Ayat bacaan: Matius 25:21
=======================
"Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu."
Anak teman saya masih berusia 10 tahun dan duduk di kelas 4 SD, tetapi ia ternyata mendapat pendidikan yang sangat baik dari orang tuanya sehingga ia tidak merasa iri melihat ada anak-anak seusianya yang mendapat benda-benda mewah atau uang lebih dari apa yang ia terima. "Itu bagiannya, ini bagian saya, saya bersyukur untuk apa yang saya miliki." kira-kira seperti itu katanya kepada saya pada suatu hari sambil tersenyum. Ada banyak dari kita yang masih harus belajar dari cara berpikir anak kecil ini. Ia mensyukuri apa yang ia miliki, sesuai dengan kesanggupan orang tuanya dan sesuai pula dengan kesanggupannya untuk mempertanggungjawabkan pemberian. Sebagian dari kita masih mudah merasa iri melihat orang lain yang memiliki sesuatu yang lebih banyak, termasuk mengenai masalah bakat, kemampuan atau talenta.
Kemarin kita sudah melihat bahwa Tuhan tidak membeda-bedakan jumlah talenta, melainkan memperhatikan betul bagaimana kita mengelola, mengembangkan atau mempertanggungjawabkannya. Sesuai janji, hari ini mari kita lihat lebih jauh mengenai jumlah talenta. Sekilas, perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25:14-30 berbicara mengenai seorang tuan yang menitipkan hartanya kepada tiga orang hamba yang ia miliki, masing-masing diberi 5, 2 dan 1 sesuai kesanggupan masing-masing menurut penilaian sang tuan yang tentu kenal dengan perilaku para hambanya. Hamba dengan 5 dan 2 talenta melipatgandakan, sedang yang 1 talenta hanya menimbun. Mengapa menimbun? Melihat reaksinya yang tertulis dalam ayat 24 dan 25, kita bisa melihat kekecewaannya yang diluapkan dengan marah dan menuduh tidak pada tempatnya. Sepertinya ia merasa bahwa apa yang ia miliki terlalu sedikit sehingga ia kecewa dan menganggap bahwa itu tidaklah cukup untuk membuatnya berhasil. Atau mungkin ia merasa malas dan mencari alasan untuk pembenaran? Pada kenyataannya, ada banyak orang berpuas diri dengan talenta yang dimilikinya sehingga tidak lagi merasa perlu untuk meningkatkannya, atau mempergunakannya demi kemuliaan Tuhan. Talenta-talenta itu hanya ditimbun dan dinikmati sendiri tanpa ada kemajuan atau malah dibiarkan sia-sia. Ini bisa membuat Tuhan marah. Mengapa? Coba letakkan posisi anda pada posisi Tuhan. Anda memberikan sejumlah modal untuk dikembangkan, tetapi orang yang diberikan ternyata hanya membiarkannya begitu saja. Anda pun tentu akan kesal atau marah bukan?
Maka wajarlah apabila hamba dengan 5 dan 2 talenta yang memutuskan untuk menjalankan talenta yang dipercayakan itu mendapat reaksi positif dari tuannya. Perhatikan kedua ayat bagi hamba-hamba ini persis sama. "Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu." (Matius 25:21,23). Sebaliknya bagi sang hamba yang hanya menimbun, hukuman berat diberikan kepadanya.
Sekarang mari kita lihat lagi ayat terakhir di atas. Ada kalimat yang berbunyi: "engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar." Ini berbicara jelas mengenai adanya pentingnya meningkatkan atau mengembangkan kapasitas. Artinya, talenta adalah sesuatu yang tidak statis melainkan dinamis, bukan sesuatu yang final tetapi progresif atau bertumbuh, bisa meningkat sesuai dengan reaksi kita dalam pertanggungjawaban atas apa yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita. Talenta yang diberikan Tuhan kepada kita jelas bukan hasil akhir, melainkan modal awal bagi kita untuk maju dan berhasil dalam hidup ini. Karena itu sangatlah penting untuk terus meningkatkan kapasitas kita baik lewat terus menerus mengasah dan mengolah talenta agar tidak tumpul dan membuat kita menjadi orang-orang cakap yang berada di posisi tinggi dan terhormat (Amsal 22:29) dan tentunya terus berdoa, selalu rajin bersekutu dengan Tuhan, agar hikmat kebijaksanaan akan terus Tuhan limpahkan bagi kita.
Peringatan yang persis sama bisa kita temukan dalam kitab Yesaya. Yesaya menyampaikan firman Tuhan yang bertujuan untuk mengingatkan kita agar selalu meningkatkan kapasitas kita. "Lapangkanlah tempat kemahmu, dan bentangkanlah tenda tempat kediamanmu, janganlah menghematnya; panjangkanlah tali-tali kemahmu dan pancangkanlah kokoh-kokoh patok-patokmu! Sebab engkau akan mengembang ke kanan dan ke kiri.." (Yesaya 54:2-3a). Ini sebuah pesan penting bagi kita untuk tidak berhenti mengembangkan kemampuan kita berdasarkan talenta yang telah Tuhan sediakan bagi kita. Dalam Amsal disebutkan: "Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya." (Amsal 10:4). Kemalasan hanyalah mengarahkan kita pada kemiskinan, tapi kerajinan akan membawa kita kepada kekayaan. Hal ini bukan hanya berbicara mengenai rajin bekerja, namun juga rajin untuk terus belajar, memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan, mengikuti perkembangan jaman berikut kemajuan-kemajuannya, dan tentu saja terus rajin membaca firman Tuhan agar kita jangan sampai mengalami kemiskinan rohani dan mudah disusupi iblis untuk menjatuhkan kita.
Berapa talenta yang diberikan Tuhan kepada anda? Sudahkah anda mengembangkannya untuk menghasilkan berkat bagi sesama? Siapkah anda untuk mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan seandainya saatnya tiba? Jika anda bisa mempertanggungjawabkan hal-hal kecil, Tuhan akan mempercayakan hal-hal yang lebih besar lagi buat anda. Tuhan tidak pernah menempatkan kita dalam wadah yang terlalu sempit bagi kita untuk bertumbuh. Masih begitu banyak kesempatan tersedia di depan kita, dimana kita bisa terus mengembang ke kiri atau ke kanan. Mari kita tidak berpuas diri. Teruslah meningkatkan kapasitas diri agar talenta-talenta yang berasal dari Tuhan tidak terbuang sia-sia dan bisa meningkat lebih dan lebih lagi.
Perbesar kapasitas untuk menerima hal-hal yang lebih besar lagi
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Lanjutan Sukacita Kedua (4)
(sambungan) Jawaban sang ayah menunjukkan sebuah gambaran utuh mengenai sukacita kedua. Anak sulung adalah anak yang selalu taat. Ia tentu ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment