Ayat bacaan: Ayub 2:9
==================
Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!"
Dalam budaya tradisional Jepang kita mengenal istilah harakiri. Harakiri adalah sebentuk pertanggung jawaban atas kegagalan dengan cara mengakhiri hidup alias bunuh diri. Ketika seorang pejuang samurai jatuh ke tangan lawan, ketimbang mereka harus menderita malu akibat kegagalan mereka, maka menurut budaya tradisional Jepang, mereka lebih baik melakukan harakiri. Cara yang dilakukan lumayan mengerikan jika dideskripsikan. Mereka akan menusuk perut mereka dengan samurai, dan mengirisnya kesamping. Meskipun harakiri dikenal dalam budaya tradisional Jepang, bukan berarti bunuh diri hanya terjadi di sana saja. Di seluruh dunia, bahkan Indonesia, hampir setiap hari kita mendengar kasus bunuh diri. Baik karena tidak tahan lagi menanggung aib, tidak kuat lagi menahan sakit, tidak sanggup lagi menderita, diputus pacar dan sebagainya. Caranya pun berbeda-beda. Minum racun serangga, menggantung diri, melompat dari gedung tinggi dan banyak lagi.
Banyak orang mengira bahwa mengakhiri hidup adalah jalan pintas untuk mengatasi masalah. Mereka lupa bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara saja. Hidup yang kekal, atau mati yang kekal, itu akan kita masuki justru setelah kehidupan singkat di dunia ini kita jalani. Namun bentuk pemikiran ini ternyata bukanlah hal baru. Sejak jaman dulu ternyata pola mengakhiri hidup dengan berbagai alasan pun sudah ada. Sesaat setelah Ayub mengalami serangkaian penderitaan yang tak terperikan, kehilangan anak, harta benda dan ditimpa penyakit kulit mengerikan dari ujung kepala hingga ke telapak kakinya, istri Ayub dengan sinis berkata: "Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!" (Ayub 2:9). Buat apa terus memuji Tuhan dengan setia jika malah penderitaan yang diperoleh? Lebih baik mati saja. Itu kira-kira yang dikatakan istrinya. Untunglah Ayub saat itu punya pemikiran lain, meskipun saya yakin hatinya hancur berantakan dan ia merasakan sakit yang luar biasa, baik perasaannya maupun fisiknya. Luar biasa ketika Ayub mengalami penderitaan begitu besar dalam waktu yang sangat singkat, ia masih bisa berkata demikian: "Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya." (ay 10). Ya, banyak diantara kita hanya mau menerima yang baik dari Tuhan. Pola pikir kita seringkali sangat sederhana. Ketika diberkati, Tuhan baik. Ketika menderita, Tuhan jahat. Padahal Tuhan bisa memakai bentuk-bentuk masalah dan problema kehidupan, termasuk penderitaan sebagai sarana untuk melatih diri kita agar bisa bertumbuh secara rohani. Terkadang melalui ujian kehidupan kita diajarkan Tuhan agar berhenti mengandalkan kekuatan sendiri, dan menyadari bahwa kita harus mulai belajar untuk mengandalkan Tuhan dalam kehidupan kita.
Paulus mengingatkan demikian kepada jemaat Korintus: "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13) Paulus mengingatkan agar kita jangan sampai putus pengharapan, dan Tuhan, Allah kita yang setia akan selalu sanggup memberikan jalan keluar dan kekuatan bagi kita untuk menanggungnya. Mungkin sekarang belum, namun suatu saat, itu pasti, bagi mereka yang terus bertekun dengan setia dan tidak putus harapan. Secara logika manusia mungkin tidak ada jalan keluar, namun tidak ada satupun yang tidak mungkin bagi Tuhan. Lebih lanjut Yesus pun menawarkan bantuan untuk meringankan dan memberi kelegaan ketika kita sedang tertimpa masalah. "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28).
Kepada Nuh, Tuhan mengingatkan demikian: "Tetapi mengenai darah kamu, yakni nyawa kamu, Aku akan menuntut balasnya; dari segala binatang Aku akan menuntutnya, dan dari setiap manusia Aku akan menuntut nyawa sesama manusia. Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri." (Kejadian 9:5-6). Ya, kita tidak diperbolehkan mengakhiri nyawa sesama manusia, ini termasuk nyawa kita sendiri, yang juga manusia, karena manusia itu semuanya diciptakan menurut gambarNya sendiri. Tidak kurang perihnya penderitaan yang dialami Ayub, namun dia tidak terburu-buru bertindak gegabah dengan melakukan "harakiri" alias bunuh diri. Paulus dan kawan-kawan pun mengalami begitu banyak pengalaman pahit dalam penderitaan, namun dia tetap kuat menghadapinya dengan pertolongan Tuhan. "Sebaliknya, dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami adalah pelayan Allah, yaitu: dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam penderitaan, kesesakan dan kesukaran, dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa; dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran, dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik;dalam pemberitaan kebenaran dan kekuasaan Allah; dengan menggunakan senjata-senjata keadilan untuk menyerang ataupun untuk membela ketika dihormati dan ketika dihina; ketika diumpat atau ketika dipuji; ketika dianggap sebagai penipu, namun dipercayai, sebagai orang yang tidak dikenal, namun terkenal; sebagai orang yang nyaris mati, dan sungguh kami hidup; sebagai orang yang dihajar, namun tidak mati; sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu." (2 Korintus 6:4-10). Ketika anda mengalami masalah yang sangat sukar, hadapilah dengan iman yang kuat pada Tuhan Yesus. Memilih untuk bunuh diri berarti kita sudah tidak lagi memiliki iman kepada Yesus, dan karenanya bagi orang yang tidak percaya pada Yesus, hasil akhirnya pun sudah jelas. Ingatlah bahwa ada Roh Kudus yang akan selalu membantu kita dalam setiap kelemahan. "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan."(Roma 8:26). Tetaplah teguh, berpeganglah terus pada Yesus dengan iman yang kokoh, dengan pengharapan penuh. Selalu ada jalan keluar pada saatnya, karena dalam Tuhan tidak ada yang mustahil.
Bunuh diri sama sekali bukan jawaban untuk mengatasi masalah
Wednesday, April 22, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Belajar dari Rehabeam (2)
(sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment