Wednesday, February 8, 2012

Menyesal

webmaster | 11:00:00 PM |
Ayat bacaan: Amsal 3:21
=====================
"Hai anakku, janganlah pertimbangan dan kebijaksanaan itu menjauh dari matamu, peliharalah itu,"

menyesalBeberapa tahun yang lalu saya pernah melakukan dua investasi tanpa disertai pemikiran yang matang. Saya terburu-buru mengambil keputusan karena tergiur dengan apa yang dijanjikan. Akibatnya saya pun mengalami kerugian yang tidak sedikit, mencapai sekian juta rupiah. Menyesal? Sudah pasti. Seringkali kita gegabah dalam bertindak atau memutuskan sesuatu hanya karena emosi atau tergiur akan sesuatu. Apa yang saya alami masih mendingan jika dibandingkan banyak penyesalan lainnya yang jauh lebih fatal. Saya pernah menonton sebuah acara yang menyorot kehidupan seorang narapidana wanita yang tengah menunggu eksekusi mati akibat melakukan pembunuhan. Bukan hanya dia, tetapi anaknya pun juga mendapat vonis yang sama, dan itu karena permintaannya kepada si anak untuk membantunya membunuh. Bisa dibayangkan bagaimana perasaannya. Ia mengaku sangat menyesal dan berharap seandainya ada pengampunan setidaknya bagi anaknya atau malah bisa kembali memundurkan waktu untuk merubah perbuatannya. We can never turn back time. Setiap keputusan yang kita ambil punya konsekuensi masing-masing yang harus kita terima. Jika tidak dipertimbangkan secara bijaksana terlebih dahulu, berbagai penyesalan bisa datang, dan biasanya penyesalan itu datang terlambat.

Dalam perjalanan hidup kita selama ini, mungkin ada banyak hal yang kita sesali yang dulu pernah kita lakukan. Mulai dari sesuatu yang sederhana sampai sesuatu yang bisa jadi cukup fatal hingga mempengaruhi diri kita hari ini, atau bahkan turut mengenai orang lain. Ada banyak orang terus terperangkap di bawah bayang-bayang masa lalu mereka dan tidak kunjung bisa maju menatap hari depannya. Nasi sudah menjadi bubur kata pepatah. Bubur tidak bisa diolah lagi menjadi nasi, menggambarkan sesuatu yang sudah terlanjur terjadi dan tidak akan pernah bisa diulang kembali. Penyesalan selalu datang terlambat. Bukankah ini menjadi bagian hidup semua orang? Menyesal tidak belajar dengan baik sehingga gagal dalam ujian, menyesal mengucapkan kata-kata buruk sehingga melukai orang, menyesal sudah meninggalkan pekerjaan, menyesal atas pengambilan keputusan-keputusan yang keliru, menyesal telah melakukan kejahatan mulai dari yang ringan sampai yang fatal dan lain sebagainya.

Bersyukurlah bila kita masih diberi kesempatan untuk bertobat hari ini sehingga kita tidak perlu menyesal kehilangan anugerah keselamatan seperti misalnya yang dialami oleh orang kaya dalam kisah Lazarus. (Lukas 16:19-31). Bersyukurlah jika kita masih diberi waktu untuk berubah sebelum semuanya keburu diambil dari kita. Tapi ingatlah bahwa kita tidak bisa mengulang masa lalu. Penyesalan tetaplah penyesalan.Seringkali kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menanggung konsekuensi sebagai akibat dari kesalahan itu. Konsekuensi mau tidak mau tetap harus kita hadapi meski Tuhan sudah mengampuni kita. Seandainya Daud masih hidup hari ini, tanyakanlah hal ini kepadanya, maka saya yakin ia pasti akan bercerita panjang lebar mengenai hal ini.

Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan agar kita berhenti melakukan hal-hal yang akan mendatangkan penyesalan di kemudian hari? Ayat bacaan hari ini memberikan kunci agar kita terhindar darinya, "Hai anakku, janganlah pertimbangan dan kebijaksanaan itu menjauh dari matamu, peliharalah itu" (Amsal 3:21). Ayat ini sungguh penting dalam mencegah kita terjatuh ke dalam keputusan-keputusan hidup yang bisa mengarah kepada penyesalan. Pertimbangan dan kebijaksanaan, keduanya harus senantiasa menjadi fokus bagi kita dalam mengambil keputusan apapun, baik yang sederhana apalagi yang penting. Jangan terburu-buru, jangan asal-asalan, jangan sembrono, jangan gegabah, tetapi pikirkanlah semua dengan matang terlebih dahulu dengan pertimbangan dan kebijaksanaan. Berdoalah dan mintalah hikmat dari Tuhan untuk memampukan kita mengambil jalan-jalan yang benar dalam pengambilan keputusan. Bisakah kita meminta hikmat kepada Tuhan? Tentu saja bisa. "Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya." (Yakobus 1:5). Salomo menggambarkan bagaimana indahnya apabila kita melakukan ini dalam hidup kita. "maka itu akan menjadi kehidupan bagi jiwamu, dan perhiasan bagi lehermu. Maka engkau akan berjalan di jalanmu dengan aman, dan kakimu tidak akan terantuk. Jikalau engkau berbaring, engkau tidak akan terkejut, tetapi engkau akan berbaring dan tidur nyenyak.Janganlah takut kepada kekejutan yang tiba-tiba, atau kepada kebinasaan orang fasik, bila itu datang." (ay 22-25). Dengan kata lain Salomo berkata, apabila kita mempergunakan pertimbangan dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan, maka hidup kita akan terpelihara secara indah dan menyenangkan, kita akan berjalan dengan aman tanpa harus tersandung, kita akan terbebas dari rasa cemas dan bisa tidur nyenyak dan kita tidak perlu takut akan bencana yang bisa menyerang tiba-tiba. Mempergunakan hikmat untuk pertimbangan dan kebijaksanaan artinya mengijinkan Tuhan sendiri untuk menjaga kita agar tidak terperosok dalam jebakan. "Karena Tuhanlah yang akan menjadi sandaranmu, dan akan menghindarkan kakimu dari jerat." (ay 26).

Apabila ada kesalahan-kesalahan yang sempat terjadi di waktu lalu dimana konsekuensinya masih kita rasakan hingga hari ini, jangan biarkan hal tersebut membuat kita terbelenggu untuk maju. Sesungguhnya Tuhan sudah memberikan sebuah hidup baru yang bisa kita isi dengan lebih baik dari sebelumnya. Paulus merupakan contoh yang baik untuk itu. Dia bukanlah orang yang baik sebelum bertobat. Masa lalunya kelam, penuh kekejaman layaknya teroris. Tetapi setelah bertobat ia tahu bahwa harus melupakan masa lalunya dan memandang ke depan. Dia berkata: "Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." (Filipi 3:13-14). Satu hal yang pasti, pertobatan kita akan membukakan pengampunan dari Tuhan. Tuhan sendiri berkata: "Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu." (Yesaya 43:25). Apapun dosa yang pernah kita lakukan di masa lalu, percayalah bahwa Tuhan sudah mengampuni semua itu ketika kita melakukan pertobatan menyeluruh dan sungguh-sungguh. Pakailah semua itu sebagai pembelajaran agar kita bisa lebih baik lagi kedepannya. Konsekuensi mungkin masih harus kita tanggung, tetapi jangan biarkan hal itu merintangi kita untuk meraih mahkota kehidupan dan keselamatan yang telah dianugerahkan Tuhan bagi kita. Hari ini marilah memakai pertimbangan dan kebijaksanaan dengan sebaik-baiknya sebelum memutuskan sesuatu sehingga kita tidak perlu terjatuh dalam penyesalan tak berujung di kemudian hari.

Setiap keputusan punya konsekuensi, maka pertimbangkanlah dengan matang dan bijaksanalah dalam mengambil keputusan

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

1 comment :

Robin Solala said...

Terima Kasih buat renungan hari ini, sungguh sangat menguatkan saya.
Tuhan Memberkati kita semua.. :)

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker