Ayat bacaan: Yohanes 13:34
======================
"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi."
Adakah pasangan yang persis sama seratus persen? Rasanya tidak. Bahkan orang yang kembar sekalipun akan memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri, baik dari wajah, postur maupun perilaku. Paling jauh kita bisa menemukan kemiripan, tapi tidak akan pernah bisa seratus persen persis sama. Seringkali putusnya sebuah hubungan baik pernikahan maupun persahabatan disebabkan karena salah satu atau keduanya tidak lagi bisa/mau mengerti satu sama lain. Mereka mengira bahwa perbedaan-perbedaan itulah yang membuat jurang menganga antara kedua belah pihak, padahal sesungguhnya kitalah yang tengah menggali lubang itu sendiri karena tidak bisa menghargai sebuah perbedaan. Ada kalanya memang perbedaan itu bisa membuat situasi menjadi sangat sulit, tetapi itu bukan berarti tidak ada jalan penyelesaian yang bisa diambil. Saya dan istri saya punya begitu banyak perbedaan. Saya orangnya tidak teratur dan suka membuat ruangan berantakan, sementara dia suka rumah yang teratur. Ada kalanya saya merasa kesal karena ia lebih memilih untuk menegur saya ketimbang mengambil inisiatif untuk membereskan saja, tetapi saya kemudian menyadari bahwa apa yang ia lakukan itu sesungguhnya baik. Apakah meja kerja saya sekarang sudah rapi? Baju-baju tidak berantakan lagi? Jujurnya belum, tetapi saya berusaha untuk terus mengingatkan diri saya untuk itu. Setidaknya saya merasa ada kemajuan, dan setidaknya saya berproses menuju kesana. Seringkali ego atau self-pride menghalangi kita untuk mau mengerti, memahami atau bahkan mengalah. Padahal kalau kita mau sedikit saja mempertimbangkannya, bisa jadi kita akan mengakui bahwa itu ada baiknya buat kita sendiri juga. Saya pun teringat ketika kami menikah, pendetanya memberi sebuah kotbah yang sangat penting mengenai bahasa kasih.
Bahasa kasih, apakah itu? Bahasa kasih adalah sebuah titik yang jika tepat kena maka orang yang menerimanya akan merasa benar-benar dikasihi dan dihargai, dan itu berbeda bagi setiap orang. Kerap kita lebih cenderung menganggap bahwa bahasa kasih kita sama dengan orang lain, dan karenanya kita pun memperlakukan mereka sesuai cara kita sendiri. Kita tidak mau mencari tahu apa sebenarnya bahasa kasih dari pasangan kita, dan masalah pun akan muncul cepat atau lambat ketika bahasa kasih pasangan kita tidak kita ketahui atau tidak kita pedulikan. Seringkali kita menganggap bahwa apa yang kita sukai pastilah disukai juga oleh pasangan kita, anak kita, keluarga, teman-teman atau orang lain. Ada banyak ayah yang beranggapan bahwa jika mereka mampu mencukupi kebutuhan materi dari anak-anak atau istrinya, ia sudah menjalankan fungsi sebagai ayah teladan. Padahal mungkin justru anak dan istrinya jauh lebih membutuhkan perhatian dan kehadirannya ketimbang kelimpahan materi. Selama saya mengajar dan berinteraksi dengan banyak orang sepanjang hidup saya, saya sampai pada satu kesimpulan: manusia diciptakan Tuhan berbeda-beda. Baik dari sifat, tingkah laku, hobi, kegemaran, dan sebagainya. Artinya, apa yang saya suka, belum tentu orang lain suka. Apa yang terbaik bagi saya, belum tentu terbaik bagi orang lain. Bahasa kasih saya berbeda dengan bahasa kasih istri saya, berbeda pula dengan bahasa kasih saudara, orang tua dan teman-teman saya.
Lihat apa yang diperintahkan Yesus berikut: "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34). Kemudian di kesempatan lain: "Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu." (Yohanes 15:12) dan "Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain." (Yohanes 15:17). Perintah Yesus adalah untuk mengasihi orang lain seperti Tuhan Yesus sendiri telah mengasihi kita. Bagaimana Yesus mengasihi kita? Tuhan Yesus mengasihi dalam sebuah bentuk kasih yang sangat luar biasa besarnya. Dia bahkan sampai rela mengorbankan diriNya untuk mati di atas kayu salib supaya kita tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Mengasihi sesama seperti bagaimana Yesus mengasihi kita akan membuat kita harus mulai memikirkan untuk mengasihi orang lain bukan lagi menurut kemauan kita, tetapi menurut mereka, sesuai dengan apa yang mereka butuhkan/inginkan, dan kemudian berusaha untuk memberikan tepat seperti itu. nya.
Kembali kepada bahasa kasih, sangatlah dibutuhkan sebuah pengertian mendalam mengenai bahasa kasih seseorang agar kita bisa menjangkau hati mereka. Dengan mengetahui bahasa kasih mereka, kita pun bisa memberikan sesuatu yang akan sangat bermakna buat mereka dan akan membuat mereka benar-benar merasa kita sayangi. Dari kotbah pendeta pada saat saya menikah, setidaknya ada 5 hal yang biasanya menjadi bahasa kasih bagi orang, yaitu:
1. Kata-kata pujian
Orang dengan tipe bahasa kasih yang satu ini biasanya akan bahagia atau merasa dikasihi jika mereka mendapatkan kata-kata positif, seperti dukungan, pujian, pengakuan dan lain-lain. Mereka suka mendengar kasih diapresiasikan lewat kata-kata yang indah. Jika mereka mendapatkan sebaliknya, seperti cacian, kata kasar, melecehkan dan sebagainya, akan menjadi sesuatu yang sangat menyakitkan, dan perihnya bisa lebih dari orang-orang yang memiliki bahasa kasih yang lain.
2. Kebersamaan
Jenis ini akan merasa dikasihi jika orang yang mereka sayangi mau meluangkan waktu untuk mendengarkan mereka, berbincang-bincang dari hati ke hati, jalan-jalan dan sebagainya. Mereka akan sangat senang jika pasangannya mau mendengar apa yang ingin disampaikan, atau mau membagi waktu untuk berada bersama dengan mereka.
3. Hadiah
Tipe seperti ini akan sangat senang jika mendapat pemberian, meski yang paling sederhana atau murah sekalipun. Setangkai bunga atau sebungkus cokelat bisa menjadi sesuatu yang sangat berkesan bagi mereka.
4. Bantuan
Orang dengan tipe bahasa kasih seperti ini akan sangat bahagia jika orang yang mereka sayangi mau meluangkan waktu untuk membantu mereka, meski sedang sangat sibuk. Itu akan sangat berarti bagi mereka lebih dari hal lainnya.
5. Sentuhan
Tapping on the shoulder, atau bagi suami-istri atau orang tua pada anak: pelukan, ciuman atau gandengan tangan, itulah yang bermakna sangat besar dan terasa sangat indah bagi pemilik tipe seperti ini.
Beda orang, beda bahasa kasih. Di hari kasih sayang ini saya mengajak teman-teman untuk merenungkan sejenak: sudahkah anda mengetahui bahasa kasih dari pasangan anda, anak-anak anda, orang tua dan teman anda? Dalam menggenapkan perintah Kristus untuk mengasihi orang seperti halnya Dia mengasihi kita, kita harus tahu apa yang paling mereka butuhkan. Itu sama seperti Yesus yang mengetahui betul apa yang paling kita butuhkan. Dalam pelayananNya di dunia Yesus berulangkali menunjukkan hal itu, dalam karya penebusanNya pun itu jelas tergambar, karena semua manusia tentu menyadari keinginan untuk selamat setelah fase dunia ini selesai. Meskipun segala sesuatu yang kita berikan dengan tujuan baik didasari kasih yang tulus adalah baik, ada kalanya curahan kasih kita tidak akan maksimal jika kita salah dalam memberi karena tidak mengetahui bahasa kasih mereka. Tanpa mengetahui bahasa kasih dari orang yang kita sayangi, kita bisa jadi dianggap gagal dalam menyatakan kasih kita pada mereka. Itu bisa berujung pada pertengkaran. Kita merasa pemberian kita tidak dihargai, disisi lain mereka merasa tidak diperhatikan atau dimengerti. Jika Yesus mengasihi kita dengan memberikan yang terbaik buat kita, karena Dia tahu betul apa yang kita butuhkan, ini saatnya kita memberikan yang terbaik pula buat orang-orang yang kita kasihi, dengan mengenal terlebih dahulu apa yang paling mereka butuhkan sesuai dengan bahasa kasih mereka. Mari kenali bahasa kasih masing-masing, dan nyatakanlah kasih dengan maksimal, dan buatlah hari kasih sayang ini menjadi momen terindah bagi orang-orang yang kita kasihi. Happy Valentine, God bless you all.
Kenali bahasa kasih dari orang-orang yang kita sayangi dan berikanlah kasih yang tepat sasaran
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kacang Lupa Kulit (5)
(sambungan) Kapok kah mereka? Ternyata tidak. Bukan sekali dua kali bangsa ini melupakan Tuhannya. Kita melihat dalam banyak kesempatan mer...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment