(sambungan)
Dalam posisi budak, apa yang bisa menjadi prestasi? Dengan pikiran normal rasanya tidak ada yang bisa dibanggakan dan dijadikan tolok ukur prestasi disana. Tapi Yusuf berbeda. Alkitab menyatakan bahwa Yusuf selalu berprestasi dan ia pun mendapat promosi untuk dapat tinggal di rumah mewah tuannya Potifar. Bagaimana bisa demikian? Di Alkitab tertulis: "Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu." (39:2). Kelihatannya Daud tidak memiliki mental yang bersungut-sungut. Ia menjalani "profesi"nya sebagai budak dengan baik, apapun yang ia buat berhasil, sehingga dalam posisi ekor sekalipun ia bisa menjadi kepala. Mengapa bisa demikian? Sebab Tuhan menyertai Yusuf. Ini bagian pertama.
Apakah dengan mendapat posisi khusus diantara para budak dan tinggal di rumah tuannya perjalanan hidup Yusuf menjadi lebih ringan? Ternyata tidak. Masalah berikutnya datang. Ia digoda oleh istri Potifar, tapi Yusuf dengan tegas menolak. Dia tidak tergoda oleh kenikmatan sesaat karena ia mau hidup taat. Kedagingannya mungkin mau, tapi rohnya terbukti lebih kuat. Yusuf pun berkata "Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?" (ay 9). Terus menerus ditolak, lama-lama beranglah istri Potifar. Ia pun memfitnah Yusuf, sehingga Yusuf dilemparkan ke penjara.
Penjara bukanlah tempat yang membanggakan dan menyenangkan. Itu lebih buruk lagi ketimbang menjadi budak yang bisa tinggal di rumah tuannya. Posisi makin anjlok, kini Yusuf berstatus bukan lagi budak, tapi terpidana. Bagi kebanyakan orang itu tentu menyakitkan, tapi ternyata mental Yusuf tetap sama. Ia tidak mengeluh atau menghujat siapapun termasuk Tuhan, tapi kelihatannya ia tetap menunjukkan sikap luar biasa, sikap yang tentu berkenan di hadapan Tuhan. Kembali kita menjumpai ayat yang mirip dengan ayat 39:2 di atas, hanya saja kali ini terjadi di dalam penjara. "Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya, dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepala penjara itu. Sebab itu kepala penjara mempercayakan semua tahanan dalam penjara itu kepada Yusuf, dan segala pekerjaan yang harus dilakukan di situ, dialah yang mengurusnya. Dan kepala penjara tidak mencampuri segala yang dipercayakannya kepada Yusuf, karena TUHAN menyertai dia dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil." (ay 21-23). Kesulitan boleh bertambah, tapi kenyataannya Daud tetap menjalaninya dengan sebaik yang ia sanggup. Kembali kita lihat bahwa dalam keadaan di bawah (ekor), yang lebih bawah dari budak, ternyata Yusuf tetap bisa menjadi kepala. Mengapa? Lagi-lagi "Karena Tuhan menyertai dia, dan apa yang dikerjakannya dibuat TUHAN berhasil."
Kita tahu apa yang terjadi selanjutnya. Singkat cerita, lewat hubungannya dengan seorang juru minuman yang pernah sama-sama dipenjara, dimana orang tersebut pernah melupakannya dan membiarkan Yusuf tetap dipenjara selama dua tahun, ia pun kemudian sukses mengartikan mimpi Firaun dan mendapat lompatan promosi yang menakjubkan, yang rasanya tidak akan pernah bisa terulang kembali. Dari tawanan tiba-tiba menjadi orang yang berkuasa atas seluruh tanah mesir. (ay 40-41). Yusuf akhirnya mencapai posisi kepala yang sesungguhnya.
Ketika saudara-saudaranya menghadap, Yusuf seharusnya punya kesempatan membalas perilaku jahat saudara-saudaranya. Tapi itu semua tidak ia lakukan karena ia lebih peduli untuk memuliakan Tuhan lewat kehidupannya. Itu jauh lebih penting daripada memuaskan nafsu untuk membalaskan sakit hati. Ia pun memaafkan saudara-saudaranya. Perkataan Yusuf kembali menunjukkan mental juara dalam hal ketaatan dan iman. "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar." (Kejadian 50:20). Sikap seperti ini hanya dimungkinkan sebab Yusuf mampu memandang dari kacamata iman dan bukan tergantung dari kondisi-kondisi riil yang tengah ia hadapi dalam perjalanan hidupnya.
(bersambung)
RenunganHarianOnline.com adalah Renungan Harian Kristen untuk waktu Saat Teduh
Home »Unlabelled » Kepala, Bukan Ekor (2)
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Search
Berlangganan (Subscribe)
Menu
Kategori Artikel
Quick News
Hai! kami kembali lagi untuk memberkati para RHO-ers
Renungan Harian Online kini dapat diakses melalui domain berikut: www.RenunganHarianOnline.com
Renungan Harian Online kini dapat diakses melalui domain berikut: www.RenunganHarianOnline.com
Tentang RHO
Renungan di Blog ini dibuat oleh Tim Renungan Harian Online sendiri Copyrighted @ 2007-2022. Saudara boleh membagikan link
blog ini agar dapat menjadi berkat bagi teman-teman saudara, atau me-link-nya di situs/blog saudara:
atau dapat juga menggunakan banner dibawah ini:
Tuhan Memberkati!
Popular Posts
- Jebakan Hutang
- Mengusahakan Kesejahteraan Kota
- Kerjasama dalam Satu Kesatuan
- Kebersamaan Dalam Kasih Yang Menguatkan
- Perempuan Samaria di Sumur
- Hidup yang Berbahgia dan Berhasil
- Tahun Baru, Rahmat Baru, Harapan Baru
- Bersiap Menjelang Natal
- Bangkit dan Menjadi Terang
- Manusia Berencana Tuhan Menentukan
Pendistribusian
RHO hanya memberikan ijin untuk mendistribusikan pada media online (blog, milist, dll) tanpa menghilangkan link source, jika didistribusikan pada media offline, seperti warta jemaat, harus mencantumkan link source-nya. Kami tidak mengijinkan pendistribusian yg bersifat komersil.
2 comments :
Yth Penulis renungan yang baik,
Hanya Ingin koreksi sedikit salah penulisan yg seharusnya Yusuf , tertulis Daud, sbb( di bawah ini )
Terimakasih telah mengadakan renungan ini tiap hari yang sudah menjadi santapan pagi rutin kami.
tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu." (39:2). Kelihatannya Daud tidak memiliki mental yang bersungut-sungut. Ia menjalani "profesi"nya sebagai budak dengan baik, apapun yang ia buat berhasil, sehingga dalam posisi ekor sekalipun ia bisa menjadi kepala. Mengapa bisa demikian? Sebab Tuhan menyertai Yusuf. Ini bagian pertama.
Post a Comment