====================
"Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada Tuhan."
Satu hal yang saya suka ketika bangun pagi adalah kicauan burung. Burung-burung berkicau riang bagai penyanyi yang bersukacita menyambut datangnya hari yang baru. Pagi terasa sangat indah dengan hadirnya suara burung-burung ini. Begitu merdu, hingga sukacita mereka mampu membawa perasaan bahagia dan damai dalam hati. Pagi ini saya bangun cepat karena saya punya jadwal mengajar pagi, dan saya mengambil waktu sejenak untuk menikmati udara pagi yang segar, menatap cerahnya hari baru diiringi suara kicauan burung-burung dan mengucap syukur kepada Tuhan atas keindahan hari di pagi ini. Jika kita tanyakan mengapa dan untuk apa sebenarnya burung bernyanyi kepada ahli biologi maka mereka akan menjawab: karena mereka bisa dan harus. Secara naluri burung bernyanyi guna menarik perhatian pasangannya dan untuk mempertahankan teritori mereka. Tapi lebih dari fungsi burung bernyanyi ini, apa yang kita dengar adalah lebih dari itu. Bagi saya pribadi ini mengingatkan saya betapa alam ini diciptakan Tuhan secara luar biasa indahnya dan penuh dengan nyanyian.Organ yang membuat burung bernyanyi itu bernama syrinx, dan bukan larynx seperti yang dimiliki manusia. Syrinx terletak lebih dalam di dalam tubuh burung jika dibandingkan larynx pada manusia. Syrinx menurut para ahli biologi adalah kotak suara burung yang menimbulkan suara kicauan merdu seperti nyanyian ini. Meski secara ilmiah demikian, masih banyak hal yang tidak bisa kita ketahui dengan pasti mengapa suara yang keluar bisa sedemikian merdu. Sebagai orang awam, apabila pertanyaan mengapa burung bernyanyi ditanyakan pada saya, saya akan menjawab bahwa itu adalah anugrah Tuhan yang sangat indah. Tuhan menaruh lagu dalam hati mereka, membuat mereka berkicau riang atau bernyanyi lagu yang terdengar indah di telinga kita.
Jika Tuhan menaruh lagu di dalam hati burung, hal yang sama sebenarnya juga diberikan Tuhan pada kita dan itu bisa kita baca dalam kitab Mazmur. "Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada Tuhan." (Mazmur 40:3). Lihatlah dengan jelas Alkitab mengatakan bahwa Tuhan sendiri yang memberi inspirasi pada kita, meletakkan nyanyian baru dalam mulut kita untuk kembali dipakai memujiNya. Sama seperti kita yang menyukai lagu, Tuhan pun demikian. God loves music. Bagi saya musik adalah salah satu anugerahNya yang terindah, karena saya tidak bisa membayangkan bagaimana suram dan keringnya hidup jika tidak ada musik atau lagu di dalamnya. Dan lihat pula bahwa lewat lagu kita bisa membawa orang untuk mengenalNya, bertobat dan percaya kepadaNya. Sampai hari ini hal tersebut masih kerap terjadi. Begitu banyaknya orang yang dijamah Tuhan lewat lagu-lagu pujian atau penyembahan, bahkan lagu-lagu biasa yang inspiratif. Semua itu berasal dari Tuhan, dan hendaknya itu kita pakai kembali untuk memuliakan Tuhan.
Begitu banyak ciptaan Tuhan yang kita nikmati setiap saat, begitu banyak karyaNya yang sangat indah, sehingga sudah selayaknya kita memberikan pujian kepada Tuhan, dan salah satunya adalah lewat nyanyian penuh sukacita. Kitab Mazmur berbicara banyak tentang keindahan ciptaan Tuhan dan semua berkatNya, perlindunganNya dan kasihNya bagi kita, dan berkali-kali pula dalam kitab Mazmur kita mendapatkan ajakan untuk bernyanyi memanjatkan syukur bagi Tuhan. "Aku hendak menyanyi bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada." (Mazmur 104:33) Ajakan untuk memuji segala perbuatan ajaib Tuhan lewat nyanyian baru pun berkumandang di banyak ayat pada Mazmur. "Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus." (Mazmur 98:1). Lalu Pemazmur pun berseru: "Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!" Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan: "Make a joyful noise to the Lord, all the earth; break forth and sing for joy, yes, sing praises!" (Mazmur 98:4). Sing praises, nyanyikan puji-pujian bagiNya. Itu jauh lebih baik ketimbang kita hanya mengisi mulut kita dengan keluh kesah, umpatan atau hal-hal negatif lainnya. Selain itu bisa meneguhkan semangat kita dan membuat kita penuh sukacita, itupun akan besar artinya bagi Tuhan.
Kicauan merdu burung yang saya dengar hari ini menjadi peringatan bagi saya bahwa sebenarnya kita pun telah dianugrahkan oleh Tuhan suara dengan nyanyian-nyanyian yang bisa kita pakai untuk memuliakan Tuhan.Kita bisa berterimakasih atas semua berkatNya dalam hidup kita lewat puji-pujian yang indah. Allah kita adalah Allah yang luar biasa dan sangat mengasihi kita. Dia layak untuk itu! "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan" (Wahyu 4:11). Mendengar burung-burung yang bernyanyi riang di pagi hari, mari kita pun melakukan hal yang sama. Beri persembahkan pujian-pujian yang terbaik lewat nyanyian yang penuh sukacita. Teruslah bernyanyi dan muliakan Tuhan lewat itu.
Let's sing for joy at the work of His hands
Follow us on twitter: http://twitter.com/dailyrho
Sejak kapan ikat pinggang ada di dunia? Usut punya usut, ternyata setidaknya 5000 tahun yang lalu ikat pinggang sudah tercatat dalam sejarah dunia. Pada waktu itu ikat pinggang digunakan sebagai tempat menggantung peralatan dan dipakai oleh para buruh pria. Belakangan ikat pinggang pun bertambah fungsinya sebagai pengetat celana agar tidak melorot. Sejak abad pertengahan ikat pinggang mulai menjadi trend bagi kaum pria, dan sekitar abad ke 19 ikat pinggang ini mulai menyusup masuk ke dalam aksesoris wanita. Ikat pinggang belakangan punya fungsi lain seperti penyeimbang dan pemberi aksen dalam berpakaian, bahkan dipakai untuk menurunkan atau menaikkan garis tubuh kita sehingga kita bisa berpenampilan lebih baik. Hari ini ikat pinggang merupakan salah satu produk penting bagi kedua gender baik pria maupun wanita, dan fungsinya pun semakin banyak. Ikat pinggang bahkan sudah memiliki trend-trendnya sendiri, sehingga jika mau up-to-date dalam berbusana, maka kita pun harus terus mengikuti setiap perubahan trend dari ikat pinggang ini.
Hari ini saya ingin melanjutkan apa yang kita baca kemarin mengenai reaksi awal Natanael dalam perjumpaan pertamanya dengan Yesus. Reaksi skeptis spontan ketika mendengar tentang seseorang yang datang dari Nazareth, sebuah kota yang menurut Natanael "tidak ada baiknya" timbul sebelum ia mengenal Kristus lebih jauh. Baru saja Filipus mengatakan bahwa Sosok yang dinubuatkan banyak nabi sudah ia temukan (Yohanes 1:45), Natanael yang belum pernah bertemu apalagi mengenal Yesus sebelumnya langsung menunjukkan sikap ketidakpercayaannya. "Kata Natanael kepadanya: "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" (ay 46). Hal ini masih terjadi hingga hari ini. Sikap Natanael ini sesungguhnya masih banyak terdapat hari ini. Ada banyak pandangan miring tentang Yesus yang juga menunjukkan ketidakpercayaan. Tidak sedikit yang mengejek, menghina bahkan menghujat Yesus. Berbagai ajang diskusi seperti lewat forum-forum misalnya sudah melenceng jauh lebih dari sekedar diskusi, tapi menjadi tempat menghujat dengan menggunakan kata-kata yang jauh dari kesopanan. Yang saya sayangkan, ada banyak sorang percaya yang malah ikut-ikutan berkata kasar bahkan tidak jarang malah menjadi sumber awal penyulut pertengkaran. Perlukah anak-anak Tuhan menanggapi dengan ikut bersitegang? Perlukah kita emosi dan membalas dengan kembali mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas? Atau, adakah gunanya kita membela Tuhan lewat sikap yang tidak mencerminkan kesabaran dan kasih seperti itu? Apa yang menjadi lanjutan dari ayat bacaan kemarin: "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" ternyata singkat saja. Filipus tidak menggerutu atau menyerang, tapi ia mengundang Natanael untuk menyaksikan secara langsung terlebih dahulu sebelum terburu-buru menilai. Inilah jawaban Filipus pada Natanael: "Mari dan lihatlah! (Come and see!)"
Ada beberapa kota besar di Indonesia yang punya sejarah cukup baik dalam menghasilkan musisi-musisi jazz hebat. Geliat jazz di kota-kota ini memang cukup besar sejak dahulu. Sebut saja Jakarta, Surabaya atau Bandung, ada segudang artis besar yang memulai karirnya dari sana. Tapi jika anda berpikir bahwa cuma kota-kota ini yang mampu menetaskan bakat-bakat hebat tersebut, nanti dulu. Sekarang ada banyak diantara mereka yang justru berasal dari kota-kota kecil yang secara umum tidak punya kaitan historis dengan jazz misalnya dari Kalimantan, Belitung, Medan atau bahkan Aceh. Ada sebuah kelompok berisi anak-anak muda yang sedang giat merintis karirnya yang ternyata berasal dari Palembang. Mereka bisa bermain apik, tidak kalah dari para musisi yang lahir, tumbuh dan menjalani karirnya di kota metropolitan. Ketika saya bercerita kepada salah seorang teman mengenai hal ini, ia langsung menanggapi seperti ini: "ah salah 'kali.. mana mungkin ada artis yang datang dari kota itu?" Ia terlalu terburu-buru menilai sesuatu. Jika kota itu relatif kecil dibandingkan kota-kota besar di Indonesia, maka pikirannya akan menganggap bahwa tidak akan mungkin sesuatu yang baik keluar dari sana. Padahal mengapa tidak? Apakah bakat-bakat luar biasa harus selalu hadir dari kota modern yang sudah maju saja? Dari pedesaan, pinggiran kota atau dusun pun mungkin saja lahir seorang musisi berbakat, dan itu bahkan sudah berulang kali terbukti. Begitu cepatnya teman saya itu menarik kesimpulan dan menganggap remeh kota yang dia anggap jauh dari hingar bingar musik.
Memakai atribut keagamaan tetapi mempertontonkan perilaku yang jauh dari terpuji menjadi tontonan yang mudah kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Berlaku kasar, menunjukkan sikap penuh kebencian dan kekerasan tanpa segan bahkan tidak jarang pula sambil menyebut-nyebut nama Tuhan. Mutlaknya keputusan mereka bahkan melebihi wewenang Tuhan sendiri, seolah mereka ini maha tahu dan maha berhak untuk memutuskan apapun. Sikap seperti ini sudah biasa kita lihat lewat berbagai media atau bahkan secara langsung di jalanan. Tapi adalah salah apabila kita mengira bahwa itu cuma terjadi di luar sana. Orang-orang percaya pun banyak yang menunjukkan sikap bertolak belakang dalam berbagai rupa. Hari Minggu pagi berlaku seolah sangat rohani dan suci, pintar mengutip firman Tuhan, bibir penuh berkat ketika bersalaman dengan orang lain, tetapi begitu ibadah selesai, sikap itu pun kemudian berakhir. Majikan kembali memperlakukan pembantu tanpa kasih, di kantor pimpinan berlaku semena-mena terhadap bawahan, atau kembali menjalankan bisnis penuh dengan cara-cara kotor dan sebagainya. Seorang teman menjadi malas beribadah karena melihat langsung perilaku-perilaku tidak terpuji ini di kantornya setiap hari. "Mereka selalu berdoa pagi di kantor, tapi setelah itu kembali melakukan bisnis yang tidak jujur." katanya sambil tersenyum sinis. Yang mengejutkan, ia berkata bahwa sebagian dari para pimpinan di kantornya ini adalah hamba-hamba Tuhan yang setiap minggu melayani di gerejanya. "Kalau sudah seperti itu, buat apa saya ke gereja? Toh orang-orang munafik ini yang ada di sana." katanya lagi. Orang-orang yang bersikap munafik bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain dan menghambat orang untuk melihat pribadi Kristus secara benar. Istilah orang munafik ini pun dipakai Kristus untuk mengacu kepada orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang menunjukkan perilaku sama.
Gesekan bisa dan mungkin biasa terjadi dimanapun kita berada. Bertemu dengan orang yang sama setiap harinya, bisa saja ada saat-saat dimana sesuatu yang tidak disengaja baik perbuatan maupun perkataan dari rekan menyinggung perasaan kita. Dari kita sendiri pun hal itu mungkin terjadi. Bukan saja di kantor/tempat kerja, di tempat kita tengah menimba ilmu, atau di lingkungan tetangga saja, tetapi dalam pelayanan pun hal ini mungkin terjadi. Hamba-hamba Tuhan pun adalah manusia biasa yang tidak luput dari kekhilafan. Gesekan jika tidak diselesaikan dengan cepat bisa menimbulkan perselisihan atau sakit hati yang berkepanjangan, dan kalau dibiarkan bisa membuat benih dendam mulai tumbuh dalam hati. Ada seorang teman yang melayani sebagai anggota tim musik berselisih dengan salah seorang rekannya yang lebih senior. Begitu besar rasa tersinggungnya sehingga ia memutuskan untuk keluar dari pelayanan, bahkan kemudian pindah Gereja. Lihatlah bahwa emosi duniawi pun masih bisa terjadi dalam lingkungan pelayanan, dikalangan hamba-hamba Tuhan sendiri. Ini adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi, namanya juga sama-sama manusia yang punya banyak kekurangan. Tapi bukan berarti hal itu boleh dianggap lumrah dan dibiarkan saja. Seorang pelayan tentu seharusnya mematuhi tuannya, dan hal yang sama pun seharusnya menjadi pertimbangan dari para pelayan Tuhan.
Tadi pagi saya pergi ke kantor pos untuk mengetahui berapa ongkos pengiriman cd dari tempat saya ke luar negeri sesuai dengan pesanan pelanggan yang hendak membeli beberapa cd di toko saya. Menambahkan 1 cd saja harganya ternyata bisa melompat jauh, meski berat 1 cd tergolong ringan. Semakin banyak cd yang ditambahkan ke timbangan, maka semakin mahal pula ongkos kirimnya. Ketika sedang menimbang, saya pun berpikir. Seandainya masalah dalam hidup kita ini bisa ditimbang beratnya, maka berapa gram atau bahkan kilogram berat masalah yang masing-masing kita sedang hadapi saat ini? Ada orang yang berpikir bahwa dengan lari dari masalah, atau menyembunyikannya, itu bisa memperingan beratnya. Tapi seperti cd yang diletakkan satu persatu di atas timbangan, biar bagaimana anda menyembunyikannya, beratnya tentu akan bertambah. Lari dari masalah cenderung dilakukan banyak orang. Mereka mengira bahwa itu bisa menjadi solusi cepat dan mudah, akan tetapi sebenarnya itu hanyalah akan menambah beratnya dan akan menjadi semakin "mahal" untuk diselesaikan.
Ada banyak restoran saat ini mengijinkan konsumennya untuk merangkai pesanan mereka sesuai dengan keinginan. Jika dahulu semua tergantung pada menu yang tertulis, saat ini semakin banyak yang memberikan kebebasan bagi konsumen dalam meracik pesanannya seperti yang mereka mau. Penyedia pizza misalnya, banyak diantara mereka yang membebaskan konsumen dalam memilih apa saja yang mereka inginkan untuk dibubuhi di atas pizza. Atau yoghurt yang juga memperbolehkan kita dalam memilih topping. Create your own food, create your own taste, or even create your own flavor. Ini merupakan sebuah strategi jitu untuk menjaring konsumen, karena mereka bias memperoleh sesuatu yang tepat sesuai dengan selera. Itu mungkin baik untuk bisnis, tapi sadarkah kita bahwa terkadang kita pun melakukan hal yang sama dalam memandang Tuhan? Jangan-jangan kelak akan ada istilah create your own God. Apa yang saya maksudkan adalah kecenderungan manusia untuk menempatkan Tuhan tidak pada posisi sesungguhnya melainkan hanya disesuaikan dengan apa yang menjadi selera atau keinginan mereka, atau membentuk image Tuhan seenaknya yang disesuaikan dengan kepentingan pribadi menurut pendapat sendiri.
Saya termasuk pengajar yang suka ngobrol dengan siswa-siswi saya. Biasanya itu saya lakukan sebelum atau sesudah jam belajar selesai. Seringkali karenanya saya pulang lebih lama dari jadwal sebenarnya. Mengapa saya senang melakukan hal itu? Karena saya suka bertukar pikiran, juga saya ingin mendengar apa saja keluhan atau kesulitan anak-anak didik saya. Kerap saya menjumpai bahwa kendala bukanlah dari kemampuan mereka baik dalam menerima pelajaran maupun mengerjakan, tetapi faktor-faktor eksternal lah yang sering menjadi penghambat. Seni berbicara itu penting dalam mengajar, tetapi seni mendengar pun tidaklah boleh diabaikan atau dikesampingkan. Masing-masing orang pasti berbeda masalahnya, dan saya harus meluangkan waktu mendengar mereka satu persatu jika saya mau melihat mereka memperoleh hasil yang terbaik. Saya membebaskan mereka bercerita atau bertanya tentang apapun diluar pelajaran, dan berusaha memberi masukan, setidaknya saya melatih diri menjadi seorang pendengar yang baik. Lalu sesampainya di rumah, saya pun harus menyediakan waktu untuk mendengar istri saya. Bagi saya itu adalah hal yang sangat penting atau bahkan boleh dikatakan sebuah keharusan. Saya tidak akan bisa menjadi suami/kepala rumah tangga yang baik jika saya tidak menyempatkan diri untuk mendengar istri saya. Mungkin ada masalah, mungkin bertanya ini itu, atau mungkin cuma menyempatkan diri ngobrol santai walaupun sebentar. Hubungan akan sulit terjalin apabila hanya berjalan satu arah saja. Karena itulah, apakah saya sedang lelah, kondisi tidak fit atau sedang santai, saya akan selalu berusaha meluangkan waktu untuk mendengarkannya.
Seorang teman saya pernah bercerita bahwa sahabatnya kecewa ketika memeriksakan istrinya yang hamil dan mengetahui bahwa anak yang dikandung ternyata berjenis kelamin wanita. Menurutnya anak perempuan itu tidak berharga. "Tidak bisa membawa nama keturunan dan lebih repot mengurusnya.." demikian katanya seperti yang dikutip teman saya itu. Dalam adat istiadat di beberapa suku bangsa mungkin memang seperti itu, demikian pula dalam beberapa kepercayaan. Status wanita seringkali dianggap lebih rendah dari pria. Hak-hak mereka terbatas, mereka berada dibawah kontrol suami sepenuhnya dan tidak lebih dari dayang-dayang atau bahkan robot yang bisa dikendalikan seenak hati. Ada seorang teman lainnya yang bercerita bahwa ia merasa bosan dengan kehidupannya setelah menikah. "Saya dilarang keluar sendiri, keluar bersama teman-teman bahkan sesama wanita sekalipun. Saya harus selalu di rumah, tidak boleh memakai internet, dan kalau mau keluar harus selalu bersamanya. Kalau tahu seperti ini, saya tidak mau menikah." katanya dengan sedih. Ia termasuk orang yang langsung menikah tanpa pernah saling mengenal satu sama lain sebelumnya, seperti yang dipercaya oleh sebagian kelompok masyarakat. Ketika saya bertanya mengapa ia setuju untuk menikah, ia pun menjawab, "karena saya wanita dan saya tidak punya hak untuk menolak.." Saya tersentak dan berpikir, serendah itukah wanita di mata mereka? Bukankah wanita pun diciptakan oleh Tuhan secara istimewa sama seperti pria? Jika ya, tidakkah wanita pun punya hak-hak mereka sendiri setidaknya sebagai sesama manusia? Dalam kekristenan, wanita bukanlah dipandang sebagai "warga" atau "manusia" kelas dua yang posisinya rendah dan boleh direndahkan. Saya sendiri tidak pernah melarang istri saya untuk pergi bersama teman-teman atau keluarganya. Bagi saya, pernikahan bukanlah sesuatu yang membuat saya punya hak mengurung istri saya dalam sangkar dan menguasai mutlak hidupnya. Tidak, dan tidak akan pernah. Nyatanya kehidupan pernikahan saya bisa tetap indah dan harmonis, atau bahkan lebih baik dari hari ke hari.
Di dunia musik ada sebuah genre yang terbilang baru yang disebut dengan ambient. Jenis ini biasanya tidak dinyanyikan atau dihafalkan liriknya karena sering dipakai sebagai background untuk mengisi suasana bersantai atau menemani beraktivitas. Lagu-lagu jenis ambient ini banyak yang bagus-bagus, merdu dan enak untuk didengar, bahkan bisa membuat suasana menjadi jauh lebih rileks atau menyenangkan. Biasanya tipe ini tidak bertumpu pada kekuatan lirik atau juga melodi. Sering memakai perulangan-perulangan, tetapi yang pasti enak didengar dan sangat pas untuk menemani kita dalam melakukan sesuatu.
Seringkali sebagai jemaat kita bersikap manja dan mementingkan diri sendiri, lalu mengeksploitasi gembala kita secara berlebihan. Kita akan menyibukkan mereka disaat kita butuh bantuan atau nasihat tanpa mempedulikan kesibukan atau keadaan mereka. Begitu banyak yang harus dilayani, bahkan hal-hal yang kecil pun dibebankan kepada mereka. Jika mereka belum punya cukup waktu? Jemaat seringkali menuduh mereka sombong, pilih kasih atau tuduhan-tuduhan lainnya. Banyak jemaat yang malas berdoa sendiri dan kemudian meminta pemimpinnya untuk melakukan itu bagi mereka. Mereka ingin didoakan, tapi mereka tidak pernah terpikir untuk mendoakan gembala, para pengerja atau pemimpin mereka. Betapa tidak adil jika ini yang kita lakukan. Firman Tuhan mengingatkan kita agar mau saling mendoakan satu sama lain, tetapi tidak banyak orang yang mengingat hal ini apalagi mau melakukannya. Sudah habis-habisan meluangkan waktu, masih saja dituduh macam-macam. Jika anda menjadi mereka, apa yang akan anda rasakan?
Sebuah kelompok teatrikal setara Broadway beberapa waktu lalu membuka audisi untuk mencari bakat-bakat baru yang berminat untuk bergabung dengan mereka. Bakat saja tidak cukup membuat mereka berminat untuk mengikuti audisi, karena minat ata keinginan untuk turut serta ambil bagian pun merupakan faktor pendorong yang penting untuk mengikuti audisi. Kriteria-kriteria lainnya pun dilampirkan seperti halnya audisi lainnya. Jika ada salah satu dari kriteria ini tidak terpenuhi, maka sang pelamar tidak akan bisa lulus melewati seleksi. Dalam banyak hal dalam hidup ini kita akan berhadapan dengan berbagai kriteria, mulai dari melamar pekerjaan sampai mencari pasangan. Kriteria bisa berbeda-beda tergantung kebutuhan, dan hanya orang yang tepat sesuai kriteria lah yang akan berhasil melewati tahap seleksi dan terpilih.