Wednesday, April 1, 2009

Sikap Hati Yusuf

Ayat bacaan: Kejadian 50:20
======================
"Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar."


sikap hati Yusuf, hati yang positif, iman teguhDalam persekutuan saya malam ini, seorang teman berkata bahwa ia sudah melihat banyak anak-anak Tuhan, bahkan yang sudah pelayanan sekalipun, ternyata sangat rapuh dan gampang goyah ketika ditimpa masalah. "Jangan salah.. mereka bukannya tidak percaya. Mereka percaya. Mereka berdoa. Namun mungkin mereka tidak cukup kuat untuk menanggung beban tersebut.." Katanya. Tidak sabar, tidak kuat, gagal menangkap "grand design" Tuhan lewat permasalahan yang dihadapi, atau salah persepsi, bahwa menjadi orang Kristen berarti hidup 100% bebas dari masalah, mungkin menjadi latar belakang kejatuhan banyak anak-anak Tuhan. Bahkan teman saya bercerita ada seorang pelayan Tuhan yang mengalami masalah dengan beberapa orang dalam Gerejanya, sehingga mengalami kepahitan dan berubah menjadi pedagang narkoba. Di satu sisi, dari cerita teman saya, betapa ironisnya ketika pelayan Tuhan menjadi batu sandungan bagi orang lain, tapi di sisi lain, sang korban pun seharusnya bisa mendasarkan pelayanannya untuk Tuhan, dan tidak berhenti ketika ada orang yang mengecewakan. Sampai pada titik ini, saya berpikir tentang dua tokoh dalam Perjanjian Lama yang mengalami ujian hidup yang luar biasa beratnya. Kita tahu bagaimana pahitnya Ayub, kita tahu pula bagaimana beratnya perjuangan hidup Yusuf. Hari ini saya hendak fokus pada Yusuf.

Perjalanan hidup bak roller coaster mewarnai hidup Yusuf. Dimulai dari Kejadian 37, kita membaca kecemburuan saudara-saudaranya karena Yusuf lebih dikasihi Yakub, sang ayah, dan mimpinya kemudian membuat dirinya menjadi semakin dibenci oleh saudaranya. Mereka merencanakan untuk membunuh Yusuf. Namun saudara tertuanya Ruben memiliki ide lain. Yusuf akhirnya dibuang ke dalam sumur di padang gurun. Yusuf bisa mati secara perlahan di dalam sumur. Tapi kemudian kita tahu bahwa Yusuf akhirnya dijual kepada orang Midian untuk dibawa ke Mesir sebagai budak. Lalu Yusuf dipindah tangankan pada Potifar, yang untungnya tidak membenci orang Yahudi seperti bangsa Mesir pada umumnya saat itu. Ketika Yusuf mendapat kasih tuannya dan diberi kuasa atas rumah Potifar, mulailah istri Potifar menggodanya. Yusuf menolak. Istri Potifar kemudian memfitnah Yusuf dan berbohong seolah-olah Yusuf hendak memperkosanya. Dari kehidupan yang nyaman pun, Yusuf seketika dipenjarakan. Singkat cerita, Yusuf kemudian berhadapan dengan Firaun yang tengah bingung diganggu mimpinya. Yusuf lah yang mampu mengartikan mimpi tersebut, dan seketika itu pula Yusuf diangkat pada posisi yang luar biasa tinggi. "Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu." Selanjutnya Firaun berkata kepada Yusuf: "Dengan ini aku melantik engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir." ......... Berkatalah Firaun kepada Yusuf: "Akulah Firaun, tetapi dengan tidak setahumu, seorangpun tidak boleh bergerak di seluruh tanah Mesir." (Kejadian 41:40-44). Dan mari kita lihat ketika Yusuf berhadapan lagi dengan saudara-saudaranya yang menyesal. Apakah Yusuf menjatuhkan hukuman mati atau hukuman cambuk dan sebagainya kepada mereka? Atau menjadikan mereka budak? Tidak. Yusuf malah mengatakan demikian: "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar."(Kejadian 50:20). Ia memilih untuk mengampuni saudara-saudaranya secara tuntas. Tidak ada dendam dan kepahitan sama sekali. Mengapa? Karena Yusuf fokus sepenuhnya pada Tuhan, yang mampu menjadi jawaban dan pertolongan dalam semua kesesakan. Yusuf menyerahkan segala sesuatu ke dalam tangan Tuhan, bukan kepada manusia. Sebuah sikap hati yang sungguh luar biasa diperlihatkan Yusuf. Dia punya segala alasan untuk menjadi tawar hati, untuk mengalami kepahitan, namun imannya sama sekali tidak goyah. Perhatikan hal berikut. Begitu luar biasanya Yusuf, sehingga dalam berbagai permasalahan yang ia hadapi, kita melihat ada penyertaan Tuhan bersamanya seperti yang dicatat dalam Alkitab. "Tetapi TUHAN menyertai Yusuf.." (Kejadian 39:2,21,23).

Jika anda mengalami hal seperti Yusuf, apa yang akan anda lakukan? Apakah anda akan percaya penuh dan terus setia menanti-nantikan Tuhan seperti Yusuf, atau hancur berantakan dan memilih jalan yang salah? Jika kita dikuasai oleh hal duniawi, maka yang kita peroleh adalah kepahitan, amarah, dendam dan sebagainya. Tapi Yusuf memang beda. Ditengah-tengah kesulitan hidup dan penderitaan, Yusuf memilih untuk mempercayakan dirinya sepenuhnya ke tangan Tuhan. Yusuf memiliki sikap hati yang percaya penuh pada Tuhan, selalu mengarah pada Tuhan. Tidak pernah ada janji Tuhan bahwa hidup kita akan 100% tanpa masalah jika menjadi seorang Kristen. Namun janji Tuhan adalah akan selalu menyertai kita hingga kepada akhir jaman, kemanapun kita pergi. (Matius 28:20, Yosua 1:9, Kejadian 29:2,21,23, dan banyak lagi ayat lain yang menyatakan janji Tuhan untuk menyertai kita). Ada masa-masa pasang surut dalam hidup kita, ada saat-saat dimana kita berada di sebelah bawah putaran roda pedati, namun ingatlah bahwa Tuhan selalu ada beserta kita. "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4). Apa yang pahit dan getir, apa yang menyakitkan, apa yang jahat yang anda alami hari ini semua bisa dipakai Tuhan untuk sebuah kebaikan. Yusuf mampu melihat hal ini. Ia percaya dengan iman penuh kepada Tuhan, fokus kepada Tuhan secara pribadi bukan kepada berkat-berkatNya, sehingga Yusuf tetap tenang dan tidak goyah ketika digoncang masalah berulang kali. Dan akhirnya kita melihat apa yang dirancang Tuhan bagi dirinya. Seringkali kita gagal mencapai hidup sesuai kehendak Tuhan karena kita terlalu gampang goyah dan menyerah ketika digoncang masalah. Jangan pernah lari dari masalah, hal itu hanya akan semakin menambah kesulitan. Tapi hadapilah masalah dengan iman kuat, yakinlah bahwa Tuhan yang kita sembah jauh lebih besar dari kesulitan-kesulitan apapun di dunia ini. Mari miliki sikap hati positif yang teguh seperti Yusuf.

Masalah terberat sekalipun bisa dijadikan Tuhan untuk mereka kebaikan dalam hidup kita

No comments:

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...