(sambungan)
Cukupkah murah hati itu diwakili oleh sebuah perasaan kasihan atau
ucapan simpati yang hanya berhenti di mulut saja? Tentu tidak.
Perhatikan firman Tuhan berikut: "Barangsiapa mempunyai harta duniawi
dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu
hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di
dalam dirinya?" (1 Yohanes 3:17). Bagaimana mungkin kita mengaku
memiliki kasih Allah, mengaku sebagai anak Allah, tetapi kita tidak
melakukan apa-apa secara nyata dan hanya bergumam kasihan saja kepada
orang lain? Maka apa yang harus kita lakukan pun hadir dalam ayat
berikutnya. "Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran."
(ay 18). Bukan hanya dengan perkataan, bukan sebatas di bibir atau
lidah saja, tetapi haruslah lewat perbuatan nyata dan dalam kebenaran.
Saat menjelaskan hakekat iman, Yakobus pun menyinggung hal kemurahan hati yang diikuti dengan perbuatan nyata ini. "Jika
seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan
makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat
jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia
tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya
itu?" (Yakobus 2:15-16). Kalau mau jujur, tidakkah kita setidaknya
pernah atau malah sering melakukan kekeliruan ini? Ketika orang butuh
bantuan, kita mungkin menunjukkan kepedulian kita dengan kata-kata
nasihat yang panjang, bahkan menguliahi atau mengkotbahi mereka, tetapi
kita tidak melakukan apapun secara nyata untuk meringankan beban mereka.
Yakobus mengingatkan bahwa semua itu tidaklah berguna. Ini sama dengan
iman yang hanya kita katakan, kita hanya mengakui kita memiliki iman,
tapi kita tidak menyertainya dengan perbuatan. Dan iman seperti ini
dikatakan pada hakekatnya adalah mati. (ay 17). Kemurahan hati seperti
halnya iman haruslah diikuti dengan sebuah perbuatan nyata, dan ini
sangatlah penting untuk diperhatikan.
Mengaplikasikan kasih dan kemurahan hati berdasarkan sebab akibat pun
tidak tepat. Memberi hanya karena membalas pemberian orang, atau
berharap diberi kembali, berbuat baik karena orang baik kepada kita,
mengasihi orang karena mereka mengasihi kita, itu semua masih terlalu
dangkal. Yesus mengatakan "Apabila kamu mengasihi orang yang
mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat
demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu
saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang
yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?" (Matius 5:46-47). Dan inilah yang dituntut dari kita: "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."
(ay 48). Seperti halnya Bapa di surga mengasihi semua orang dengan
sempurna, seperti itu pula kita dituntut untuk berlaku. Membantu,
memberi tanpa pamrih, tergerak dan terpanggil untuk melakukan sesuatu
secara nyata bukan karena mengharap imbalan atau memiliki tujuan
tersembunyi di belakangnya, tapi murni karena belas kasihan, sebuah
kemurahan hati yang berdasarkan kasih. Bukan sembarang kasih, tetapi
seperti kasih Allah yang tinggal diam di dalam diri kita.
Yohanes menyebutkan: "Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa
mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya." (1 Yoh 4:21).
Lalu Yesus sendiri berkata: "Aku memberikan perintah baru kepada kamu,
yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi
kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34).
Sesungguhnya kasih memiliki posisi yang sangat tinggi dalam kekristenan,
bahkan merupakan sebuah esensi dasar. Sudahkah kita memilikinya?
Sudahkah kita peka terhadap kesulitan orang di sekeliling kita dan
bergerak untuk memberikan bantuan nyata, atau kita masih saja merasa
cukup untuk merasa kasihan tanpa perbuatan, masih berhitung untung rugi,
memikirkan manfaat apa yang bisa kita peroleh dibaliknya, atau malah
tidak peduli sama sekali? Merasa kasihan atau iba itu baik, tapi tidak
akan ada hasilnya jika tidak diikuti dengan perbuatan nyata. Dan itu
haruslah berasal dari hati yang mengasihi. Itulah sebuah kemurahan hati
yang selayaknya dimiliki oleh kita. Kehidupan semakin berat bagi banyak
orang. Sebagian dari mereka bahkan sudah tidak tahu lagi harus berbuat
apa. Itu hendaknya menjadi alarm bagi kita bahwa ada semakin banyak
orang yang butuh uluran tangan saudara-saudaranya. Siapkah anda untuk
datang kepada mereka dan berkata, "what can I do you for?"
Kemurahan hati berdasarkan kasih yang diaplikasikan secara nyata akan membawa perubahan nyata
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
RenunganHarianOnline.com adalah Renungan Harian Kristen untuk waktu Saat Teduh
Home »Unlabelled » What Can I Do You For (2)
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Search
Berlangganan (Subscribe)
Menu
Kategori Artikel
Quick News
Hai! kami kembali lagi untuk memberkati para RHO-ers
Renungan Harian Online kini dapat diakses melalui domain berikut: www.RenunganHarianOnline.com
Renungan Harian Online kini dapat diakses melalui domain berikut: www.RenunganHarianOnline.com
Tentang RHO
Renungan di Blog ini dibuat oleh Tim Renungan Harian Online sendiri Copyrighted @ 2007-2022. Saudara boleh membagikan link
blog ini agar dapat menjadi berkat bagi teman-teman saudara, atau me-link-nya di situs/blog saudara:
atau dapat juga menggunakan banner dibawah ini:
Tuhan Memberkati!
Popular Posts
- Jebakan Hutang
- Mengusahakan Kesejahteraan Kota
- Kerjasama dalam Satu Kesatuan
- Kebersamaan Dalam Kasih Yang Menguatkan
- Perempuan Samaria di Sumur
- Hidup yang Berbahgia dan Berhasil
- Tahun Baru, Rahmat Baru, Harapan Baru
- Bersiap Menjelang Natal
- Bangkit dan Menjadi Terang
- Manusia Berencana Tuhan Menentukan
Pendistribusian
RHO hanya memberikan ijin untuk mendistribusikan pada media online (blog, milist, dll) tanpa menghilangkan link source, jika didistribusikan pada media offline, seperti warta jemaat, harus mencantumkan link source-nya. Kami tidak mengijinkan pendistribusian yg bersifat komersil.
No comments :
Post a Comment