Tuesday, February 7, 2012

Perampas Sukacita (2)

 (bersambung)

Satu hal lagi yang juga pantas menjadi perhatian kita adalah membereskan segala kesalahan dan masalah kita di masa lalu. Ini sangatlah penting, karena sesungguhnya hidup dengan hati yang tertuduh pun bisa merampas sukacita dari diri kita. Lihatlah ayat berikut ini: "Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah" (1 Yohanes 3:21). Seringkali perasaan tertuduh dan bersalah membuat kita ragu untuk mendekati Tuhan, dan akibatnya kita tidak lagi merasakan sebentuk sukacita yang berasal dariNya. Iblis sangat senang memperdaya kita dengan terus menuduh kita atas segala kesalahan di masa lalu. Bisa begitu intensnya tuduhan itu hingga kita lupa bahwa Tuhan sebenarnya sudah mengampuni kita ketika kita bertobat.

Yesus sudah mengingatkan kita: "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10). Jika kita membereskan semua kesalahan kita, mengakuinya di hadapan Tuhan dan membereskan dengan orang-orang yang berkaitan dengan itu, memberikan pengampunan bagi mereka yang pernah menyakiti kita, kita pun akan terbebas dari perasaan tertuduh itu. Iblis tidak akan bisa mendakwa apa-apa lagi dari kita, ia tidak akan bisa lagi memperdaya kita.. Kita bisa membangun kembali hubungan kita dengan Tuhan, dan dengan demikian sukacita daripadaNya akan kembali mengalir ke dalam diri kita.

Siapapun orangnya, pada suatu kali bisa saja mengesalkan kita. Situasi sulit bisa kapan saja menimpa diri kita. Semua orang punya kelemahan masing-masing, baik dari sifat, perilaku, kebiasaan dan lainnya. Tapi tidakkah mereka juga punya kelebihan sendiri-sendiri? Mungkin suami anda bukanlah orang yang rapi, tapi dia setia dan begitu menyayangi anda. Mungkin dia mendengkur, tapi itu karena ia mati-matian membanting tulang demi memenuhi kebutuhan anda. Mungkin istri anda pada suatu ketika terlambat bangun dan menyiapkan sarapan, tapi tidakkah anda bahagia ketika melihat senyumannya menyambut anda pulang kerja? Mungkin dia punya sifat cuek dan kurang romantis, tapi bayangkan hidup tanpa dirinya. In the end we have to realize that nobody's perfect. They make mistakes, so do we.

Jangan dasarkan sukacita kita kepada orang atau situasi terkini yang kita hadapi, tetapi dasarkanlah kepada Tuhan. Itulah sumber sukacita yang sebenarnya, yang sejati. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersukacita, karena semua itu berasal dari Tuhan dan itu letaknya sangat jauh di atas segala permasalahan atau orang-orang yang mengecewakan kita. Begitu banyak orang yang keliru meletakkan sukacitanya hingga Firman Tuhan pun mengingatkan hingga berulang dalam ayat yang sama. "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4). Lalu dalam kesempatan lain: "Bersukacitalah senantiasa." (1 Tesalonika 5:16). Percayalah bahwa kita punya Tuhan yang jauh lebih besar dari semua masalah, yang telah memberikan kita sukacita sejati terlepas dari apapun keadaan kita hari ini dan siapapun yang kita hadapi saat ini. Oleh karenanya, jangan biarkan sukacita kita dirampas. Let's set our mind towards the real joy from the real source. "Bersukacitalah senantiasa.Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:16-18). Apakah anda siap untuk menerima kembali sukacita dalam diri anda? Dasarkanlah pada sumber yang benar. Are you ready? Let's rejoice!

Sukacita sejati itu berasal dari Tuhan dan bukan dari orang lain atau situasi terkini yang kita alami


Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Kacang Lupa Kulit (5)

 (sambungan) Kapok kah mereka? Ternyata tidak. Bukan sekali dua kali bangsa ini melupakan Tuhannya. Kita melihat dalam banyak kesempatan mer...