Monday, April 27, 2009

Sesal Kemudian Tak Berguna

Ayat bacaan: Lukas 16:24
====================
"Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini."

sesal kemudian tak berguna, penyesalan, terlambatSebuah pepatah mengatakan, "Pikir dulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna". Sebuah pepatah yang mengingatkan kita untuk selalu memikirkan segala sesuatunya dengan cermat, hati-hati dan baik, agar kita tidak menyesal di kemudian hari. Rasanya setiap orang pernah mengalami sesuatu yang menimbulkan rasa menyesal. Mulai dari rasa menyesal yang biasa sampai yang bahkan bisa menimbulkan kepahitan, membuat orang menjadi sulit untuk maju dan sebagainya, semua itu bisa hadir dalam hidup kita jika kita tidak hati-hati melangkah. Pernah menyesal karena salah beli barang? Saya pernah mengalaminya berkali-kali. Karena terburu-buru membeli, saya seringkali menyesal karena ternyata harganya kemahalan dibanding di tempat lain. Atau saya pernah pula salah membeli jenis perangkat dalam komputer, sehingga tidak bisa dipergunakan. Mau dikembalikan, barang sudah terlanjur dibeli. Masih untung penyesalan-penyesalan seperti ini bukanlah sebuah kesalahan yang fatal, karena masih ada yang bisa dilakukan untuk itu. Setidaknya barang yang terlalu mahal itu masih bisa dipakai, setidaknya yang tipenya salah masih bisa dijual lagi. Tapi kesalahan fatal bisa berujung pada siksa kekal di alam maut, ketika kita salah melangkah di dunia semasa hidup kita. Sebuah perikop mengenai Lazarus dan orang kaya menggambarkan sebuah penyesalan yang hadir di alam maut ketika semuanya sudah terlambat.

Neraka, tempat api yang tidak terpadamkan, akan menjadi tempat dimana penyesalan akan selamanya menyertai penghuninya. Disana, kesakitan dan penderitaan yang tak terperikan akan membuat orang-orang di dalamnya dipenuhi rasa menyesal, mengapa mereka salah langkah ketika hidup di dunia. Di sana, semuanya sudah terlambat. Tidak lagi ada waktu untuk bertobat dan memperbaiki diri. Alkisah, ada seorang kaya yang selalu hidup berkemewahan. Di dekat pintunya ada Lazarus yang miskin, penuh borok, selalu memakan remah-remah sisa buangan si orang kaya. (Lukas 16:19-21). Pada suatu saat, Lazarus mati, demikian pula si orang kaya. Perbedaannya, Lazarus dibawa oleh malaikat ke pangkuan Abraham (ay 22), sementara si orang kaya di masukkan ke dunia orang mati. (ay 23). Ia sangat menderita akibat siksaan disana. Ketika ia melihat Lazarus tengah dipangku Abraham, ia pun berkata: "Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini." (ay 24). Tapi Abraham menjawab bahwa ia begitu terlena dengan segala kemewahannya di dunia, dan akhirnya diganjar siksa kekal di alam maut. (ay 25). Selain itu antara surga dan neraka pun terbentang jurang yang besar, sehingga penghuninya tidak bisa saling menyeberang. Berada di alam maut artinya terpisah dari Tuhan untuk selama-lamanya, dan mengalami siksa kekal, di tempat yang paling gelap, penuh ratap dan kertak gigi (Matius 8:12). Sementara yang berada di sisi lain, yang hidup bersama-sama dengan Tuhan mengalami sukacita kekal, dimana tidak ada lagi air mata, tidak ada lagi maut, perkabungan, ratap tangis atau dukacita. (Wahyu 21:4).

Salah melangkah dalam kehidupan di dunia bisa berakibat fatal. Kita berada di dunia hanya untuk jangka waktu tertentu, namun yang kita perbuat selama di dunia ini sangat menentukan untuk sebuah kekekalan, apakah itu kehidupan kekal atau kematian kekal. Ketika kita memilih hidup untuk menjadi sahabat Yesus yang sejati, anak-anak Allah yang taat, selalu menghasilkan buah-buah sesuai pertobatan kita, menjadi terang dan garam bagi sesama, selalu hidup menuruti tuntunan Roh Kudus, mengasihi sesama kita tanpa pandang bulu,menerima firman Allah dengan segenap hati, semua itu bisa mengarahkan kita kepada kehidupan kekal yang penuh sukacita. Sebaliknya, jika kita terlena dengan segala kemewahan, mencintai uang , berfoya-foya, berlaku jahat, sombong, egois, menjadi batu sandungan di mana-mana, atau menolak firman Tuhan, maka kita akan mendapat porsi siksaan kekal di alam maut.

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup." (Yohanes 5:24). Hidup dalam Kristus dan mendengar perkataanNya akan memperoleh kehidupan yang kekal dan tidak turut dihukum. Dan ketika kita menerima Yesus, mendengar dan menerima firman kebenaran, kita pun dimateraikan dengan Roh Kudus. "Di dalam Dia kamu juga--karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu--di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu." (Efesus 1:13). Ketika anda mendengar firman Tuhan hari ini, janganlah abaikan. Jangan hanya mempedulikan kesenangan diri anda sendiri saja, sehingga lupa untuk memikirkan konsekuensi kelak di kemudian hari. Kita hidup penuh dengan pilihan. Salah memilih bisa berujung pada penyesalan tanpa akhir.

Hidup mengikuti Yesus terkadang tidaklah gampang. Alkitab menuliskan bahwa ada saat dimana kita menderita, dihujat, dihina, diolok-olok, ditindas, ditekan dan sebagainya. "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya" (2 Timotius 3:12). Kita harus siap untuk memikul salib, dan itu tidaklah mudah. Namun ingatlah bahwa Tuhan akan selalu memperhitungkan semuanya kelak. Sebaliknya orang yang jahat, akan semakin jahat, mereka akan saling meyesatkan dan disesatkan (ay 13). Jika kita tidak berhati-hati sejak dini, berbalik dari jalan-jalan yang sesat secepatnya, maka kita akan semakin jauh tenggelam dalam kesesatan, semakin jahat dari hari ke hari. Tidak ada satu orangpun yang mampu mengetahui berapa lama lagi ia memperoleh kesempatan untuk hidup, sehingga jika tidak cepat-cepat bertobat, salah-salah sebuah penyesalan terlambat yang dialami si orang kaya kisah Lazarus di atas terjadi pada diri kita. Jangan tunda lagi, jangan tunggu lagi dengan alasan apapun. Selagi kita masih punya kesempatan untuk bertobat, bertobatlah segera. Ingatlah bahwa penyesalan seringkali datang ketika semuanya sudah terlambat.

Bertobatlah sungguh-sungguh sekarang juga sebelum semuanya terlambat

No comments:

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan) Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi ma...