Ayat bacaan: Mazmur 32:11
==================
"Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai orang-orang jujur!"
Ada satu kutipan perkataan mantan Presiden Amerika Serikat pada masa perang saudara, Abraham Lincoln. "We can complain because rose bushes have thorns, or rejoice because thorn bushes have roses". Kita bisa protes karena semak bunga mawar banyak durinya, atau kita bisa bersukacita karena semak duri punya banyak mawar. Belakangan, seorang evangelist dan guru bernama Dwight L Moody mengatakan: "Men grumble because God put thorns on roses, would it not be better to thank God that he put roses on thorns?" Manusia menggerutu karena Tuhan memberi duri pada bunga mawar, bukankah lebih baik untuk bersukur bahwa Tuhan menaruh mawar pada duri?
Kedua kutipan yang mirip ini mengacu kepada cara kita memandang sesuatu yang tidak baik. Apakah kita fokus kepada durinya atau mawar? Apakah kita memilih untuk mengeluh, menggerutu, protes atau bersyukur, bersukacita? Apakah kita melihat dari sisi negatif atau positif? Satu hal yang pasti, bersukacita tentu lebih menyenangkan dan membahagiakan daripada bersungut-sungut dan bentuk-bentuk perasaan tidak enak lainnya. Kita sering lupa bahwa itu tergantung dari sudut pandang kita sendiri dan bukan tergantung dari keadaan, situasi atau orang lain. Kalau itu tergantung keputusan kita, bukankah akan jauh lebih baik apabila kita memutuskan untuk bersukacita ketimbang membiarkan perasaan-perasaan sebaliknya menguasai diri kita?
Banyak orang hari-hari ini semakin sulit untuk bersukacita. Di waktu susah dalam pergumulan kita mengeluh, dalam kesesakan kita panik, tersenggol sedikit kita emosi, terpercik api sedikit kita langsung berkobar bagai kasus kebakaran hutan. Tapi waktu hidup sedang baik, saat laut tenang, banyak pula orang yang tidak bisa bersukacita. Saat diberkati secara finansial mereka takut kehilangan harta, ketika bertemu orang bawaannya curiga, cemas menatap hari depan dan berpikir, bagaimana nanti kalau badai datang? Makin banyak yang dimiliki, semakin banyak pula yang diinginkan. Tidak pernah merasa puas, terus mengejar segala sesuatu yang fana. Pendeknya, ada saja hal yang dijadikan masalah. Atau, ada orang yang tidak punya kuasa menikmati dan itu dikatakan Pengkotbah sebagai suatu kemalangan, kesia-siaan dan penderitaan yang pahit. Bukankah sangat menyedihkan saat orang justru mengalami penderitaan akibat kekayaannya?
Ditengah semakin sulitnya hidup, ditengah semakin hilangnya sukacita dalam diri manusia, hari ini marilah kita membenahi hati kita dengan mengisinya dengan sukacita. Kekecewaan, kepedihan hingga amarah bisa menimbulkan akar yang pahit, yang kalau terus dibiarkan pada suatu ketika akan sulit sekali dicabut. Itu akan merugikan kita, menimbulkan kerugian dan mencemarkan banyak orang (Ibrani 12:15). Sebaliknya bersukacita akan menyehatkan kita, menciptakan situasi kondusif sehingga kita bisa produktif menghasilkan buah dan akan mendatangkan berkat, seperti yang disebutkan dalam ayat berikut: "dan bergembiralah karena TUHAN ; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu." (Mazmur 37:4).
Ada banyak orang yang tahu bahwa jauh lebih baik bersukacita daripada membiarkan perasaan-perasaan negatif berkuasa dalam hatinya, tapi masalahnya banyak orang yang tidak tahu bagaimana caranya atau tidak kuasa menggantikan perasaannya dengan sukacita. Adakah kunci yang bisa tetap membuat kita bersukacita? Kalau ada, apakah itu?
Dalam renungan kemarin saya sudah menyinggung tentang sukacita sejati. Sukacita sejati bukanlah tergantung dari baik buruknya keadaan, bukan tergantung dari orang lain. Kita sudah belajar lewat Paulus dan contoh yang saya berikan bagaimana mereka bisa tetap mengucap syukur, berkata Tuhan baik bahkan tetap menghasilkan buah disaat sedang menghadapi penderitaan dalam kondisi yang berat. Lihatlah bahwa meski dalam penjara dan menanti datangnya hukuman mati dengan cara kejam, ia masih bisa berseru dengan lantang: "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4).
(bersambung)
RenunganHarianOnline.com adalah Renungan Harian Kristen untuk waktu Saat Teduh
Home »Unlabelled » Sukacita dalam Tuhan (1)
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Search
Berlangganan (Subscribe)
Menu
Kategori Artikel
Quick News
Hai! kami kembali lagi untuk memberkati para RHO-ers
Renungan Harian Online kini dapat diakses melalui domain berikut: www.RenunganHarianOnline.com
Renungan Harian Online kini dapat diakses melalui domain berikut: www.RenunganHarianOnline.com
Tentang RHO
Renungan di Blog ini dibuat oleh Tim Renungan Harian Online sendiri Copyrighted @ 2007-2022. Saudara boleh membagikan link
blog ini agar dapat menjadi berkat bagi teman-teman saudara, atau me-link-nya di situs/blog saudara:
atau dapat juga menggunakan banner dibawah ini:
Tuhan Memberkati!
Popular Posts
- Jebakan Hutang
- Mengusahakan Kesejahteraan Kota
- Kerjasama dalam Satu Kesatuan
- Kebersamaan Dalam Kasih Yang Menguatkan
- Perempuan Samaria di Sumur
- Hidup yang Berbahgia dan Berhasil
- Tahun Baru, Rahmat Baru, Harapan Baru
- Bersiap Menjelang Natal
- Bangkit dan Menjadi Terang
- Manusia Berencana Tuhan Menentukan
Pendistribusian
RHO hanya memberikan ijin untuk mendistribusikan pada media online (blog, milist, dll) tanpa menghilangkan link source, jika didistribusikan pada media offline, seperti warta jemaat, harus mencantumkan link source-nya. Kami tidak mengijinkan pendistribusian yg bersifat komersil.
No comments :
Post a Comment