Ayat bacaan: 2 Korintus 8:2
===========================
"Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan."
Dalam renungan kemarin kita sudah melihat bagaimana bentuk kemurahan hati dalam memberi seperti yang ditunjukkan oleh dua orang janda dalam masa yang berbeda, yaitu janda di Sarfat di masa Elia (1 Raja Raja 17:7-24) dan janda yang memberikan persembahan di bait Allah yang diperhatikan Yesus (Lukas 21:1-4/Markus 12:41-44). Hari ini saya masih ingin melanjutkan lagi mengenai hal kemurahan hati lewat beberapa contoh lainnya. Sebuah kesaksian yang belum lama dialami oleh saudara dari tetangga saya mungkin baik untuk dijadikan sebuah contoh. Ia bercerita mengenai pengalamannya ketika ia terpanggil untuk menolong seorang teman sekantornya. Pada saat itu ia sedang mengalami masa sulit. Bahkan uang yang ada pun tidak cukup untuk membayar cicilan kredit motor dan memperpanjang sewa rumah. Tapi pada saat yang sama teman sekantornya mengalami masalah dan butuh bantuan. Ia dengan segera memberikan sisa uang yang ada. "Satu hal yang saya percaya, Tuhan tidak akan pernah membiarkan kita susah karena menolong orang lain." katanya mantap. Hanya berselang satu hari, istrinya mendadak memperoleh bonus di kantor yang lebih dari cukup untuk dipakai melunasi cicilan dan membayar sewa rumah. "Tuhan selalu menepati janji, saya tidak perlu ragu dalam hidup maupun menolong orang lain karena Dia pasti jaga saya dan keluarga." katanya lagi. Ini sebuah kesaksian bahwa janji Tuhan bukanlah hanya pepesan kosong, sekaligus bisa menjadi bukti bahwa bukan soal jumlah harta yang menentukan kerelaan kita untuk memberi, tetapi itu semua tergantung dari kondisi dan sikap hati, apakah memiliki kasih di dalamnya atau tidak.
Hari ini mari kita lihat jemaat Makedonia dahulu kala di jaman Paulus. Kepada jemaat Korintus, Paulus bersaksi mengenai bagaimana pertumbuhan kasih karunia yang terjadi pada jemaat di Makedonia pada masa itu. Mungkin ada banyak orang yang beranggapan bahwa kewajiban memberi hanya berlaku apabila sedang berkelimpahan, tapi jemaat Makedonia menunjukkan sikap yang sama sekali berbeda. Mereka bukanlah jemaat yang kaya raya. Mereka justru dikatakan sebagai jemaat yang sedang bergumul dalam berbagai penderitaan dan hidup dalam kemiskinan. Tapi itu semua ternyata tidak menghalangi mereka untuk tetap memberi dengan penuh sukacita. Paulus pun kemudian bersaksi atas mereka. "Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan." (2 Korintus 8:2). Mereka miskin materi, tapi kaya raya dalam kemurahan. Sekali lagi kita melihat contoh luar biasa dalam hal kemurahan hati lewat jemaat Makedonia yang sama sekali jauh dari kemakmuran secara materi.
Dalam kesempatan lain kita juga bisa belajar dari bagaimana cara hidup jemaat mula-mula yang dicatat dalam kitab Kisah Para Rasul. "Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing." (Kisah Para Rasul 2:44-45). Tidak dikatakan bahwa yang kekayaannya luar biasa melimpah yang membantu, tapi mereka secara kolektif saling berbagi sesuai kemampuan masing-masing. Ada yang kaya, ada yang cukup, berapapun yang ada pada mereka, semua mereka pergunakan untuk kepentingan bersama dalam kebersatuan yang begitu indah. Hal ini kembali disinggung dalam pasal 4. "Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama." (4:32). Kembali kita melihat disini bahwa tidak ada batasan kaya untuk memberi, dan kita bisa melihat bagaimana Tuhan memberkati jemaat mula-mula ini dalam banyak hal. "...Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan." (2:47). Bukan saja mereka disukai orang, tapi Tuhan pun memberkati mereka dengan menambahkan jiwa-jiwa untuk diselamatkan.
Firman Tuhan berkata: "Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan." (2 Korintus 9:8). Dalam versi BIS nya dikatakan: "Allah berkuasa memberi kepada kalian berkat yang melimpah ruah, supaya kalian selalu mempunyai apa yang kalian butuhkan; bahkan kalian akan berkelebihan untuk berbuat baik dan beramal." Lihatlah bahwa Tuhan selalu rindu untuk mengucurkan berkat kepada kita, tetapi kita harus tahu untuk apa sebenarnya berkat itu diberikan kepada kita. Dan Petrus mengatakan: "...hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat..." (1 Petrus 3:9). Itulah hakekatnya mengapa kita diberkati, yaitu untuk memberkati orang lain. Banyak sedikit uang yang dimilikinya bukanlah menjadi ukuran, tetapi kerelaan hatinya dalam memberi atas dasar belas kasih, itulah yang seharusnya menggerakkan kita untuk berbuat baik dan beramal. Ini sesuai dengan bunyi Firman Tuhan bahwa kita diminta untuk memberi "menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan." Mengapa? "Sebab Tuhan mengasihi orang yang memberi dengan sukacita." Ini bisa kita baca dalam 2 Korintus 9:7. Artinya, besar kecilnya pemberian kita, dalam bentuk apapun, berapapun yang kita punya saat ini, selama kita memberi dengan kerelaan dan sukacita, maka Tuhan akan menghargai itu dengan sangat besar.
Anda merasa tidak punya sumber cukup untuk diberikan? Anda merasa kemampuan anda terbatas dan anda merasa tidak ada yang istimewa dengan kemampuan anda itu? Berhentilah berpikir seperti itu, karena itu tidak akan pernah cukup menjadi alasan untuk tidak memberi. Sesungguhnya jika kita mau melihat atau memeriksa kembali apa yang kita punya, Tuhan sudah melengkapi kita untuk melakukan setiap perbuatan baik. (2 Timotius 3:17). Artinya kita tinggal memiliki sebentuk hati yang penuh kasih, yang rindu untuk menolong orang lain, siapapun mereka. Selebihnya Tuhan sendiri yang akan sediakan. Mari luangkan waktu untuk meresapi ayat berikut: "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." (Lukas 6:36). Kita tidak akan pernah kekurangan setelah memberi dengan kerelaan hati dan sukacita, Tuhan justru akan terus melipat gandakan agar selain kita mampu mencukupi kebutuhan kita, tetapi terlebih pula agar kita mampu memberkati orang lain lebih dan lebih lagi. Kita diberkati untuk memberkati, kita diberi untuk memberi. Hati yang bersukacita dalam memberi tidak akan memandang kekurangan atau keterbatasan diri sendiri, tetapi mampu melihat dengan penuh rasa syukur bagaimana Tuhan selama ini telah memberkati kita.
Jadilah orang murah hati seperti Bapa adalah murah hati
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Monday, May 6, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Lanjutan Sukacita Kedua (5)
(sambungan) Satu jiwa pun begitu berharga di mata Tuhan. Ketika jiwa itu kembali ditemukan, sang gembala akan menggendongnya dengan gembira...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment