Thursday, January 18, 2018

Belajar dari Cara Hidup/Etos Kerja Petani (1)

webmaster | 11:00:00 PM |
Ayat bacaan: 2 Timotius 2:6
=====================
"Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya."

Saat harga barang pokok melonjak, apakah pelaku utamanya mendapat keuntungan besar? Yang terjadi justru sebaliknya. Ulah para spekulan jahat yang menimbun barang pokok agar naik tidak berimbas pada pertambahan pendapatan para petani tapi justru membuat mereka menderita kerugian. Harga hasil tani kalau tidak tetap rendah malah bisa menurun karena selain dikuasai orang-orang jahat mulai dari tengkulak hingga sindikat, mafia dan kartel yang mengincar keuntungan dengan mengorbankan bangsa, jalur distribusinya panjang sehingga harga pun menjadi tinggi karena harus mengucuri tiap pos. Harga beli hasil tani sangat murah, tapi sampai ke pasar jadi sangat mahal. Yang berpesta? Ya para lintah. Kasus lainnya, ada banyak investor asing yang bermain di pertanian kita, terutama di daerah-daerah yang dekat dengan perbatasan atau yang berada diluar pendeknya radar negara ini. Mereka memakai tanah, mengeruk keuntungan dan menjadikan petani hanya sebagai buruh kasar di buminya sendiri. Ini cerita ironi dari sebuah negara agraris.

Adalah sangat menarik ketika saya bertemu sebagian anak muda yang menganggap petani sebagai pahlawan negara. Tidak banyak yang bisa mereka lakukan untuk memperbaiki kondisi ini, karena pemerintah saja tampaknya masih sulit menembus layer demi layer untuk menemukan solusi. Tapi setidaknya mereka terus mengkampanyekan agar kita menghargai jasa, jerih payah dan pengorbanan para petani yang tidak kunjung menjadi tuan rumah di negara berbasis pertanian seperti kita. Dan itu mereka lakukan lewat profesi mereka sebagai musisi. Setidaknya mereka melakukan sesuatu dengan kemampuan dan panggilan mereka untuk mengetuk kesadaran kita akan pentingnya para petani bagi kelangsungan hidup bangsa dan rakyat yang hidup di dalamnya. Sangat menginspirasi dan saya merasa diberkati oleh mereka.

Kalau kita tanya seperti apa sosok petani dalam pikiran kita, banyak orang yang membayangkan petani hanya sebagai sosok berkulit gelap terbakar matahari, kurus, memakai baju lusuh dan topi segitiga di kepalanya. Anak kecil ketika menggambar petani akan cenderung melukiskan itu, mungkin dengan ditambah latar gunung di belakangnya. Tapi coba bayangkan apa jadinya negara tanpa kehadiran para petani. Kita seharusnya memberi penghormatan tinggi kepada mereka, karena saya sulit membayangkan apa jadinya nasib kita tanpa mereka.

Untuk kali ini, saya ingin membagikan renungan berdasarkan penghormatan pada petani, yang saya percaya bisa membangun iman kita dengan belajar dari etos kerja mereka. Dan itu akan saya kaitkan dengan sebuah perumpamaan dari Yesus tentang penabur yang bisa kita baca dalam Matius 13:1-23.

Sebelum kita belajar dari etos kerja petani, mari kita lihat dulu apa yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan ini.

Yesus menceritakan bahwa ada seorang penabur yang pergi keluar untuk menabur. Ada yang jatuh di pinggir jalan, lalu habis dimakan burung (ay 4), ada yang jatuh di tanah berbatu sehingga tumbuh tapi buruk dan akhirnya mati (ay 5-6), ada pula yang jatuh di tengah semak duri, dimana benih sempat tumbuh tapi kemudian terhimpit semak berduri lalu mati (ay 7). Benih-benih yang dijadikan perumpamaan akan firman tentang Kerajaan Surga oleh Yesus ini harus jatuh ke atas tanah yang baik, subur, gembur agar bisa menghasilkan. "Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat." (ay 8).

Jadi, ada seorang penabur yang keluar menabur dan benihnya jatuh pada empat lahan yang berbeda, yaitu di pinggir jalan, semak duri, tanah berbatu dan tanah yang baik. Kenapa Yesus mengambil empat permukaan tanah atau media tanam dengan tekstur dan kondisi yang sangat berbeda ini? Ayat 19-23 mencatat penjelasan akan hal ini dari Yesus sendiri.

Pertama, pinggir jalan. "Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan." (ay 19). Ini bicara tentang Firman yang menghampiri orang-orang yang berada di 'pinggir' alias bukan pelaku. Mereka ini mungkin sering mendengar Firman tapi tidak punya keinginan untuk memahami, mendalami, merenungkan apalagi melakukan. Karenanya seperti benih yang tertabur di pinggir jalan, benih itu tidak punya kesempatan untuk tumbuh. Burung akan segera memakannya, orang yang lewat bisa menginjaknya. Dan orang-orang yang seperti ini keimanannya akan sangat mudah digoyang si jahat.

Selanjutnya, yang tertabur di tanah berbatu. "Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad." (ay 20-21). Ini tipe orang percaya yang sebenarnya senang berburu Firman tapi hanya untuk menyukakan telinganya. Mencari dan mengidolakan pendeta yang terkenal, yang suka humor, yang tidak terlalu berat, yang kotbahnya tentang kemakmuran dan kekayaan, tapi tidak suka mendengar kotbah keras yang menegur.

Bagi mereka kotbah seperti entertainment, mungkin seolah stand up comedy yang menghibur. Asyik, lucu, keren, hebat, tapi begitu meninggalkan gereja semua pun menguap entah kemana. Firman diterima, tapi tidak ada yang menempel dan tidak ada yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga tidak ada yang tumbuh dari Firman yang ditabur. Bagaimana mau tumbuh kalau hatinya keras seperti diisi banyak batu sehingga tidak bisa ditembus akar? Tidaklah heran orang-orang seperti ini tidak tahan lama. Sedikit terguncang sesuatu orang itu pun akan segera berpaling dari Tuhan.

(bersambung)


No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker