=====================
"Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!"
Apabila anda sering menanam pohon, anda tentu tahu bahwa untuk membuat pohon itu berbuah lebat itu tidak semudah yang dipikirkan. "Dibilang sulit-sulit banget tidak, tapi gampang juga tidak.." kata seorang teman pada suatu kali. Kita akan berpikir bahwa pupuk dibutuhkan agar pohon bisa berbuah lebat, tapi sesungguhnya ada banyak hal lain yang tidak kalah penting untuk diperhatikan. Misalnya? Kita harus rajin membersihkan pohon-pohon dari benalu, ilalang atau tanaman liar yang tumbuh disekitarnya. Parasit dan benalu ini akan membuat buah menjadi sedikit, tidak segar atau bahkan gagal berbuah karena zat-zat yang dibutuhkan ranting untuk menghasilkan buah habis diserap oleh benalu-benalu itu. Maka segala benalu dan parasit yang menempel pun harus segera dipotong dan dibuang sesegera mungkin.Kemudian kita juga harus memperhatikan betul kondisi dahan-dahannya, karena pohon akan sulit menghasilkan buah secara produktif apabila ada terlalu banyak tunas yang tumbuh pada setiap dahan. Maka ia memilah-milah tunas yang tumbuh disana. Apabila tunas itu ternyata tidak produktif, tunas itu harus segera Daun-daunnya pun harus rajin-rajin dipangkas agar rantingnya bisa berbuah dengan baik. Perhatikan pula kutu atau hama tanaman yang seringkali menempel di posisi-posisi tak terlihat, seperti di balik daun misalnya. Tanpa melakukan berbagai usaha ini, niscaya pohon itu akan tumbuh sia-sia tanpa buah dan lama kelamaan akan mati.Alkitab dalam beberapa kesempatan mempergunakan pohon atau tanaman ini sebagai analogi untuk menunjukkan pertumbuhan rohani kita. Yesus memberi perumpamaan Tuhan sebagai tukang kebun dan kita sebagai pohon-pohon yang ada dalam kebun itu. Secara tegas Yesus mengatakan seperti ini: "Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api." (Matius 7:18-19). Lihatlah bahwa peringatan ini sangat serius. Pohon yang tidak berbuah, atau yang buahnya jelek sajapun, pada akhirnya akan ditebang dan dibakar. Hal ini bisa membawa kita masuk ke dalam sebuah perenungan, apakah kita sudah menjadi pohon yang sehat? Sudahkah kita menghasilkan buah yang baik? Jika belum, seperti halnya pohon-pohon nyata, kita harus melalui proses pemotongan tunas-tunas yang tidak produktif, pembersihan benalu dan parasit yang menempel dalam hidup kita. Dan namanya prose pembersihan, itu bisa menyakitkan atau setidaknya terasa tidak nyaman. Tapi proses ini harus kita lalui, agar pada akhirnya kita bisa menjadi pohon yang tumbuh subur dengan menghasilkan buah lebat dan ranum.
Ada sebuah perumpamaan singkat lainnya yang menarik berasal dari Yesus. "Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya. Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma! Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya,mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!" (Lukas 13:6-9). Perumpamaan ini menggambarkan Tuhan sebagai pemilik kebun, mendapati ada umatNya yang tidak berbuah dalam jangka waktu lama. Perhatikan ada jangka waktu tertentu yang diberikan Tuhan yang membuka kesempatan bagi kita untuk berubah. Namun ketika kesempatan itu disia-siakan, pohon yang tidak berguna itu pada akhirnya akan ditebang. Pohon Ara itu hidup percuma dan hanya menghabiskan zat-zat nutrisi yang dibutuhkan tanaman anggur dalam kebun. Namun secara luar biasa, Yesus yang diumpamakan sebagai pengurus kebun meminta kesempatan sekali lagi. "aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah." (ay 8-9a). Sang "Pengurus kebun" akan mengerjakan segala sesuatu bagi pohon agar bisa berbuah dan tidak harus ditebang dan berakhir di bara api. Hidup kita yang begitu rusak oleh benalu dan tunas-tunas dosa seringkali tidak lagi dapat diperbaiki sendiri, sehingga kita membutuhkan uluran tangan Yesus untuk "mencangkul tanah dan memberi pupuk" agar bisa selamat.
Tuhan Yesus telah datang untuk menyelamatkan kita. Dalam prosesnya, terkadang ada bagian-bagian yang tidak efektif dari diri kita harus dicangkul atau dipotong dan itu bukanlah hal yang menyenangkan. Proses itu terkadang bisa membuat kita menderita. Tapi itu sungguh diperlukan agar kita selamat dari ditebang dan dilempar kedalam api. Yesus pun berseru: "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku." (Yohanes 15:4). Agar kita bisa bertumbuh dan berbuah dengan baik, kita harus tetap tinggal di dalam Kristus, dan Kristus di dalam kita, baik dalam kehidupan sehari-hari, keluarga maupun pekerjaan, hendaklah Tuhan selalu ikut serta bersama kita. Ketika ada proses-proses pemotongan tunas yang tidak produktif atau pembersihan benalu, laluilah itu dengan suka cita, karena proses itu sungguh diperlukan untuk menjadikan kita pohon yang berbuah lebat. Sebatang pohon dikenal dari buahnya. Pohon yang baik akan berbuah baik, begitu pula sebaliknya. "Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal." (Matius 12:33). Ada banyak ranting, tunas dan benalu dalam hidup kita yang harus dipotong agar kita berbuah lebat. Apakah itu kesombongan, harta, kebiasaan buruk, status, adat dan sebagainya, jika itu menghambat kita untuk berbuah, ijinkan Tuhan untuk memotongnya. Kita juga harus memperhatikan betul penyegaran roh dan jiwa kita lewat Firman Tuhan, dan rajin-rajin memupuk kedisplinan kita untuk terus taat dan berjalan dalam koridorNya. Hanya dengan demikianlah kita bisa menjadi pohon yang tumbuh subur menghasilkan buah yang banyak.
Agar bisa berbuah lebat, pohon harus dipupuk, dirawat, disegarkan dan dibersihkan
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Proses kaderisasi atau pemuridan merupakan hal yang sangat penting untuk sebuah proses yang berkesinambungan. Manusia memiliki batas usia dan juga tenaga, sehingga tidaklah mungkin apabila kita berharap siapapun dari kita bisa bertahan hidup dan mengerjakan segala sesuatu sendirian selamanya. Banyak orang yang sadar akan pentingnya kaderisasi, tetapi hanya sedikit yang mendasarkannya pada kriteria yang tepat. Kita bisa melihat partai-partai di Indonesia yang kebanyakan berisi orang-orang yang tidak tepat. Mereka lebih cenderung memilih berdasarkan popularitas yang hanya ditujukan untuk menjaring massa sebanyak-banyaknya. Soal kualitas? Itu tidak penting. Tidaklah heran apabila kita melihat kondisi politik yang carut marut di negara ini.
Ada seorang teman yang pernah mengatakan bahwa dari pengalaman-pengalamannya ternyata kesepian yang dirasanya paling berat adalah ketika ia merasa terpisah dari Tuhan. "Kalau tidak ada orang lain itu masih lumayan, tetapi ketika saya berdoa dan Tuhan seakan tidak peduli, disanalah saya merasa kesunyian yang paling sunyi." katanya. Salah satu penyebab terpisahnya orang dari Tuhan pernah disampaikan dalam kitab Yesaya yang berbunyi: "tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2). Dosa sangat potensial untuk memisahkan kita dengan Allah. Dosa bisa membuat kita tidak lagi mendengar suaraNya dan merasakan penyertaanNya. Hubungan kita menjadi hancur ketika kita tidak lagi taat padaNya, dan hadirlah sebuah kesepian yang berat, dimana kita tidak lagi merasakan kehadiranNya dalam hidup kita. Jika demikian adalah penting bagi kita untuk cepat-cepat melakukan introspeksi dan perenungan jika kita mulai tidak lagi mendengar Tuhan dalam doa-doa kita. Atau mungkin kita terlena dengan aktivitas duniawi sehingga mengabaikan waktu-waktu untuk berada bersamaNya. Kita terlena hingga melalaikan Tuhan. Bisa pula ketika kita mulai lebih menurut kepada rasa takut ketimbang mempergunakan iman kita untuk percaya penuh, kita pun mulai semakin samar mendengar suara Tuhan. Seberapa jauh kita sudah meninggalkanNya? Apakah ada hal-hal yang sudah merebut perhatian kita dari Tuhan?
Berbagai kejadian dalam hidup kita seringkali merupakan hal yang terkait dari kejadian sebelumnya dan tidak berdiri sendiri. Satu keputusan akan terus mengarah pada keputusan berikutnya sehingga baik tidaknya kehidupan yang kita jalani akan sangat berdampak pada serangkaian keputusan yang kita pilih. Jika anda melihat orang yang menyusun sederetan panjang kartu domino dalam jarak yang cukup rapat dan alur yang teratur, anda akan melihat bagaimana domino-domino tersebut akan jatuh berurutan sampai habis ketika domino paling ujung dijatuhkan. Seperti itu pula jalannya kehidupan. Jika kita mengambil satu keputusan yang salah, maka keputusan salah berikutnya akan hadir sebagai akibat dari keputusan awal kita, demikian seterusnya sehingga bagai kartu domino, kita bisa hancur berantakan. Dan sebaliknya, satu keputusan benar biasanya akan cenderung melahirkan keputusan-keputusan benar lainnya. One thing leads to another, saling terkait satu sama lain.
Jika anda termasuk orang yang aktif di dunia maya, anda tentu tahu bahwa tidak akan pernah ada jaminan 100% aman disana. Virus, spam, spyware dan berbagai hal lainnya bisa setiap saat mengancam keamanan komputer kita. Kita bisa meminimisasinya dengan menggunakan antivirus yang baik, tetapi itupun tidak menjamin keamanan sepenuhnya. Jika anda menggunakan flashdisk dan sering menggunakannya di komputer yang berbeda, maka tingkat kerawanannya pun akan semakin besar. Jika itu kita refleksikan ke dalam kehidupan di dunia ini, adakah sesuatu yang bisa ditawarkan dunia ini untuk menjamin kita 100% aman? Rasanya tidak ada. Kita bisa saja mengasuransikan segala hal dari kita, memasang barikade berlapis-lapis di sekeliling rumah, membangun tembok super tebal yang sangat tinggi, menyewa banyak penjaga, memasang CCTV disetiap sisi, namun tetap saja kita akhirnya akan sadar bahwa semua itu tidaklah sanggup menjamin keselamatan atau keamanan kita sepenuhnya. Dimana anda merasa paling aman menyimpan uang? Bank mungkin pilihan yang paling masuk akal, tetapi itupun tidak serta merta menjamin keamanannya. Kita bisa saja menjaga kondisi tubuh sebaik mungkin, tetapi yang namanya sakit kapan saja tetap bisa menimpa kita. Kita hanya bisa mengurangi kemungkinan, tetapi tidak ada satupun yang bisa ditawarkan dunia untuk menjamin keamanan, kesehatan, kekuatan dan sebagainya secara pasti, apalagi memberi jaminan keselamatan untuk kehidupan kekal. Seberapa besarpun kita berusaha, pada suatu ketika kita akan sampai pada kesimpulan bahwa hanya Tuhanlah yang sanggup menyediakan semua itu.
Bunga matahari adalah bunga yang cukup unik. Soal keindahannya jelas tidak perlu dipungkiri, karena warnanya yang kuning cerah dan bentuknya yang menyerupai matahari memang terlihat berbeda jika dibandingkan bunga-bunga lainnya. Selain bentuk fisiknya yang mirip matahari, ia pun selalu tumbuh mengikuti arah cahaya matahari. Hanya saja umurnya tergolong singkat, sekitar 6 bulanan saja. Begitu tidak menghasilkan bunga lagi, maka pohonnya pun akan segera mati, karena secantik apapun bentuknya, bunga matahari hanya bisa berbunga satu kali saja. Saya menanam dua bunga matahari di halaman. Biji-biji dari bunga yang tua itu jatuh ke tanah dan membentuk tunas-tunas baru, tetapi kelak tunas-tunas baru ini pun akan mati sama seperti dua bunga awal yang saya beli. Indah, namun singkat. Kemarin berbunga, besok mati. Hidup kita pun sesungguhnya terbilang singkat, dan Alkitab setidaknya dua kali menggambarkan singkatnya hidup kita seperti singkatnya umur bunga.
Ketika hendak membeli rumah tiga tahun yang lalu saya sempat berkeliling mengumpulkan brosur-brosur perumahan. Sebagian besar diantaranya berisi denah yang menggambarkan kamar-kamar beserta isinya. Ada ruang tamu, dapur, kamar tidur, kamar mandi, dan yang lebih mahal akan memiliki taman, garasi atau bahkan ruang keluarga yang dibedakan dari ruang tamu, disamping jumlah kamar tidur dan kamar mandi yang lebih banyak dibanding rumah sederhana. Masing-masing ruangan ini akan memiliki perabotannya masing-masing. Kamar tidur tentu akan dilengkapi kasur, lemari baju dan meja rias, sedang dapur akan berisi kompor, tempat menyuci piring, kulkas, oven dan sebagainya. Kamar mandi punya perabotannya sendiri, ruang tamu pun demikian. Bisakah anda membayangkan apabila rumah tidak memiliki sekat sama sekali dan semuanya diletakkan pada satu tempat? Disana tidur, disana juga mandi, makan dan sebagainya. Tentu sangat aneh bukan? Tidak kalah anehnya apabila meski bersekat-sekat, sebuah rumah diisi oleh ruangan yang sama. Semuanya kamar mandi, semuanya dapur, dan sebagainya, atau rumah hanya berisi kursi semua, atau kasur semua. Itu pun tentu akan sangat aneh kalau ada. Tidak akan ada rumah yang demikian, namun hidup kita pun akan sama anehnya apabila hanya diisi dengan satu hal saja, tanpa mempertimbangkan hal lainnya. Bekerja saja tanpa beristirahat, hanya beristirahat tanpa melakukan apa-apa, atau bahkan berdoa saja tapi tidak berbuat sesuatu. Hidup kita bisa berubah menjadi aneh, seaneh rumah yang hanya diisi dengan satu jenis perabot saja.
Saya membawahi beberapa anggota yang sebenarnya punya kemampuan sangat baik, tetapi seringkali mereka tidak maksimal dengan alasan mood. "Maaf, mood saya sedang jelek, mas.." atau "maaf, waktu itu saya sedang tidak mood..." itu sangat sering saya dengar dipakai sebagai excuse atas hasil kerja yang tidak maksimal tersebut. Karena itulah setiap saya mengajar, saya selalu mengajak siswa-siswi saya untuk tidak bergantung dengan mood dalam melakukan yang terbaik. Saya sendiri butuh proses bertahun-tahun untuk bisa mengatasi mood yang terkadang bisa sangat mengganggu. Dengan usaha yang giat, saya akhirnya mampu mengatasi hal yang saya anggap sebagai salah satu kendala terbesar penghalang kesuksesan ini. Bayangkan jika saya tunduk terhadap mood, bagaimana saya bisa terus menulis renungan setiap hari selama bertahun-tahun? Seperti anda dan orang-orang lainnya, saya pun terkadang berada dalam situasi tidak mood untuk menulis karena kelelahan, tidak fit dan sebagainya. Tetapi ketika saya terus fokus dalam menjalani tugas-tugas saya, inspirasi mengalir juga dengan sendirinya. Mood bisa naik turun, itu lumrah, tetapi alangkah sayangnya apabila kita membiarkan mood yang naik turun ini dalam bekerja. Ada banyak orang yang saya kenal punya potensi besar, tetapi apa yang menjadi kendala adalah betapa seringnya mood menghalangi mereka untuk mengeluarkan yang terbaik dari diri mereka. Mereka berpikir bahwa mereka tidak bisa melakukan apa-apa dalam mengatasi mood yang tidak stabil ini, tetapi sesungguhnya kita bisa menundukkan atau bahkan menciptakan mood untuk memberi hasil yang terbaik dari segala sesuatu yang kita kerjakan.
Mungkin mudah bagi kita untuk mengucap syukur ketika keadaan sedang baik-baik saja, tetapi alangkah sulitnya melakukan itu ketika kita tengah berada dalam kesesakan. Yang lebih disayangkan lagi, ada banyak orang pula yang lupa untuk mengucap syukur ketika sedang dalam keadaan baik karena terlena dalam segala kenyamanan atau kenikmatan hidup. Sebuah ucapan syukur sesungguhnya merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan Kekristenan bukan cuma untuk menunjukkan kita sebagai pribadi yang menghargai segala yang sudah diberikan Tuhan dalam hidup ini, tetapi juga karena ada kuasa dibalik sebuah ucapan syukur. Sedikit melanjutkan renungan kemarin mengenai pentingnya memiliki hati yang gembira dalam bekerja, hari ini mari kita fokus kepada bagaimana besarnya kuasa dibalik ucapan syukur.
Tidak bekerja salah, sudah bekerja pun salah juga. Ini menjadi sikap begitu banyak orang. Ada saja yang dikeluhkan, mulai dari rendahnya jabatan, rendahnya gaji, berat-ringannya pekerjaan, jarak dari rumah, jam bekerja yang terlalu pagi atau malah sering lembur dan lain-lain. Tampaknya manusia semakin sulit saja untuk bersyukur atas apa yang ada pada mereka hari ini. Mereka lebih suka melihat apa yang tidak ada dan kemudian mengeluhkannya ketimbang mensyukuri dan memanfaatkan dengan baik apa yang ada pada mereka hari ini. Di sisi lain, ada seorang pekerja bangunan yang sering melintas di depan rumah saya yang selalu tersenyum ramah baik ketika hendak pergi kerja maupun pulang. Setiap saya bertemu dengannya ia selalu gembira. Anaknya yang masih balita sering menyambutnya di tengah jalan dan itu sering terjadi tepat di depan rumah saya. Berapa sih upah pekerja bangunan? Ia bercerita bahwa ia hanya memperoleh sekitar 50 ribu per hari setelah mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kasar yang menuntut tenaga dan stamina luar biasa. Capai? Tentu saja. Sebandingkah upah yang ia peroleh dibandingkan tenaga yang ia kerjakan? Mungkin kita bisa berkata tidak. Tapi semua itu ternyata tidak menghalangi hatinya untuk tetap bergembira. Oleh karena itu selalu menyenangkan untuk ngobrol dengannya setidaknya sebentar, karena suasana hatinya yang positif itu ternyata bisa menular dan membuat saya ikut merasakan sebuah sukacita pula.
Hari ini saya ingat ketika saya mulai belajar berenang di masa kecil dahulu. Ada beberapa teman pada waktu itu yang sama-sama les berenang tapi mereka takut masuk ke dalam kolam. Semua orang ingin sukses, tapi hanya sedikit yang berani melangkah. Butuh waktu buat sang pelatih agar mereka berani menjejakkan kaki ke kolam yang agak dalam. Mereka takut tenggelam, karena kaki mereka tidak bisa menjejak dasar kolam. Dan jika demikian, bagaimana mungkin mereka bisa berhasil dalam belajar berenang? Jika ilustrasi ini kita aplikasikan dalam kehidupan kita, ada banyak orang yang juga bersikap demikian. Mereka ingin sukses tapi takut melangkah. Bagaimana bisa sukses kalau kita tidak mulai melakukan sesuatu? Lucunya, mereka menggantungkan semua itu pada takdir, yang ujung-ujungnya menyalahkan Tuhan. Padahal merekalah yang tidak berani melangkah. Mereka mengira bahwa keberhasilan itu bagai durian yang jatuh dari langit. Tuhan memang bisa melakukan itu, tapi itu tidak akan membawa kebaikan bagi kita karena akan menjadikan kita pribadi-pribadi yang malas dan manja. Dalam begitu banyak kesempatan kita bisa melihat bahwa Tuhan lebih suka memberkati kita lewat usaha yang kita lakukan ketimbang memberikan segalanya secara instan. Artinya, kita harus berani mengambil langkah yang tentu saja harus diselaraskan dengan keinginan Tuhan atas diri kita atau panggilan kita masing-masing. Dan disanalah berkat Tuhan akan tercurah dan membuat segala yang anda kerjakan berhasil.
"Ah sayang saya tidak kreatif... saya bukan seniman." kata seorang teman dengan ringan ketika ia diminta untuk ikut membantu dekorasi ruangan. Mungkin benar bahwa kreativitas orang berbeda-beda. Ada yang dikaruniai bakat seni yang tinggi disertai kreativitas tinggi pula, ada yang tidak. Tapi itu bukan berarti bahwa ada orang yang sama sekali tidak memiliki kreativitas dalam dirinya. Salah satu tugas saya sebagai pengajar desain adalah menemukan dan mengembangkan kreativitas dari anak-anak didik saya. Satu hal yang selalu saya dapati sebagai kesimpulan pada tiap angkatan adalah bahwa semua manusia memiliki kreativitasnya sendiri. Dari satu tugas yang sama hasilnya bisa berbeda-beda, dan semuanya tetap menarik untuk dilihat. Jika kita perhatikan dalam Alkitab, Tuhan yang Maha kreatif sesungguhnya menuntut kita untuk menjadi orang-orang yang kreatif pula. Kita tidak dianjurkan untuk mempergunakan alasan tidak kreatif sebagai celah untuk tidak melakukan apa-apa. Dengan otak, nalar, ketrampilan, kemampuan dan berbagai talenta khusus yang sudah disediakan Tuhan kepada kita, sudah seharusnya kita bisa berpikir kreatif dalam melakukan sesuatu. Tuhan adalah sosok yang sangat kreatif, dan manusia dikatakan diciptakan menurut gambar dan rupaNya. Maka itu artinyakreatifitas sejatinya merupakan bagian dari manusia.
Bagi teman-teman yang pernah merasakan patah hati tentu tahu betapa sakit rasanya. Saya bertemu dengan banyak orang yang mengalami hal ini dan sulit sembuh untuk waktu yang cukup lama. Saya sendiri pernah mengalaminya sehingga tahu bagaimana rasanya. Tidak gampang untuk menghadapi kenyataan berakhirnya sebuah hubungan cinta yang mungkin sudah terjalin sekian lama. Ada banyak kenangan indah di masa lalu yang akhirnya harus berakhir. Ada banyak harapan dan impian yang terpaksa harus kandas di tengah jalan. Jika putus baik-baik saja sudah sakit, apalagi jika sebuah hubungan itu berakhir dengan tidak baik. Rasa patah hati akan ditambah pula dengan rasa sakit hati pun mungkin bisa menetap di dalam diri kita, menorehkan luka hingga waktu yang lama. Tidak jarang pula hal ini membuat harga diri yang mengalaminya terhempas hancur dalam sekejap mata. Luka-luka yang timbul dari patah hati akibat putusnya hubungan cinta memang sangat menyiksa dan tidak akan mudah dilupakan. Beberapa dari yang saya kenal kemudian sulit untuk memulai hubungan lagi dan hidup diliputi kesedihan dan kekecewaan bertahun-tahun, bahkan ada yang sampaia puluhan tahun. Ada yang memilih lari kepada obat-obatan untuk mengurangi keperihan akibat lukanya. Ada pula yang tidak tahan lagi terhadap rasa sakit dan memilih untuk mengakhiri hidupnya. Jika anda sedang mengalami patah hati hari ini, jangan bertindak gegabah dengan melakukan sesuatu yang nantinya akan anda sesali. Renungan hari ini mudah-mudahan bisa menguatkan anda.
66 tahun sudah bangsa ini merdeka. Itu waktu yang sebenarnya sudah lebih dari cukup bagi bangsa kita untuk bisa menapak tinggi dalam keadaan stabil dan maju, apalagi bangsa ini dikenal sebagai bangsa yang punya potensi sumber daya alam yang luar biasa dengan jumlah jiwa yang mencapai ratusan juta jiwa. Tapi kenyataannya jauh dari itu. Sampai saat ini bangsa ini masih dikuasai oleh orang-orang yang hanya mencari keuntungan pribadi atau kelompok. Mereka tega menghancurkan negara ini demi kepentingan sesaat tanpa peduli sedikitpun mengenai masa depan generasi-generasi muda kita. Segala potensi bangsa digadaikan, saling sikut menyikut, kelompok-kelompok ekstrim dibiarkan merajalela, ketidak tegasan, tebang pilih, ketidakadilan, oknum aparat penegak hukum yang mencari setoran bersaing dengan preman, korupsi, penipuan dan sebagainya terus membuat bangsa ini semakin terpuruk. Kemiskinan, keamanan, kestabilan, semua masih merupakan masalah yang sepertinya tidak kunjung bisa kita nikmati. Saya mengambil waktu sejenak khusus buat bangsa kita yang tercinta ini dan berdoa untuknya. Biar bagaimanapun kita mencintai tanah air kita bukan? Apa yang bisa dilakukan oleh orang percaya demi bangsa sesungguhnya banyak. Sayangnya banyak pula dari kita yang memilih untuk berpangku tangan dan merasa bahwa itu bukan bagian kita. Benarkah demikian? Tentu tidak. Kita bisa melakukan banyak hal, dan seperti itulah sebenarnya tugas kita, orang-orang percaya. Kita tidak diminta untuk berkumpul secara eksklusif dibalik tembok-tembok gereja dan melupakan dunia luar, tetapi kita harus membawa nilai-nilai Kerajaan Allah untuk menyentuh orang-orang diluar tembok sana. Dan tentu saja, kita harus berdoa secara sungguh-sungguh dan secara khusus serta terus menerus bagi bangsa ini.
Sejauh mana kesatuan suara dalam keluarga anda saat ini? Faktanya kebanyakan keluarga secara unit masih terlihat satu namun di dalamnya sangatlah keropos. Masing-masing berjalan sendiri-sendiri, masing-masing punya keinginan sendiri, sehingga sangatlah sulit untuk mencapai satu suara dalam memutuskan segala sesuatu. Saya menyadari bahwa masing-masing orang punya kepribadian atau sifat yang berbeda-beda, sehingga keputusan pun memang bisa berbeda dari satu kepala ke kepala lainnya. Ada juga yang otoriter dan harus selalu menang sendiri, itupun bisa mendatangkan masalah karena pihak lainnya akan menentang dan mengambil jalan yang berbeda. Jika sudah begini, situasipun makin tidak kondusif. Ada begitu banyak keluarga yang isinya sudah tidak lagi searah, apalagi satu suara dalam memutuskan sesuatu. Bagi saya pribadi, mencari kesepakatan dalam memutuskan sesuatu terutama yang penting merupakan hal yang mutlak dalam membina rumah tangga. Benar, seperti anda juga, ada kalanya itu sulit dilakukan. Tapi biar bagaimanapun saya akan selalu mengajak istri saya untuk berbicara dan kemudian mengambil langkah yang sama-sama kita sepakati. Kalaupun kita belum bertemu dengan yang namanya kesepakatan, kita akan berdoa bersama untuk mendengar apa kata Tuhan.