Sunday, September 1, 2013

Iman dan Perbuatan

webmaster | 10:00:00 PM |
Ayat bacaan: Yakobus 2:22
====================
"Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna."

Seorang polisi yang tengah bertugas di hari Minggu pagi menghentikan sebuah mobil yang menerobos lampu merah. Mobil ini mengebut dengan kecepatan tinggi dan hampir saja menabrak beberapa kendaraan dari arah berbeda yang sedang mempergunakan haknya melintas di saat lampu sedang hijau. Sambil meminta surat-surat kendaraan dan surat ijin mengemudi, pak polisi bertanya kepada pengendara mengapa ia begitu sembrono mengendarai mobilnya dan melanggar peraturan. Dengan santai pengemudi berkata, "maaf pak, tapi saya sudah telat ke gereja." Mari renungkan ilustrasi sederhana ini dan pikirkan baik-baik. Telat ke gereja itu tidak baik. Tapi apakah itu berarti kita boleh seenaknya melanggar peraturan, bahkan bisa mengancam nyawa orang lain dan diri sendiri atas alasan itu? Apakah iman hanya sebatas tidak terlambat ke gereja, hanya diucapkan dengan kata-kata "ya, saya orang beriman", tapi sama sekali tidak tercermin lewat perilaku, cara dan gaya hidup kita? Seperti apa iman seharusnya? Adakah bentuk-bentuk yang bisa merepresentasikan tingkat keimanan seseorang tanpa harus disebutkan kepada orang lain?

Akan hal ini, mari kita mengacu kepada surat Yakobus. Surat Yakobus ditujukan kepada semua orang percaya secara umum tanpa memandang latar belakang atau jemaat mana. Pada ayat pertama, dalam versi Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) terlihat bahwa surat ini disertai salam kepada semuanya yang tersebar di seluruh dunia. Yakobus berupaya menerangkan pentingnya iman dan hubungannya dengan perbuatan. Itu artinya, hubungan antara iman dan perbuatan adalah sesuatu yang penting untuk diketahui oleh semua orang percaya, bukan ditujukan hanya untuk jemaat tertentu.

Sekarang kita menuju pada pasal 2 ayat 14 sampai 26. Yakobus memulainya dengan bertanya: "Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?" (ay 14). Can such faith, which isn't reflected through any good works, save one's soul? Ayat ini memberikan sebuah perenungan sekaligus peringatan lewat kalimat yang sederhana. Yakobus lalu memberi contoh sederhana tentang reaksi ketika saudara/saudari kita memerlukan pakaian dan kekurangan makanan, adakah gunanya kita mengucapkan "selamat memakai pakaian dan selamat makan" tapi tidak membantu kebutuhan mereka? (ay 15-16). Itu tentu tidak ada gunanya sama sekali.

Jadi jelaslah bahwa iman haruslah disertai lewat perbuatan. Yakobus menyatakan hal ini dengan kalimat: "Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna." (ay 22). Faith should cooperate with work, and would be complete or reach it's supreme expression when it's implemented by good works. Jadi iman harus bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan baik yang keluar dari kita, dan oleh itulah iman kita menjadi sempurna.
Tanpa perbuatan, iman dikatakan oleh Yakobus sebagai kosong ("Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?"-ay 20) atau bahkan mati ("..Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati."-ay 17). Benar, kita diselamatkan oleh iman dan bukan karena perbuatan, tetapi iman kita seharusnya secara otomatis menggerakkan kita untuk melakukan banyak perbuatan baik yang memberkati orang lain. Ketika kita mengakui beriman kepada Allah, sikap dan perbuatan kita akan menjadi cermin apakah itu memang ada atau tidak, karena biar bagaimanapun iman yang baik akan menghasilkan buah-buah yang baik pula.

Jadi mari kita pikir dimana kita berada hari ini.
- Apakah kita mengaku beriman kepada Kristus tetapi selalu bertengkar dengan istri, anak bahkan tetangga dan lingkungan sekitar kita?
- Apakah kita mengaku beriman tetapi berat bahkan tidak mau menolong orang yang sedang ditimpa kesusahan meski kita sanggup untuk itu?
- Apakah kita mengaku beriman tetapi masih mudah cemas, khawatir, takut atau panik ketika menghadapi masalah? Ditambah lagi dengan melakukan hal-hal yang menyakiti hati Tuhan lewat berbagai alternatif yang ditawarkan dunia?
- Apakah kita masih suka mempertontonkan kerajinan kita berdoa kepada orang lain tetapi perbuatan kita menunjukkan hal-hal buruk?
- Apakah kita mengaku beriman tetapi masih mudah tersinggung lalu membenci dan mencari jalan membalas dendam ketika dikecewakan seseorang?
- Apakah kita mengaku beriman tetapi masih suka iri hati dan gemar menyombongkan diri?

Ini hanya beberapa contoh yang mungkin bisa kita jadikan perenungan. Intinya, iman bukanlah hal yang abstrak karena kita bisa melihat dan mengukurnya dari perbuatan. Ketika iman berfungsi baik, seharusnya kita mengalami perubahan dengan mulai melakukan perbuatan-perbuatan baik yang bukan saja menjadi indikator iman dalam diri kita tetapi juga menyempurnakan iman tersebut. Pada hakekatnya, orang benar itu hidup oleh iman, dan iman itu akan terlihat dari buah-buah yang dihasilkan dalam hidupnya.

Iman berhubungan erat dengan perbuatan, dan lewat perbuatan-perbuatan baik itulah iman kita menjadi sempurna

Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho

No comments :

Search

Bagi Berkat?

Jika anda terbeban untuk turut memberkati pengunjung RHO, anda bisa mengirimkan renungan ataupun kesaksian yang tentunya berasal dari pengalaman anda sendiri, silahkan kirim email ke: rho_blog[at]yahoo[dot]com

Bahan yang dikirim akan diseleksi oleh tim RHO dan yang terpilih akan dimuat. Tuhan Yesus memberkati.

Renungan Archive

Jesus Followers

Stats

eXTReMe Tracker