Sunday, February 26, 2012

Puji-Pujian bagi Tuhan

Ayat bacaan: Ayub 35:10
===================
"tetapi orang tidak bertanya: Di mana Allah, yang membuat aku, dan yang memberi nyanyian pujian di waktu malam"

pujianMusik adalah sebuah bagian dari seni yang tidak pernah statis. Musik selalu berkembang, dinamis dan sangat progresif. Setiap saat ada jenis musik baru yang akan selalu menghibur diri kita. Lagu baru terus hadir setiap hari. Saya tidak bisa membayangkan seandainya Tuhan tidak menciptakan musik sama sekali. Memang manusia yang bermain musik, menyanyi dan terus mengembangkan musik secara progresif, tetapi bukankah semua itu pun Tuhan yang menyediakan sebagai sebuah anugerah tersendiri yang luar biasa indahnya? Musik sudah menjadi bagian hidup saya sejak lahir, dan musik tidak pernah gagal menghibur hati saya. Musik bagi saya punya makna yang sangat besar, saya yakin teman-teman pun beranggapan demikian. Tetapi ingatlah bahwa nyanyian bukan hanya untuk menghibur kita saja, tetapi akan sangat baik jika dipakai pula sebagai sarana pujian dan penyembahan untuk Tuhan.

Betapa seringnya kita hanya fokus kepada permasalahan yang terjadi ketimbang menyadari kasih setia Tuhan yang senantiasa menyertai kita. Hidup tidaklah mudah. Terkadang dalam perjalanan hidup kita akan bertemu dengan saat-saat dimana kita merasa bahwa hidup ini tidaklah selalu berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan. Ada saat senang, ada pula saat susah, bahkan terkadang kita harus berjalan dalam kegelapan. Tetapi ingatlah bahwa di saat seperti itupun kita tetap berjalan dengan penyertaan Tuhan, tidak akan pernah sendiri. Firman Tuhan berkata "Sekalipun aku berjalan dalam lembah  kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4).

Kemarin saya sudah menulis mengenai kuasa di balik puji-pujian, bagaimana puji-pujian mampu mendahului kemenangan bagi Yosafat dan bangsa Yehuda dalam menghadapi serangan pasukan besar dari berbagai penjuru. Hari ini saya pun memiliki masalah-masalah sendiri untuk diselesaikan, belum lagi tumpukan pekerjaan yang tidak habis-habisnya. Puji Tuhan Dia telah menciptakan musik dan telah memberkati saya dengan suara. Sambil menulis renungan ini saya menyanyi kecil, dan nyata benar Tuhan memberikan kekuatan agar saya bisa menyelesaikan tugas demi tugas dan masalah satu persatu dan yang pasti Tuhan pun memberikan rasa sukacita disamping kelegaan dan kekuatan yang hadir lewat puji-pujian yang saya panjatkan untuk Tuhan.

Lewat kitab Ayub kita bisa melihat betapa seringnya manusia hanya memandang kepada masalah dan melupakan Tuhan. "Orang menjerit oleh karena banyaknya penindasan, berteriak minta tolong oleh karena kekerasan orang-orang yang berkuasa" kata Ayub (Ayub 35:9), "tetapi orang tidak bertanya: Di mana Allah, yang membuat aku, dan yang memberi nyanyian pujian di waktu malam.." (ay 10).  Ya, mengapa kita hanya berteriak dalam kesesakan tetapi lupa untuk memuji penyertaan Tuhan yang setia, yang tidak pernah meninggalkan dan membiarkan kita sendirian? Pemazmur tahu betul akan hal itu, ia berkata "TUHAN memerintahkan kasih setia-Nya pada siang hari, dan pada malam hari aku menyanyikan nyanyian, suatu doa kepada Allah kehidupanku." (Mazmur 42:9). Sepanjang kita melakukan berbagai aktivitas di siang hari Tuhan dengan setia terus bersama kita, tidakkah indah apabila pada malam hari sebelum kita beristirahat kita pun memanjatkan nyanyian-nyanyian pujian dan penyembahan  kepadaNya?

Ada kuasa dalam puji-pujian. Selain lewat kisah Yosafat kemarin, lihatlah contoh lain tentang bagaimana tembok Yerikho runtuh di hari ke tujuh setelah dikelilingi berhari-hari. Apa yang membuat tembok itu runtuh pada akhirnya? Selain memang Allah sendiri yang telah menjanjikan, "Berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: "Ketahuilah, Aku serahkan ke tanganmu Yerikho ini beserta rajanya dan pahlawan-pahlawannya yang gagah perkasa." (Yosua 6:2), tapi lihatlah bahwa pujian dan sorak sorai bagi Tuhan membuat tembok itu akhirnya runtuh. "Lalu bersoraklah bangsa itu, sedang sangkakala ditiup; segera sesudah bangsa itu mendengar bunyi sangkakala, bersoraklah mereka dengan sorak yang nyaring. Maka runtuhlah tembok itu, lalu mereka memanjat masuk ke dalam kota, masing-masing langsung ke depan, dan merebut kota itu." (ay 20). Dalam kisah lainnya, kita tahu bagaimana Gideon dengan prajurit berjumlah hanya 300 orang mampu menaklukkan musuh tak terhitung banyaknya, seperti belalang dan pasir di tepi laut, lewat puji-pujian dan gemuruh suara sangkakala seperti yang bisa kita baca dalam Hakim Hakim 7. Lalu ingatkah anda apa yang terjadi ketika Paulus dan Silas yang tengah terpasung di dalam penjara? Mereka memutuskan untuk tidak meratapi diri melainkan berdoa dan memanjatkan puji-pujian kepada Tuhan. "Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka." (Kisah Para Rasul 16:25). Dan yang terjadi selanjutnya adalah seperti ini. Alkitab mencatat hadirnya gempa menyelamatkan mereka (ay 26). Bukan itu saja, tetapi keputusan mereka pun membawa pertobatan orang lain. (ay 30-33). Lihatlah bagaimana besarnya kuasa di balik puji-pujian, dan itu semua bisa terjadi karena ada Tuhan yang bertahta/bersemayam di atas puji-pujian. (Mazmur 22:4).

Setelah lelah bekerja sepanjang hari, atau kecapaian menghadapi segudang masalah, masihkah kita menyadari bahwa Tuhan sebenarnya tidak pernah absen menyertai kita? Sudahkah kita memuji Dia malam ini? Ingatlah bahwa ada kuasa di balik puji-pujian. Bukan saja kita memuliakan dan menyenangkan hati Tuhan lewat puji-pujian tulus dari hati kita, tetapi kita pun akan diberi kelegaan, kekuatan, semangat dan sukacita baru untuk terus melangkah melewati hari demi hari yang sulit, bahkan kemenangan yang ajaib pun bisa hadir lewat puji-pujian itu. Malam ini marilah kita panjatkan pujian dan penyembahan dengan sepenuh hati kepadaNya.

Pujilah Tuhan dan jangan lupakan kasih setiaNya

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments:

Kacang Lupa Kulit (5)

 (sambungan) Kapok kah mereka? Ternyata tidak. Bukan sekali dua kali bangsa ini melupakan Tuhannya. Kita melihat dalam banyak kesempatan mer...