Ayat bacaan: Lukas 10:33
========================
"Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan."
Dalam waktu dekat, saya dan istri akan segera aktif melayani di Gereja dimana saya bertumbuh. Ini sebuah langkah maju yang saya sambut dengan sukacita. Betapa tidak, rasanya masih belum lama ketika kami masih sering maju ke depan untuk didoakan pada berbagai KKR. Saya masih ingat betul ketika saya masih belum mengenal Kristus dengan baik, tidak banyak tahu (atau malah sedikit sekali) mengenai apa saja yang di firmankan Tuhan dalam Alkitab. Ketika di awal saya menerima Yesus, hingga beberapa tahun ke depan, saya sangat jarang membaca Alkitab. Ke Gereja pun banyak bolongnya dengan alasan-alasan yang sebenarnya keterlaluan. Terlalu capai, mengantuk, hujan dan sebagainya. Tapi saat ini saya bersyukur, karena saya mendapat kesempatan untuk bekerja di ladangNya lebih lagi. Tidak hanya menulis renungan setiap hari seperti yang sudah saya lakukan selama setahun lebih, tapi juga aktif secara langsung dalam pelayanan di Gereja. Dulu saya dilayani, sekarang saatnya melayani. Ini sangat saya syukuri, karena alangkah ironisnya jika saya tidak berubah, tetap hadir dan minta didoakan dari KKR ke KKR, tanpa ada kemajuan apapun dalam hidup atau keimanan. Betapa kecewanya Tuhan apabila anakNya tidak bertumbuh, padahal Dia selalu mencurahkan kasih setiaNya setiap hari. Melayani Tuhan dalam berbagai hal, itu tentu baik. Bukan karena kehebatan kita, tapi nama Tuhan-lah yang dipermuliakan dalam setiap pelayanan kita. Tapi apakah melayani saja cukup untuk menjamin keselamatan? Atau dalam skala lebih luas, apakah menjadi orang Kristen sudah berarti pasti selamat? Hari ini saya merasa sangat senang, karena Tuhan mengingatkan satu hal yang sangat penting sebelum saya mulai melayani. Dan itulah yang akan saya bagikan untuk renungan hari ini.
Lukas 10:25-37 bercerita tentang Orang Samaria yang murah hati. Demikian Yesus memulai kisahnya. "Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati." (Lukas 10:30). Dalam keadaan sekarat, orang itu ditinggalkan begitu saja di tengah jalan, sementara harta bendanya dirampas oleh perampok-perampok itu. Kemudian ada dua orang yang melintas di tempat kejadian. "Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan." (ay 31). Seorang imam lewat, melihat orang yang sedang sekarat, namun ia bergegas melewatinya tanpa menolong. Mungkin sang imam takut tersangkut masalah, mungkin dia sedang buru-buru hendak kotbah atau melayani, atau merasa itu bukan tugasnya, atau malah buru-buru hendak pulang karena merasa capai sehabis melayani. Atau alasan lain, tapi yang jelas ia tidak melakukan apa-apa dan meneruskan perjalanannya. Kemudian selanjutnya orang Lewi. "Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan." (ay 32). Jika kita melihat kitab Perjanjian Lama, kita akan melihat bahwa orang Lewi berbicara tentang pelayan-pelayan dan hamba Tuhan. Dalam proyeksi ke jaman sekarang, orang Lewi berbicara tentang orang-orang Kristen yang melayani. Tapi sama seperti sang imam, ia pun hanya melewati saja tanpa berbuat apa-apa. Mungkin dia terburu-buru karena takut terlambat pelayanan, mungkin dia takut ditegur oleh gembalanya, mungkin dia tidak mau terlibat, atau alasan lain. Dan kemudian, lewatlah orang Samaria. "Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali."(ay 33-35). Siapa orang Samaria? Dalam Yohanes 4:9 kita melihat Yohanes menambahkan catatan kecil dalam kisah perempuan Samaria sebagai berikut: "(Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.)". Orang Samaria memiliki sejarah peseteruan yang panjang dengan Yahudi. Orang Samaria menyembah allah lain, dan sangat dibenci oleh orang Yahudi. Tapi perhatikan, orang Samaria ini bergegas menolong orang Yahudi, meskipun dengan resiko ia akan dibenci oleh orang yang ditolongnya. Tapi dia tidak peduli. Hatinya tergerak oleh belas kasihan, dan ia menolong tanpa pandang bulu. Tanpa memandang apa agamanya, apa sukunya, siapa orang itu, yang ia tahu adalah, orang itu butuh pertolongan, dan ia bisa melakukan sesuatu!
Menjadi orang Kristen saja tidaklah cukup. Menjadi hamba Tuhan, diaken, pelayan-pelayan Tuhan, itu juga belum cukup. Tuhan Yesus mengingatkan bahwa sebagai orang Kristen, kita harus menghasilkan buah-buah sesuai pertobatan kita. (Matius 3:8). Bagi orang Kristen yang tidak memiliki buah yang baik, yang sesuai dengan pertobatan, ada peringatan yang sangat keras dan tegas. "Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api." (ay 10). Atau lihat ayat lainnya: "Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api." (7:19). Ini ayat yang tidak main-main. Sebagai pengikut Kristus, kita dituntut untuk memiliki buah-buah yang baik, agar kita tidak berakhir ke dalam api. Sekedar menjadi orang Kristen belum cukup. Sebagai pelayan dan hamba Tuhan belum cukup. Imam dan orang Lewi adalah hamba-hamba Tuhan, mereka tidak menunjukkan buah yang baik. Pohon yang baik haruslah menghasilkan buah-buah yang baik. Jika orang Samaria bisa menunjukkan belas kasih, alangkah keterlaluannya jika kita tidak mampu melakukan itu. Padahal inti dasar utama kekristenan adalah kasih. "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."(Lukas 10:27).
Apa yang kita lakukan untuk saudara kita yang paling hina sekalipun, artinya kita melakukannya untuk Yesus. (Matius 25:40). Yesus juga mengingatkan demikian: "Jawabnya: "Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian." (Lukas 3:11). Mengasihi sesama manusia, seperti diri sendiri, tanpa memandang suku, ras, agama, budaya, golongan, itulah yang diajarkan Kristus. Bukan hanya tidak boleh membenci, tapi malah kita harus siap menolong siapapun yang kekurangan dan menderita, tanpa pandang bulu, semampu kita. Menjadi orang yang taat beribadah itu baik, menjadi hamba Tuhan itu baik, rajin membaca Alkitab itu baik, rajin berdoa itu baik, namun yang terpenting adalah bagaimana kita mengamalkan itu semua dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu jalannya adalah dengan siap menolong siapapun disekitar kita yang membutuhkan, apapun latar belakangnya. Yesus menunjukkan bahwa kenyang memahami isi Alkitab tidak menjamin orang akan mampu mengasihi sesama. Malah banyak orang yang kemudian menyombongkan diri dan merasa lebih rohani dibanding yang lain. Tuhan Yesus menunjukkan bahwa kata mengasihi "sesama" itu sangat luas. Bukan hanya kepada sahabat-sahabat, atau saudara seiman saja, tapi tanpa perbedaan latar belakang, layak atau tidak, teman atau musuh sekalipun, mereka semua haruslah kita kasihi. Berat? Itu mungkin yang dirasakan imam dan orang Lewi, tapi tidak bagi orang Samaria. Jika orang Samaria saja sanggup, mengapa kita tidak? Hasilkanlah buah sesuai pertobatan. Bantu dan berkatilah siapa saja, seperti halnya Tuhan memberkati kita.
Kasihilah orang lain tanpa memandang latar belakang mereka
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Dua Ibu Janda dan Kemurahan Hatinya (8)
(sambungan) Dua janda yang saya angkat menjadi contoh hari ini hendaknya mampu memberikan keteladanan nyata dalam hal memberi. Adakah yang ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment