Ayat bacaan: Habakuk 2:4
=====================
"Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya."
Kemana orang biasanya menggantungkan hidup? Kebanyakan orang akan memilih untuk meletakkan seluruh hidupnya bertumpu pada kelimpahan finansial. Kemakmuran dengan harta banyak dipercaya bisa menjamin hidup yang berbahagia. Tanyakan kepada mereka, bukankah segala sesuatu di dunia ini membutuhkan uang? Dan itulah memang yang terus diajarkan oleh dunia. Ada yang hidup dengan mengandalkan jabatan, status, koneksi, menilai bahwa hidup yang berhasil adalah hidup yang melimpah harta dan memegang jabatan mentereng. Itulah yang membuat mereka merasa benar-benar 'hidup', itulah yang menjadi dasar hidup mereka. Semakin lama semakin jarang ada orang yang bisa hidup tanpa mengejar semua itu dan meletakkan pondasi kehidupan mereka kepada keyakinan atau kepercayaan mereka kepada Tuhan.
Buktinya mudah. Ada berapa banyak orang yang bisa tetap bertahan untuk percaya tanpa kehilangan pengharapan saat jawaban atas doa tidak kunjung datang? Sebagian besar akan kecewa dan menuduh Tuhan yang bukan-bukan. Kalau ternyata pil pahit yang harus diterima, maka kepahitan pun segera dirasakan. Kita hanya mau menerima yang baik tapi marah kalau harus menerima yang buruk. Kita tidak mau melihat kebaikan apa yang akan datang nanti menurut rencana Tuhan lewat masalah yang tengah diijinkan masuk ke dalam diri kita. Itu kalau kita memang sudah benar-benar hidup sesuai kebenaran. Malah banyak orang yang marah menghujat Tuhan atas penderitaan yang tengah menimpanya, padahal jangan-jangan itu akibat dari kesalahan mereka sendiri. Dengan apa kita hidup hari ini? Apakah kita hidup oleh harta, kekuasaan, sanjungan atau oleh iman?
Hari ini saya ingin mengangkat sedikit kisah mengenai Habakuk. Habakuk adalah seorang nabi yang hidup di jaman yang sangat berat, penuh dengan krisis moral yang sudah sangat keterlaluan. Pada saat itu Habakuk meratap melihat bangsa Yehuda tengah berada dalam bahaya. Habakuk menyadari bahwa penyebabnya adalah akibat ketidaksetiaan. (Habakuk 1:2-4). Lebih lanjut, dikatakan bahwa bangsa Yehuda tengah menghadapi ancaman serius dari orang Kasdim (bangsa Babel) yang terkenal kejam dan ganas. Orang-orang Kasdim siap untuk membantai mereka. (ay 6-11).
Situasinya mengerikan. Dan Habakuk secara terbuka mengaku tidak mengerti mengapa Allah yang Mahakudus bisa berdiam diri melihat orang-orang fasik menghancurkan umatNya. "Bukankah Engkau, ya TUHAN, dari dahulu Allahku, Yang Mahakudus? Tidak akan mati kami. Ya TUHAN, telah Kautetapkan dia untuk menghukumkan; ya Gunung Batu, telah Kautentukan dia untuk menyiksa. Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman. Mengapa Engkau memandangi orang-orang yang berbuat khianat itu dan Engkau berdiam diri, apabila orang fasik menelan orang yang lebih benar dari dia?" (ay 12-13). Habakuk mempertanyakan dimana kiranya keadilan Tuhan yang seolah berdiam diri membiarkan saja semua bahaya yang sedang menanti momen untuk menelan bangsa Yehuda hidup-hidup.
Bukankah kita juga sering mempertanyakan hal yang sama, terutama di saat kita tengah berada dalam kondisi buruk? Habakuk secara terbuka menyatakan hal tersebut. Tidak mengerti, itu satu hal. Memang kemampuan kita terbatas untuk bisa menyelami rencana Tuhan secara utuh. Tetapi jangan biarkan hal itu berlanjut kepada ketidakpercayaan kita kepada Tuhan dan kemudian menolakNya. Habakuk ternyata cepat menyadari itu. Kita segera mendapatinya berkata: "Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya." (2:4).
Dalam versi Bahasa Inggrisnya kira-kira bunyinya seperti ini: The soul of the proud is not straight or right within him, but the rigidly just and the unomprosingly righteous man shall live by his faith and his faithfulness. Jiwa dari orang-orang yang menyombongkan diri tidak lurus di dalam dirinya, tetapi orang-orang yang benar tanpa kompromi akan hidup oleh iman dan kesetiaannya. Itulah yang akhirnya menjadi kesimpulan dari Habakuk. Iman yang bisa percaya penuh, iman yang tidak tergoyahkan dan tetap setia tanpa memandang apapun yang terjadi, itulah yang seharusnya menjadi dasar penggerak sebuah kehidupan. Bukan iman yang mudah diombang-ambingkan oleh berbagai hal duniawi dan bermacam pengajaran sesat. Bukan pula iman yang mudah tergoncang oleh masalah-masalah dalam hidup, apalagi yang sebenarnya tidak berat-berat amat.
(bersambung)
RenunganHarianOnline.com adalah Renungan Harian Kristen untuk waktu Saat Teduh
Home »Unlabelled » Iman Radikal Habakuk (1)
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Search
Berlangganan (Subscribe)
Menu
Kategori Artikel
Quick News
Hai! kami kembali lagi untuk memberkati para RHO-ers
Renungan Harian Online kini dapat diakses melalui domain berikut: www.RenunganHarianOnline.com
Renungan Harian Online kini dapat diakses melalui domain berikut: www.RenunganHarianOnline.com
Tentang RHO
Renungan di Blog ini dibuat oleh Tim Renungan Harian Online sendiri Copyrighted @ 2007-2022. Saudara boleh membagikan link
blog ini agar dapat menjadi berkat bagi teman-teman saudara, atau me-link-nya di situs/blog saudara:
atau dapat juga menggunakan banner dibawah ini:
Tuhan Memberkati!
Popular Posts
- Jebakan Hutang
- Mengusahakan Kesejahteraan Kota
- Kerjasama dalam Satu Kesatuan
- Kebersamaan Dalam Kasih Yang Menguatkan
- Perempuan Samaria di Sumur
- Hidup yang Berbahgia dan Berhasil
- Tahun Baru, Rahmat Baru, Harapan Baru
- Bersiap Menjelang Natal
- Bangkit dan Menjadi Terang
- Manusia Berencana Tuhan Menentukan
Pendistribusian
RHO hanya memberikan ijin untuk mendistribusikan pada media online (blog, milist, dll) tanpa menghilangkan link source, jika didistribusikan pada media offline, seperti warta jemaat, harus mencantumkan link source-nya. Kami tidak mengijinkan pendistribusian yg bersifat komersil.
No comments :
Post a Comment