Wednesday, December 4, 2013

Tanpa Mukjizat, Tidak Masalah

Ayat bacaan: Yohanes 10:41
======================
"Dan banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: "Yohanes memang tidak membuat satu tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar."

Saya masih ingin melanjutkan sedikit lagi mengenai motivasi mengikuti Yesus seperti dalam beberapa renungan sebelumnya. Selain ada banyak yang mengharapkan harta kekayaan, ada banyak pula yang mendasarkan imannya pada mukjizat. Percaya atau tidak, itu tergantung ada tidaknya mukjizat yang pernah dilihat atau pernah dialami langsung. Tidak jarang pula orang ragu dalam melayani karena merasa tidak bisa mendatangkan mukjizat. Benar, ada banyak hamba Tuhan yang diberkati secara luar biasa dengan menjadi perantara Tuhan dalam melakukan berbagai mukjizat. Lewat mereka Tuhan bekerja memberi kesembuhan, pelepasan dan sebagainya. Ini seharusnya bisa membuka mata kita akan kuasa Tuhan, betapa tidak ada yang mustahil bagi Dia. Yang sangat disayangkan, ada banyak orang mendasarkan keimanannya secara sempit hanya pada mukjizat, keajaiban, hal-hal mustahil yang jadi nyata dan sebagainya. Jika tidak ada mukjizat terjadi, berarti Tuhan tidak ada, minimal sedang dianggap sedang tidak berada ditempat, sedang tidak peduli, atau malah menganggap bahwa mereka mungkin dianggap Tuhan tidak sepenting orang lain. Ada banyak orang juga yang bersikap apatis, merasa bahwa menjalankan amanat agung itu bukanlah tugas mereka karena mereka tidak mampu membuat mukjizat seperti halnya para hamba Tuhan yang dipakai Tuhan untuk hal-hal seperti itu. Hanya mau melayani kalau bisa membuat mukjizat, kalau tidak bisa berarti itu bukan panggilan. Apakah benar seperti itu?

Memang benar, jika kita baca perjalanan banyak tokoh dalam alkitab, kita akan menemukan banyak mukjizat Tuhan yang hadir lewat hamba-hambaNya. Ambil contoh beberapa tokoh seperti Musa, Elia, Yesaya dan sebagainya, semua pernah menjadi perantara Tuhan dalam mendatangkan mukjizat. Setelah Yesus sendiri melakukan banyak mukjizat seperti menyembuhkan banyak orang sakit dan membangkitkan orang mati, para rasul dalam pelayanan mereka setelah kebangkitan Yesus pun berulang kali menunjukkan hal yang sama. Pertanyaannya sekarang, apakah orang hanya bisa percaya dan menerima Tuhan hanya lewat mukjizat semata? Apakah pelayanan harus didasari oleh ada tidaknya mukjizat? Haruskah itu menjadi dasar untuk mengikuti Yesus dan menjalankan AmanatNya yang agung? Apakah cara memberitakan injil hanya bisa dilakukan lewat kuasa kesembuhan dan talenta-talenta yang mendatangkan keajaiban? Tidak juga. Dalam hal ini, kita bisa belajar lewat Yohanes Pembaptis.

Sepanjang masa hidupnya, Yohanes Pembaptis bukanlah tokoh yang tercatat melakukan hal-hal ajaib. Ia tidak pernah melakukan tanda-tanda atau mukjizat apapun. Tapi perhatikan bahwa hal tersebut ternyata tidak membuat dia menjadi tokoh yang dilupakan. Dan yang lebih penting lagi, tanpa kemampuan membuat mukjizat, Yohanes tetap bisa memberitakan tentang Kristus dan menyelamatkan banyak orang. Lalu bagaimana cara yang dilakukan Yohanes? Ia melayani bukan dengan menyembuhkan, melainkan dengan menjadi saksi Kristus. Dalam kesahajaannya ia tampil memberi kesaksian bahwa Yesus adalah Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia.

Mari kita baca ayatnya. "Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia." (Yohanes 1:29). Seperti itulah cara Yohanes. Ia mengabarkan berita keselamatan dengan cara yang sangat sederhana, yaitu memperkatakan tentang Yesus, dan ternyata hal tersebut cukup untuk membuat banyak orang percaya dan diselamatkan. Selain memperkatakan dan menjadi saksi Kristus, Yohanes juga memberitakan injil lewat memberi nasihat. Hal ini bisa kita ketahui dari Injil Lukas yang berbunyi: "Dengan banyak nasihat lain Yohanes memberitakan Injil kepada orang banyak." (Lukas 3:18).

Adalah benar bahwa sebenarnya kita semua telah diberi kuasa untuk melakukan hal-hal yang sama, bahkan lebih jika kita percaya pada Yesus. Yesus sendiri berkata: "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;" (Yohanes 14:12), atau dalam kesempatan lain Yesus mengatakan: "Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu." (Lukas 10:19). Tapi kita harus maklum bahwa sebagian besar orang mungkin belum siap untuk itu. Kita butuh waktu untuk mengalami pertumbuhan iman terlebih dahulu untuk sampai kesana, atau mungkin juga karena mereka kurang percaya atau masih terhambat oleh dosa-dosa yang belum dibereskan. Atau mungkin juga memang panggilan kita bukan di bidang itu. Ada 5 jawatan seperti yang disebutkan dalam Efesus 4:11-13, dimana masing-masing punya bagian dan tugasnya sendiri-sendiri dalam menjalankan amanat Tuhan. Tapi ingatlah semua sama pentingnya. Yang pasti, jika kita tidak atau belum dipakai untuk mendatangkan mukjizat Tuhan, bukan berarti bahwa kita lepas dari tanggung jawab kita dalam menjalankan amanat agung seperti yang dipesankan Kristus. Ada tidaknya mukjizat bukan pula berarti kita tidak sanggup menjadi duta-duta Kerajaan Allah. Untuk memberitakan injil kita tidak dituntut untuk mampu membuat KKR, mampu menghidupkan orang mati, mampu menyembuhkan orang sakit, mampu melakukan berbagai mukjizat dan sebagainya, tapi secara sederhana lewat memperkatakan Yesus, mengenalkan siapa Yesus kepada saudara-saudara kita lewat kesaksian-kesaksian hidup kita, itu pun merupakan bentuk menjalankan tanggungjawab yang tidak kalah baiknya. Apa yang kita alami ketika kita berjalan bersama Yesus, dan saat kita telah mengalami Tuhan bisa kita angkat dalam serangkaian kata sebagai kesaksian kita. Di sisi lain, janganlah menggantungkan motivasi untuk mengikuti Yesus hanya karena hal-hal supranatural, karena itu bukanlah esensinya. Tuhan sudah terlebih dahulu mengasihi kita, menciptakan kita dengan sangat istimewa dan memberkati dengan anugrerah-anugerahNya yang sebenarnya tidak layak kita terima, termasuk anugerah keselamatan yang merupakan sebuah janji yang pasti. Dasari alasan mengikuti Yesus dengan motivasi-motivasi yang benar agar kita tidak salah arah dan tersesat dalam arus pemahaman yang keliru.

Mari belajar lewat sosok Yohanes Pembaptis. Ia adalah orang yang tidak membuat satu mukjizat pun, tetapi ia justru dipilih menjadi satu-satunya orang yang mendapat kehormatan untuk membaptis Yesus. Lewat caranya yang sederhana ia mampu membawa banyak orang mendengar kebenaran dan bertobat. Sebuah ayat jelas menggambarkan hal ini."Dan banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: "Yohanes memang tidak membuat satu tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar." (Yohanes 10:41). Karunia yang disediakan Tuhan bermacam-macam. Apapun karunia yang kita miliki tentu bisa dipakai untuk menjalankan tugas yang agung ini. Bahkan lewat cara hidup kita yang berkenan di hadapan Tuhan kita bisa memberi banyak kesaksian yang bisa menyentuh orang lain, membawa mereka untuk mengenal pribadi Yesus dan menyaksikan langsung bahwa hidup di dalam kebenaran firman akan mendatangkan sebuah bentuk kehidupan yang penuh sukacita. Kita bisa belajar dari Yohanes yang memperkatakan apa yang ia lihat, ia alami dan ia saksikan. Lewat itu, meski tanpa lewat mukjizat ia bisa membawa banyak jiwa untuk selamat. Jadi, ada mukjizat atau tidak, itu bukan alasan untuk tidak menjalankan Amanat Agung. Ada tidaknya mukjizat tidak seharusnya menjadi motivasi untuk mengikuti Yesus. Anda tidak bisa membangkitkan orang mati, belum pernah menyembuhkan lewat doa, atau merasa tidak punya mukjizat yang bisa dijadikan kesaksian untuk membawa orang mengenal Tuhan? Itu tidak masalah, sebab Yohanes Pembaptis sudah membuktikannya.

Bukan hanya melakukan mukjizat, tapi memperkatakan dan menjadi saksi Kristus pun merupakan cara yang tidak kalah baiknya dalam pemberitaan Injil

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Kacang Lupa Kulit (5)

 (sambungan) Kapok kah mereka? Ternyata tidak. Bukan sekali dua kali bangsa ini melupakan Tuhannya. Kita melihat dalam banyak kesempatan mer...