. "Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku." (Mazmur 26:2). Dalam kesempatan lain ia berkata "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!" (139:23-24). Daripada sibuk melihat keburukan orang lain, sebaiknya kita mau dengan segala kerendahan hati dan kejujuran memeriksa diri kita sendiri. Apabila kita masih menemukan hal-hal yang bisa menghambat pertumbuhan dan merusak kesehatan rohani di dalam diri kita, seharusnya kita dengan tulus mengakuinya dan membereskannya secepat mungkin agar hati kita bisa tetap terjaga bersih. Ingatlah bahwa ketika kita menunjuk orang lain, satu jari mengarah kepada mereka tetapi ada tiga jari lainnya yang mengarah kepada diri kita sendiri. Mari kita periksa dan uji sampai dimana ketaatan dan iman kita hari ini, lakukan perbaikan pada bagian-bagian yang kita dapati masih belum berjalan dengan benar dan terus tingkatkan agar lebih baik lagi.
Daripada sibuk menganalisa keburukan orang lain lebih baik memeriksa diri kita sendiri
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Mendengar komentar miring seenaknya dari orang lain memang tidak enak. Mereka tidak melihat betapa kerasnya usaha kita sebelum mengeluarkan komentar yang seringkali hanya sambil lalu saja mereka ucapkan. Bagi mereka mungkin terasa biasa saja tetapi sanggup melukai rasa percaya diri kita dan berbekas hingga waktu yang lama bagi kita. Saya kenal dengan banyak orang yang mengalami kesulitan dengan rasa percaya dirinya akibat selalu dikatakan bodoh sejak kecil oleh orang tuanya, atau selalu dibandingkan secara negatif dengan saudara-saudaranya yang lain. Kata-kata atau komentar negatif jika hanya ditelan dan tidak disikapi dengan lapang hati bisa melemahkan bahkan menghancurkan kita. Sayangnya kita lebih suka percaya terhadap apa kata orang dibanding janji-janji yang Tuhan berikan. Kita lupa bahwa Tuhan telah menciptakan kita dengan sangat istimewa dan kepada kita masing-masing Tuhan sudah menyusun rencana indah lengkap dengan masa depan yang gemilang. Whoever we are, no matter how limited we are, God has provided such a lovely plan for us. Kita lupa akan hal itu dan cenderung lebih peduli terhadap komentar melemahkan dari orang lain. Ini harus kita perhatikan sebelum hidup kita menjadi hancur hanya karena orang-orang tidak bertanggungjawab seperti itu.
Bagi para orang tua dengan anak-anak yang masih kecil, kewaspadaan dalam mengawasi apa yang mereka dengar atau tonton menjadi hal yang sangat krusial di jaman sekarang. Berbagai tayangan atau lirik-lirik lagu yang menyesatkan atau berisi hal-hal buruk seperti kekerasan, pornografi, ketidaksetiaan dan sebagainya jika tidak diperhatikan bisa membuat mereka mendapatkan pengajaran yang salah mengenai cara hidup yang benar. Begitu banyak hal jahat yang bisa menyesatkan mereka sejak dini. Kasihan sekali melihat anak-anak yang masih polos dan lugu kemudian terkontaminasi dengan hal-hal yang berpotensi besar merusak masa depan mereka. Anak kecil butuh bimbingan, karena mereka masih seperti kertas kosong yang akan berisi tergantung apa yang ditulis di atasnya. Seorang pendeta mengatakan bahwa kita sebagai orang tua seharusnya tahu pentingnya menanamkan nilai-nilai kebenaran akan firman Tuhan sejak dini agar mereka bisa memilah sendiri apa yang baik dan menghindari hal buruk. Para orang tua, dengarlah, anak-anak anda butuh bimbingan, dan mereka pun perlu untuk mengenal Yesus sejak dini.
Orang mengikuti ujian biasanya untuk bisa naik ke jenjang yang lebih tinggi. Bisa lulus, bisa juga tidak. Agar bisa lulus maka kita harus mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin. Sebaliknya apabila kita menyepelekan untuk bersiap, maka kemungkinan besar kegagalanlah yang menjadi akibatnya.
Seorang teman yang berulangkali kecewa terhadap pasangannya bercerita bahwa ia mulai merasa putus asa dalam menanti kehadiran pria yang bisa dipercaya dan setia. "Jujur, sekarang saya trauma dan sulit untuk bisa percaya." katanya. Berkali-kali ia dikhianati sehingga ia cenderung menutup diri jika ada pria yang mulai mendekatinya. "Orang baik itu banyak mas.. tapi yang setia itu langka.. mungkin malah tidak ada lagi." katanya. Apa yang ia katakan mungkin ada benarnya jika melihat tendensi di jaman modern ini. Lewat berbagai media hiburan seperti lagu, film dan kejadian sehari-hari kita seolah diajarkan bahwa ketidaksetiaan adalah sesuatu yang manusiawi dan lumrah. Tidak heran maka semakin lama semakin sulit saja menemukan sosok manusia yang bisa setia, baik dalam pekerjaan, pertemanan, organisasi dan tentu saja seperti yang dialami teman saya, dalam hubungan seperti berpacaran atau pernikahan. termasuk tentunya pada Tuhan. Ada banyak alasan yang bisa dijadikan dasar untuk melegalkan ketidaksetiaan itu. Membesar-besarkan kekurangan pasangan, mencari-cari kejelekan misalnya, sampai kepada menyalahkan pihak ketiga, itu contoh alasan klasik yang sering dikemukakan. Padahal soal setia atau tidak itu tergantung pilihan dan keputusan kita sendiri.
Dari seorang pencandu kemudian tampil menjadi hamba Tuhan yang aktif melayani dimana-mana. Itulah sebuah perubahan signifikan dari seseorang yang saya kenal. Pertobatannya ternyata membawa perubahan radikal dalam sikap dan keputusan-keputusan yang ia ambil dalam hidupnya. Dan dia selalu bercerita bahwa perubahan itu membawa sukacita dalam dirinya. Ia kemudian bersaksi pula bahwa meski ia sudah ingin meninggalkan segala yang buruk, adalah Roh Kudus yang kemudian mampu memulihkan sepenuhnya, bahkan kemudian mengubahnya menjadi pekerja yang luar biasa di ladang Tuhan jauh lebih cepat dari yang ia kira.
Kata bijak semakin jarang kita dengar, kecuali lewat bibir pemerintah dalam bentuk kata 'kebijakan'. Orang yang bijak dalam kamus bahasa Indonesia didefenisikan sebagai orang yang selalu menggunakan akal budinya, pandai, atau juga bijaksana. Semakin jarangnya kata ini sejalan pula dengan manusia yang semakin jarang mempergunakan akal budinya. Hampir setiap hari di berbagai media kita melihat orang-orang yang sumbu emosinya pendek, mudah tersulut atau terpancing, tidak sabar dan hanya mementingkan diri sendiri atau kelompok masing-masing. Melihat kualitas tinggi dari orang yang bijak, tentu kita semua ingin bisa menjadi salah seorang diantaranya. Seperti apa sebenarnya orang yang bijak itu? Apakah Alkitab mengatakan siapa orang yang dikatakan bijak itu? Jawabannya tentu saja ada. Jauh-jauh hari Salomo sudah mengatakan siapa yang sebenarnya disebut sebagai orang bijak, dan apa yang harus kita miliki agar bisa menjadi seperti itu.
Guru killer adalah istilah yang sering diberikan terhadap guru yang cepat tersulut amarahnya, cenderung bersikap kasar atau dingin. Untuk murid-murid bandel, mungkin seorang guru killer bisa efektif dalam meredam sikap mereka. Tapi dari pengalaman saya dan banyak teman lainnya, kita sulit menangkap pelajaran secara baik karena sikap tidak bersahabat mereka bisa mengganggu konsentrasi dan membuat orang anti pati terhadap mereka dan pelajarannya. Sebagai seorang pengajar saya mencoba menempatkan diri seperti siswa-siswa saya. Saya berbaur dengan mereka, duduk bersama di kantin, mengobrol dan mengajar dengan santai. Sebagai manusia biasa, ada kalanya saya merasa lelah baik secara fisik atau ketika menghadapi pertanyaan yang berulang-ulang, tetapi saya segera mengatasinya. Tidak ada gunanya saya membiarkan rasa lelah atau kesal menguasai saya, karena saya yakin kekesalan tidak akan menyelesaikan masalah, malah sebaliknya akan membuat mereka akan semakin tidak mengerti. Justru dengan ketenangan dan keramahan, mereka akan bisa menangkap pelajaran dengan lebih baik, meskipun saya harus meluangkan lebih banyak waktu.
Satu ekor belalang kecil bisa terlihat lemah. Jika mau, kita bisa menghabisinya dengan sangat mudah hanya dengan sedikit tenaga saja. Tapi coba bayangkan apa yang terjadi jika belalang itu tidak sendirian melainkan membawa teman-temannya, datang dalam satu kelompok besar. Apa jadinya jika kita diserbu ratusan bahkan ribuan belalang sekaligus? Bagi para petani, itu merupakan bencana. Serbuan belalang seperti ini bisa sangat merepotkan dan merugikan. Maka belalang pun dikategorikan ke dalam hama yang bisa merusak hasil pertanian mereka.
Salah satu tipikal karakter manusia yang sering kita jumpai adalah sulit diatur, tapi sebaliknya senang mengatur. Orang senang mengatur karena dengan demikian mereka seakan memiliki otoritas dan kewenangan sehingga berada di atas orang lain. Sebaliknya harga diri seakan anjlok ke titik nadir jika harus hidup dibawah aturan atau perintah orang lain. Maka kita melihat banyak orang yang melanggar berbagai peraturan-peraturan seenaknya meski mereka tahu bahwa itu baik. Ada banyak orang yang senang membangkang bahkan mudah untuk melawan karena merasa harga dirinya terpijak jika berada di bawah perintah orang lain. Dalam dunia pekerjaan kita melihat sebuah syarat yang hampir selalu ada selain jenjang pendidikan minimal, yaitu "mampu untuk bekerja sama dalam tim". Ini menjadi semakin penting karena manusia tampaknya semakin kehilangan sifat sosialnya digantikan oleh ego yang semakin tinggi. Dalam rumah tangga hal yang sama pun terjadi. Ada banyak rumah tangga yang akhirnya hancur berantakan karena anak-anak yang tidak patuh kepada orang tua, atau suami/istri yang sama-sama mempertahankan ke-egoisannya. Itulah salah satu sifat negatif manusia yang seringkali menjerumuskan ke jurang kehancuran. Egois, individualis dan sulit untuk diatur.
Ada empat ekor anjing di rumah saya yang cukup terlatih sehingga mengerti ketika disuruh, dipuji atau ditegur jika salah. Saya tidak bisa mengkomunukasikannya langsung karena tentu saja bahasa kita dengan hewan seperti anjing itu berbeda. Beberapa jenis hewan yang pintar memang bisa dilatih untuk mengerti beberapa dari bahasa kita, tapi itu tidak akan bisa sepenuhnya. Lantas bagaimana caranya menjembatani komunikasi untuk bisa saling mengerti? Apa yang menjadi dasar atau awalnya? Tentu hubungan personal antara kita dan hewan peliharaan harus dibina terlebih dahulu. Jika tidak, maka mustahil mereka mau menuruti apa yang kita perintahkan. Membina hubungan memerlukan sebuah awal pula, dan awal yang terbaik untuk itu menurut pengalaman saya adalah kasih. Itu yang kami terapkan di rumah, dan kini keempat anjing ini sangat mengerti apa yang benar dan salah. All started with love. Mereka tahu bahwa mereka dikasihi, dan mulai belajar segalanya bermula dari kasih. Jika kepada hewan saja kasih mampu menciptakan sebuah ikatan dengan tujuan kebaikan, apalagi kepada sesama manusia. Singkatnya, saya percaya satu hal yang juga ditekankan oleh alkitab, dan rasanya ini tepat untuk diangkat di hari kasih sayang tahun ini, yaitu bahwa sebuah Kasih tidak akan pernah gagal.
"Apa yang saya suka di hari Valentine adalah mal, restoran dan tempat-tempat lainnya didesain bernuansa pink, penuh lambang cinta dan lagu-lagu romantis." kata teman saya. Benar, itu menjadi pemandangan dimana-mana menjelang perayaan Valentine setiap tahunnya. Di sisi lain, ada pula teman yang berseberangan dan menganggap Valentine hanyalah produk pasar semata. "Kalau mau sayang, ya nggak usah pakai hari khusus..setiap hari juga bisa. Itu bisa-bisanya pebisnis saja." katanya enteng. Saya tidak ingin memperdebatkan hal ini. Idealnya tentu saja kalau kita bisa menyatakan kasih kepada orang-orang terdekat kita dan juga menyentuh orang lain secara luas setiap hari. Tapi terkadang 24 jam sehari itu tidak cukup untuk bisa merealisasikan hal itu. Jika anda tinggal di kota yang berbeda dengan orang tua atau saudara, anda tentu akan tahu bahwa itu sulit dilakukan. Dengan adanya sebuah hari yang diberi label hari kasih sayang, setidaknya sehari dalam seminggu kita bisa memiliki sebuah hari yang khusus didekasikan untuk orang yang kita cintai atau kasihi. Bentuknya bisa bermacam-macam. Bisa lewat kartu yang dikirim lewat pos, e-card, ucapan lewat berbagai social networking, sepucuk surat cinta, sms, telepon atau yang lebih menyenangkan lagi tentu merayakannya secara langsung. Terutama yang punya kekasih, banyak yang punya tradisi untuk mengajak orang yang dicintai ke restoran menikmati candle light dinner, menyatakan lewat seikat bunga mawar, bertukar kado dan sebagainya. Ada banyak restoran menawarkan paket Valentine lengkap dengan sekuntum bunga dan paket-paket acara spesial lainnya, toko-toko dan mal pun biasanya membuat dekorasi khusus Valentine.
Seorang musisi senior baru saja dengan bangga bercerita tentang anaknya yang berprestasi dalam pendidikan musiknya di luar sana. Ia belajar disana dengan beasiswa dan biaya hidupnya ditanggung oleh sebuah departemen di Indonesia. Si anak ternyata tidak menyia-nyiakan kesempatan berharga ini. Dalam waktu singkat ia pun segera menuai banyak prestasi disana. Tapi meski bangga, sang ayah bercerita bahwa ia merindukan kehadiran anaknya didekatnya. Untunglah teknologi jaman sekarang memungkinkan orang untuk bisa berhubungan dengan lebih mudah, murah dan cepat. Surat elektronik pun menjadi alternatif bagi mereka untuk bisa melepas rindu. Komunikasipun tidak lagi menjadi masalah dengan adanya internet. "Itu sangat bisa mengobati kerinduan saya. Lelah sehabis mengajar pun tidak lagi terasa ketika saya mendapat email dari dia." kata sang ayah. Ternyata kehadiran, kepedulian atau setidaknya kontak rutin dari seorang anak mampu membuat orang tua bersukacita. Itu membuat mereka gembira dan kembali segar meski kesibukan sehari-hari mungkin menguras energi mereka.
Jika anda masuk ke restoran-restoran yang menyediakan makanan Jepang, anda tentu akan bertemu dengan kompor kecil/kompor portabel yang juga disebut dengan portable gas stove yang biasanya dipakai untuk menu set shabu-shabu. Kompor kecil ini mampu membuat air tetap panas sehingga urusan rebus merebus ini bisa dilakukan sambil terus bersantap bersama teman dan keluarga di meja masing-masing. Bayangkan seandainya pengusaha restoran hanya menyediakan air mendidih tanpa adanya kompor kecil ini. Air akan segera menjadi dingin dan kemudian mustahil kita bisa merebus berbagai jenis hidangan pilihan kita.
Apa yang anda lakukan jika rumah anda kemasukan ular? Seorang teman yang tinggal di Australia baru saja bercerita bahwa ia kaget ketika melihat ular jenis tiger snake. Ular ini dikenal memiliki bisa mematikan yang bisa merusak sistem syaraf dan membunuh dalam waktu sekejap. Ular itu berada di dapurnya, dan ia hampir diserang ketika hendak memanggang roti. Tidak seorangpun dari kita yang ingin rumah kita kemasukan hewan berbahaya yang jelas-jelas tidak diundang seperti itu. Tapi ada kalanya kita lengah sehingga hewan itu bisa masuk dan mengancam keselamatan di rumah kita sendiri.Kita tentu merasa takut jika ada benda atau mahluk hidup yang punya potensi membahayakan masuk ke dalam rumah, yang artinya masuk ke dalam kehidupan kita. Masalahnya, banyak yang lupa bahwa ada pula dosa yang mungkin tidak terlihat nyata sebagai sebuah dosa, tapi bisa diam-diam menyelinap ke dalam hidup dan kemudian bisa menyerang dan akibatnya mematikan. Salah satunya jelas disebutkan di dalam Alkitab, yaitu dosa iri hati.