Monday, August 13, 2012

Petualang

Ayat bacaan: Yoel 2:13
==================
"Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya."

Hari ini saya bertemu dengan seorang petualang yang terus berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Ia tidak menetap dimanapun dan akan terus mengembara berkeliling Indonesia. Ia bercerita bahwa sebagai pengembara ia seringkali bertemu dengan kesulitan. Ia berkali-kali bertemu orang jahat, pernah dirampok, pernah pula harus berhadapan dengan binatang buas. Untuk meminimisasi kemungkinan-kemungkinan buruk itu ia pun harus berhati-hati benar dalam mengambil jalan. Ia menghindari jalan malam hari, itu salah satu langkah yang ia ambil. selain itu ia pun berkata bahwa ia harus peka dan segera berbalik arah apabila jalan yang ia lalui terasa semakin meragukan. Saya mengambil waktu sejenak setelah berbincang-bincang dengannya dan berpikir, betapa kita pun dalam banyak hal sebenarnya sedang bertualang atau mengembara di muka bumi ini. Life is indeed a journey. Kita terus berjalan dalam menempuh perjalanan kehidupan. Begitu banyak percabangan jalan yang kita temui sepanjang perjalanan. There are so many twists, turns and options. Didalamnya terdapat begitu banyak godaan, dan apabila kita salah mengambil jalan, kita pun bisa tersesat. Jika sudah tersesat akibatnya bisa fatal. Kita bisa-bisa gagal mencapai tujuan kita. Benar, sebagai manusia yang terbatas, adalah wajar jika pada suatu waktu kita akan salah melangkah. Namun yang penting adalah bertindak seperti sang pengembara yang baik. Ketika kita mengambil belokan yang salah dan menyimpang, cepatlah sadar dan bergegaslah untuk berbalik dan menemukan kembali jalan yang sebenarnya.

Jika kita membuka kitab Yoel, disana kita akan menemukan bagaimana mengerikannya hukuman Tuhan yang jatuh atas bangsa Yehuda. Disana kita melihat serbuan belalang yang menakutkan (Yoel 1:4), dimana serbuan belalang itu menimbulkan kerusakan sangat parah pada pertanian dan perekonomian mereka. (ay 7-12). Tidak ada lagi gandum, anggur dan minyak pun tidak ada lagi, sehingga mereka tidak lagi bisa mempersembahkan korban curahan. (ay 9-13). Apa yang kemudian dilakukan Yoel dalam menyikapi hal ini? Yoel menyampaikan seruan Allah pada mereka yang telah meninggalkanNya dan berdoa bagi semuanya. (ay 19). Yoel meminta bangsa Yehuda untuk meratap (ay 8,13), berkabung (ay 13) dan  puasa (ay 14). Yoel menyerukan agar bangsa Yehuda yang sudah terlanjur tersesat untuk segera berbalik kembali pada Tuhan dengan hati yang koyak, seperti yang tertulis pada ayat bacaan hari ini: "Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya." (Yoel 2:13). Sebuah pertobatan dengan hati terkoyak kemudian mengembalikan belas kasih Tuhan pada umatNya. Yoel 2:18-27 berbicara mengenai janji Tuhan yang luar biasa pada bangsa yang bertobat. Pemulihan luar biasa atas pertanian yang penuh kelimpahan, curah hujan yang cukup, kehormatan, semua akan mereka peroleh begitu mereka bertobat dengan sungguh-sungguh. Tuhan kita adalah Tuhan yang penuh kasih, adil, setia dan selalu siap untuk mengampuni siapapun yang datang kepadanya dengan hati hancur untuk bertobat, meninggalkan kesesatan mereka dan kembali pada jalan yang benar, kembali kepada Tuhan.

Ketika kita mendapati diri kita ada ditengah situasi sulit, dimana kita terkepung dalam masalah ekonomi, kesulitan hidup, kecelakaan bahkan bencana, lewat kitab Yoel, kita bisa belajar sesuatu. Periksalah cara hidup, tingkah laku dan perbuatan. Apakah kita sudah berjalan bersama Tuhan, mentaati dan memprioritaskanNya dalam perjalanan hidup kita? Sudahkah kita mendengarkan Tuhan dengan serius karena kita sungguh mengasihiNya, atau kita tanpa sadar sudah begitu jauh menyimpang dari jalanNya? Terkadang himpitan masalah hidup yang menimpa kita itu bukannya membuat kita sadar, tapi malah menyalahkanNya. Rentang jarak pemisah untuk datangnya pertolongan Tuhan bisa timbul sebagai akibat dari jarak antara perbuatan kita yang penuh dosa dengan perbuatan Tuhan yang penuh berkat. Alangkah baiknya sebelum menyalahkan siapa-siapa, kita terlebih dahulu melihat kembali dimana kita ada saat ini. Tidak pernah ada kata terlambat untuk bertobat. Bahkan dalam keadaan sangat hancur seperti bangsa Yehuda diatas sekalipun, belumlah terlambat untuk bertobat karena Tuhan akan segera mengampuni dan melimpahkan berkatNya segera begitu kita berbalik kembali kepadaNya. Bertobatlah dengan hati terkoyak, hati yang hancur, yang berarti dengan segala kesungguhan meninggalkan segala perbuatan yang tidak berkenan di hadapan Allah. Dosa-dosa itu memang bisa terasa nikmat dan sayang untuk ditinggalkan, tapi jika itu ternyata menghancurkan kita, mengapa tidak meninggalkannya segera? Pertobatan sesungguhnya adalah urusan antara manusia dengan Penciptanya, bukan sebagai suatu perbuatan untuk diperlihatkan kepada orang lain. Karenanya pertobatan tuntas dengan hati yang terkoyak akan menghasilkan pengampunan Tuhan secara tuntas pula. "Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah." (Mazmur 51:19). Selama Tuhan masih memberi kesempatan hari ini, tidak ada kata terlambat untuk kembali berbalik arah menuju jalan yang dikehendaki Tuhan. Jika belum sampai seperti itu, setidaknya kita bisa terus mewaspadai diri kita agar jangan sampai salah dalam melangkah dan memilih jalan. Perhatikan baik sebelum nanti kita sendiri yang rugi jika kita sembrono dalam menentukan langkah.

Segeralah berbalik jika terlanjur salah jalan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Kacang Lupa Kulit (5)

 (sambungan) Kapok kah mereka? Ternyata tidak. Bukan sekali dua kali bangsa ini melupakan Tuhannya. Kita melihat dalam banyak kesempatan mer...