Friday, April 6, 2018

Membangun Kehidupan Doa seperti Epafras (4)

webmaster | 10:00:00 PM |
(sambungan)


Ada sebuah artikel dari luar yang pernah saya baca mengatakan bahwa "prayer has been something churches struggle with." Doa adalah sesuatu yang menjadi pergumulan banyak gereja saat ini. Semakin banyak yang tidak lagi merasakan bahkan mengetahui kekuatan doa. Tidak mempercayainya, menganggap itu kurang atau tidak penting, tidak mengetahui besarnya kekuatan disana atau mungkin pula tidak cukup sabar untuk menanti datangnya jawaban atas sebuah doa. Kalau terhadap diri sendiri sudah tidak sabar menunggu, apalagi memanjatkan doa untuk orang lain. Tidak sedikit pula yang merasa malas tidak peduli terhadap orang lain sehingga merasa tidak perlu mendoakan.

Di sisi lain, jangan lupa pula bahwa tidak menutup kemungkinan ada orang-orang yang dengan tekun terus mendoakan kita. Kita mungkin tahu, mungkin bakal tahu, mungkin juga tidak akan pernah tahu. Tapi bisa saja ada orang-orang yang terus bergumul mendoakan kita terus menerus, sehingga jika kita berada dalam keadaan baik hari ini, didalamnya ada andil dari mereka yang peduli terhadap kita lewat doa-doa yang mereka panjatkan untuk diri kita secara sungguh-sungguh dan terus menerus. Misalnya orang tua, saudara, teman-teman, tetangga atau gembala dimana anda bertumbuh, tim pendoa di gereja, teman-teman persekutuan, dan sebagainya. Bisa saja satu atau beberapa orang di antara mereka secara tekun bergumul dalam doa untuk kita setiap harinya.

Ijinkan saya membagikan sebuah kisah tentang masa lalu saya. Dahulu sebelum bertobat, saya anti terhadap teman-teman yang datang untuk mengenalkan Yesus pada saya. Beberapa kali mereka datang ke rumah dan saya meminta mereka pulang saja. Saya bilang pada mereka, sia-sia mencoba membujuk saya karena saya tidak bakalan mau. Beberapa tahun kemudian saya mengalami perjumpaan dengan Yesus dan kemudian lahir baru. Pada waktu itu saya tidak tahu harus bertanya kemana bagaimana tata caranya untuk dibaptis. Bahkan saya tidak tahu harus bawa baju ganti karena tidak tahu baptis itu seluruh badan ditenggelamkan.

Setelah proses itu, saya pun tiba-tiba teringat akan teman-teman saya yang dahulu berkali-kali saya usir karena membawa kabar keselamatan buat saya. Saya menelepon mereka untuk meminta maaf, dan beberapa dari mereka menangis mendengar kisah saya. Baru saat itu saya tahu bahwa ternyata mereka selama bertahun-tahun tetap membawa saya dalam doa. Mereka percaya pada kekuatan doa, dan percaya bahwa cepat atau lambat doa itu akan dijawab. Mereka berkata mereka terus menantikan kabar mengenai saya, meski semua sudah terpencar bekerja di kota berbeda setelah lulus kuliah.

Kenapa mereka harus susah payah mendoakan saya bertahun-tahun? Jawaban mereka sampai sekarang menjadi pegangan saya, "karena kami tahu Tuhan sayang sama kamu." Sayang pada saya yang menolak Yesus, yang melakukan begitu banyak dosa di masa lalu, yang hidup untuk daging? Ya, itulah kenyataannya. Kalau saya tidak punya teman-teman yang mau repot untuk mendoakan selama bertahun-tahun meski saya mengusir mereka berkali-kali, kalau Tuhan tidak mengasihi saya, entah apa jadinya nasib saya.

Seperti yang dilakukan oleh teman-teman saya, ada kalanya dibutuhkan sebuah perjuangan berat diperlukan untuk membawa orang masuk kembali ke dalam tahta kasih karunia. Baik yang belum mengenal Kristus maupun orang yang sebenarnya sudah menerima Kristus tapi masih keras kepala, keras hati, masih kerap jatuh dalam dosa, atau yang 'kambuhan'. Doa merupakan sarana terampuh untuk membawa mereka keluar dari kegelapan dan kembali pada terang Kristus.


(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker