Monday, December 16, 2013

Tahu Apa yang Diminta

Ayat bacaan: 1 Raja Raja 3:9
========================
"Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?"

Alkisah ada tiga sahabat terdampar di sebuah pulau dan menemukan sebuah botol. Ketika dibuka, tiba-tiba muncullah jin dan sebagai tanda terima kasih, ia akan mengabulkan tiga permintaan dari mereka. Yang pertama minta untuk pergi ke Paris. Jin mengabulkan, dan saat itu juga ia sudah berada disana. Yang kedua minta ke Hollywood, dan sama seperti temannya, ia pun dalam sekejap mata sampai disana. Melihat kedua temannya sudah lenyap, yang terakhir merasa kesunyian dan bergumam "seandainya kedua temanku ada disini..." Jin menganggap itu sebagai permintaan terakhir, dan kedua temannya pun kembali lagi ke tempat semula. Ini adalah anekdot yang pernah saya baca beberapa waktu yang lalu yang meski lucu, bagi saya sangat baik untuk menggambarkan sifat manusia yang seringkali tidak tahu apa yang seharusnya mereka minta. Ketika kesempatan untuk meminta hadir, kita akan terfokus pada ke'aku'an kita dan meminta segala sesuatu yang hanya mengarah kepada kenyamanan dan kemakmuran menurut cara pandang dunia. Dan kita selalu ingin sesuatu yang instan. Kita tidak lagi percaya pada proses tapi hanya menginginkan hasil akhir langsung, tanpa perjuangan lagi. So if God gives you a chance to make one wish, what would you ask? 

Kemarin kita sudah melihat bagaimana Bartimeus mampu meminta hanya satu permintaan ditengah berbagai kebutuhan yang mendesak. Kisah selengkapnya bisa anda baca dalam Markus 10. Bartimeus hanyalah seorang pengemis buta yang sehari-hari menyambung hidup dari belas kasihan orang. Melihat kondisinya, tentu ada begitu banyak kebutuhan yang ia inginkan. Tapi lihatlah bahwa dalam perjumpaannya dengan Yesus, ia tidak tergoda sedikitpun untuk meminta kekayaan, pekerjaan atau lain-lain selain matanya dicelikan. Yesus pun memberikan tepat seperti yang ia minta. Ia tahu bahwa apabila matanya berfungsi baik maka ia akan bisa berusaha untuk mencari nafkah dan tidak lagi perlu meminta-minta. Ia tahu bahwa ia harus berusaha agar bisa berhasil, ia harus bekerja untuk hidup. Ia tidak meminta jalan pintas dari Tuhan untuk mendapatkan segalanya dengan instan, tapi ia membutuhkan mata yang mampu melihat agar ia bisa maksimal melakukan itu semua. Singkatnya, Bartimeus tahu apa yang harus ia minta, maka ia pun memperolehnya.

Jika kita mundur ribuan tahun sebelumnya, ada kasus yang mirip yang terjadi pada Salomo. Pada suatu malam Salomo mendapat kesempatan emas untuk meminta sesuatu dari Tuhan. "Di Gibeon itu TUHAN menampakkan diri kepada Salomo dalam mimpi pada waktu malam. Berfirmanlah Allah: "Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu." (1 Raja-Raja 3:5). Hal ini berkenaan dengan gaya hidup Salomo yang sama seperti ayahnya Daud, gaya hidup yang mengasihi Tuhan dan melakukan dengan taat ketetapan-ketetapan sang ayah yang semuanya telah terbukti berkesan di mata Tuhan. Seperti halnya Bartimeus, kita pasti terkejut mendengar jawaban yang diberikan Salomo. Ada kesempatan datang, yang mungkin sulit terulang lagi. Bagaimana tidak, jika Tuhan berjanji bahwa permintaan apapun yang ia sampaikan akan dijawab saat itu juga? Jika kesempatan itu diberikan pada kita, apa yang akan kita jawab? Hidup seribu tahun lagi? Tidak ada penyakit? Jauh dari kemiskinan selamanya? Mendapat jodoh paling cantik/ganteng? Punya rumah termewah? Mobil terbaru? Pesawat jet? Mungkin kita meminta seperti itu, tapi tidak dengan Salomo. Apa yang diminta Salomo cukup mengejutkan. "Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?" (1 Raja Raja 3:9). Perhatikan apa yang diminta Salomo. Di usia mudanya ia tidak berharap akan kemewahan atau kemudahan hidup. Justru karena ia tahu bahwa usianya yang masih muda dan pada suatu ketika akan menggantikan ayahnya sebagai raja, ia membutuhkan hikmat yang mampu menuntun umat yang sangat besar lebih dari hal lainnya. Itulah yang paling ia butuhkan, lebih dari harta kekayaan, materi, kemakmuran, popularitas dan sebagainya, atau hal-hal yang lebih berpusat kepada pemuasan diri atau egonya sendiri. Ia juga tidak meminta umur panjang, sehat 100% selama hidup, bebas dari masalah, dan berbagai permintaan lain, tapi yang ia minta hanyalah satu: Hikmat. Tuhan senang dengan permintaannya dan langsung mengabulkannya. "Dan Allah memberikan kepada Salomo hikmat dan pengertian yang amat besar, serta akal yang luas seperti dataran pasir di tepi laut sehingga hikmat Salomo melebihi hikmat segala bani Timur dan melebihi segala hikmat orang Mesir." (1 Raja Raja 4:29-30). Ternyata bukan saja hikmat yang ia peroleh, tetapi lewat permintaannya yang baik di mata Tuhan itu mengalir pula berkat-berkat lain ke dalam hidupnya. Firman Tuhan berkata "Dan juga apa yang tidak kauminta Aku berikan kepadamu, baik kekayaan maupun kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada seorangpun seperti engkau di antara raja-raja. Dan jika engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan tetap mengikuti segala ketetapan dan perintah-Ku, sama seperti ayahmu Daud, maka Aku akan memperpanjang umurmu." (ay 13-14). Salomo mendapatkan segalanya, dan itu berawal dari permintaannya yang tidak didasari ego atau mementingkan diri sendiri. Salomo memperoleh semuanya karena ia tahu apa yang harus ia minta.

Tuhan lebih dari sanggup memberikan segalanya bagi kita secara berkelimpahan. Tapi hendaklah kita mengetahui terlebih dahulu apa yang kita minta. Kita harus membenahi mental dan sikap kita agar segala yang dipercayakan Tuhan kepada kita akan mampu menjangkau dan memberkati orang lain lewat diri kita dan bukan dipakai untuk menimbun diri sendiri saja. Sikap Salomo menunjukkan pribadinya yang tidak mementingkan kenyamanan dan kemakmuran diri sendiri, tetapi secara bijaksana ia meminta sesuatu agar apa yang ditugaskan Tuhan kepadanya mampu ia lakukan dengan sebaik-baiknya. Tidaklah heran apabila Tuhan memberkati Salomo secara luar biasa. Berdasarkan pengalamannya, Salomo pun kemudian menulis dalam Amsal: "Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas. Ia lebih berharga dari pada permata; apapun yang kauinginkan, tidak dapat menyamainya. Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan. Jalannya adalah jalan penuh bahagia, segala jalannya sejahtera semata-mata. Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya, siapa yang berpegang padanya akan disebut berbahagia." (Amsal 3:13-18). Berbahagialah Salomo karena ia tahu apa yang perlu ia minta, dan itu membawa berbagai berkat mengalir kepadanya.

Salomo dan Bartimeus adalah contoh dari orang yang tahu apa yang harus ia minta. Mereka tidak tergiur dengan berbagai kenikmatan dunia, tapi mereka meminta sesuatu yang akan mampu mereka pakai untuk bisa melakukan hal terbaik untuk Tuhan dalam hidup mereka. Bagaimana dengan kita? Banyak di antara kita yang menghabiskan waktu untuk terus meminta tapi lupa bersyukur. Meminta, meminta dan meminta tanpa henti, memboroskan tenaga dan membuang-buang waktu doa untuk meminta hal-hal yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Tidak heran jika akhirnya semua berjalan di tempat dan tidak mencapai kemajuan apapun. Arahkan fokus seperti pandangan mata Tuhan, yang tahu betul apa yang terbaik buat kita. Mintalah sesuatu yang benar-benar kita butuhkan dengan tujuan memuliakan Tuhan lebih dari sebelumnya. Jadilah penyalur berkat bukan penimbun harta. Kita bisa melihat bagaimana Tuhan mampu menjawab doa lebih dari yang kita minta sekalipun jika fokus dan tujuan kita meminta itu terarah dengan benar. Mari kita belajar dari Salomo dan Bartimeus dan arahkan permintaan kita kepada sesuatu yang tepat. Let's find out what we really need today, God will gladly answer it.

Miliki motivasi benar dalam meminta, bukan atas keinginan pemuasan diri sendiri

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Kacang Lupa Kulit (5)

 (sambungan) Kapok kah mereka? Ternyata tidak. Bukan sekali dua kali bangsa ini melupakan Tuhannya. Kita melihat dalam banyak kesempatan mer...