===================
"tetapi orang tidak bertanya: Di mana Allah, yang membuat aku, dan yang memberi nyanyian pujian di waktu malam"
Bekerja sebagai wartawan musik sungguh menyenangkan bagi saya. Musik adalah sebuah bagian dari seni yang tidak pernah statis, selalu berkembang dan sangat progresif. Setiap saat ada jenis musik baru yang akan selalu menghibur diri kita. Tuhan memang benar-benar Seniman yang Agung. Saya tidak bisa membayangkan seandainya Tuhan tidak menciptakan musik untuk kita nikmati. Memang manusia yang bermain musik, menyanyi dan terus mengembangkan musik secara progresif, tetapi bukankah semua itu pun Tuhan yang menyediakan? Musik sudah menjadi bagian hidup saya sejak lahir, dan musik tidak pernah gagal menghibur hati saya. Saya yakin teman-teman pun beranggapan demikian. Tetapi ingatlah bahwa nyanyian bukan hanya untuk kita nikmati saja, tetapi alangkah baiknya jika dipakai pula sebagai sarana pujian dan penyembahan untuk Tuhan. Seringkali kita hanya fokus kepada permasalahan yang terjadi ketimbang menyadari kasih setia Tuhan yang senantiasa menyertai kita. Hidup tidaklah mudah. Terkadang dalam perjalanan hidup kita akan bertemu dengan saat-saat dimana kita merasa bahwa hidup ini tidaklah selalu berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan. Ada saat senang, ada pula saat susah, bahkan terkadang kita harus berjalan dalam kegelapan. Tetapi ingatlah bahwa di saat seperti itupun kita tetap berjalan dengan penyertaan Tuhan, tidak akan pernah sendiri. Firman Tuhan berkata "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4).
Saya menulis renungan ini pada malam hari ditemani oleh lagu-lagu pujian. Sudah beberapa hari terakhir ini saya tertimbun banyak pekerjaan. Saya merasa sangat lelah, lemas dan mengantuk, sementara masih ada pekerjaan yang harus saya selesaikan disamping menulis renungan ini. Tetapi Puji Tuhan Dia telah menciptakan musik dan telah memberkati saya dengan suara. Sambil menulis saya menyanyi kecil, dan nyata benar Tuhan memberikan kekuatan agar saya bisa menyelesaikan tugas demi tugas, dan yang pasti Tuhan pun memberikan rasa sukacita disamping kelegaan dan kekuatan yang hadir lewat puji-pujian yang saya panjatkan untuk Tuhan.
Lewat kitab Ayub kita bisa melihat betapa seringnya manusia hanya fokus kepada masalahnya dan melupakan Tuhan. "Orang menjerit oleh karena banyaknya penindasan, berteriak minta tolong oleh karena kekerasan orang-orang yang berkuasa" kata Ayub (Ayub 35:9), "tetapi orang tidak bertanya: Di mana Allah, yang membuat aku, dan yang memberi nyanyian pujian di waktu malam.." (ay 10). Itu sungguh benar. Mengapa kita hanya berteriak dalam kesesakan tetapi lupa untuk memuji penyertaan Tuhan yang tidak pernah hilang dari hidup kita? Pemazmur tahu betul akan hal itu, ia berkata "TUHAN memerintahkan kasih setia-Nya pada siang hari, dan pada malam hari aku menyanyikan nyanyian, suatu doa kepada Allah kehidupanku." (Mazmur 42:9). Sepanjang kita melakukan berbagai aktivitas di siang hari Tuhan dengan setia terus bersama kita, tidakkah indah apabila pada malam hari sebelum kita beristirahat kita pun memanjatkan nyanyian-nyanyian pujian dan penyembahan kepadaNya?
Ada kuasa dalam puji-pujian. Kita sering melupakan hal itu. Lihatlah bagaimana tembok Yerikho runtuh di hari ke tujuh setelah dikelilingi berhari-hari. Apa yang membuat tembok itu runtuh pada akhirnya? Selain memang Allah sendiri yang telah menjanjikan, "Berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: "Ketahuilah, Aku serahkan ke tanganmu Yerikho ini beserta rajanya dan pahlawan-pahlawannya yang gagah perkasa." (Yosua 6:2), tapi lihatlah bahwa pujian dan sorak sorai bagi Tuhan membuat tembok itu akhirnya runtuh. "Lalu bersoraklah bangsa itu, sedang sangkakala ditiup; segera sesudah bangsa itu mendengar bunyi sangkakala, bersoraklah mereka dengan sorak yang nyaring. Maka runtuhlah tembok itu, lalu mereka memanjat masuk ke dalam kota, masing-masing langsung ke depan, dan merebut kota itu." (ay 20). Dalam kisah lain, kita tahu bagaimana Gideon dengan prajurit berjumlah hanya 300 orang mampu menaklukkan musuh tak terhitung banyaknya, seperti belalang dan pasir di tepi laut, lewat puji-pujian dan gemuruh suara sangkakala seperti yang bisa kita baca dalam Hakim Hakim 7. Ingat pula apa yang terjadi ketika Paulus dan Silas yang tengah terpasung di dalam penjara memutuskan untuk tidak meratapi diri melainkan berdoa dan memanjatkan puji-pujian kepada Tuhan. "Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka." (Kisah Para Rasul 16:25). Apa yang terjadi kemudian? Alkitab mencatat hadirnya gempa menyelamatkan mereka (ay 26). Bukan itu saja, tetapi keputusan mereka pun membawa pertobatan orang lain. (ay 30-33). Lihatlah bagaimana besarnya kuasa di balik puji-pujian, dan itu semua bisa terjadi karena ada Tuhan yang bertahta/bersemayam di atas puji-pujian. (Mazmur 22:4).
Setelah lelah bekerja sepanjang hari, masihkah kita menyadari bahwa Tuhan sebenarnya tidak pernah absen menyertai kita? Sudahkah kita memuji Dia malam ini? Ingatlah bahwa ada kuasa di balik puji-pujian. Bukan saja kita memuliakan dan menyenangkan hati Tuhan lewat puji-pujian tulus dari hati kita, tetapi kita pun akan diberi kelegaan, kekuatan, semangat dan sukacita baru untuk terus melangkah melewati hari demi hari yang sulit. Malam ini marilah kita panjatkan pujian dan penyembahan dengan sepenuh hati kepadaNya. Let's sing together!
Jangan lupakan kebaikan dan kasih setiaNya, let's praise the Lord tonight
Anda kenal Ismail Marzuki? Beliau adalah seorang komposer legendaris Indonesia yang sudah menelurkan banyak karya emas. Lagu Sabda Alam dan Payung Fantasi misalnya sudah begitu kita kenal, padahal lagu itu diciptakan lebih dari setengah abad yang silam. Ismail Marzuki meninggal dunia di usia yang masih relatif muda, 44 tahun pada tahun 1958. Saya tidak pernah bertemu dengannya, tapi lewat beberapa sesepuh musik yang masih hidup saya bisa mendapatkan gambaran seperti apa sosok Ismail Marzuki di masa hidupnya. Dalam sebuah bincang-bincang dengan salah seorang mantan penyanyi yang sudah lanjut usia saya bisa mendapatkan gambaran dari sosok legendaris ini. "Dia orangnya baik dan sangat ramah. Orangnya bertubuh kecil dan waktu bertemu dengan saya dia sudah mulai sakit-sakitan." Itu kutipan dari apa yang ada dalam kenangan sang penyanyi tentang Ismail Marzuki. Hidup kita memanglah singkat, namun kenangan yang kita wariskan akan hidup selamanya. Seperti apa kita dikenang orang akan terbentuk dari sikap dan cara hidup kita, keputusan-keputusan yang kita ambil, karya-karya yang kita hasilkan dan seberapa besar kita memberi dampak kepada hidup orang lain.
Betapa seringnya kita mendengar orang yang menjadi rusak karena pergaulan yang salah. Mungkin kita pun pernah mengalaminya. Tadinya orang itu hidup baik, namun ketika masuk ke dalam lingkungan pergaulan yang salah mereka terjerumus ikut-ikutan masuk ke dalam dosa. Awalnya mungkin bisa berkata tidak, namun lambat laun apa yang kita ketahui sebagai dosa itu akan mulai terlihat biasa-biasa saja, no big deal, dan kita pun mulai memberi toleransi untuk itu. Maka orang yang baik bisa berubah menjadi sosok baru yang tidak lagi peka terhadap dosa. Hal seperti ini sering terjadi dalam hidup kita. Hidup di dunia yang penuh dengan keinginan-keinginan daging yang dikejar oleh orang-orang yang tidak takut akan Tuhan tidaklah mudah. Mereka ada di sekitar kita, terus menawarkan sesuatu yang sepintas terlihat menyenangkan, nikmat dan indah, namun ada banyak kejahatan di mata Tuhan yang mengintip di baliknya. Jika tidak mawas diri maka kita pun bisa terjerumus ke dalamnya, lalu lupa akibat atau konsekuensi yang harus kita tanggung ketika dosa-dosa itu menguasai kita.
Seorang siswa saya kemarin menceritakan sebuah pengalamannya yang unik. Ia sedang berjalan kaki di sebuah trotoar jalan. Sayup-sayup ia mendengar suara tangisan anak bayi, yang katanya jelas terdengar seperti tangisan bayi yang baru lahir. Ketika ia mencari sumber suara, tampaklah olehnya seorang bayi kecil yang hanya dibungkus koran, terletak sendirian di belakang semak-semak. Tidak lama kemudian sang ibu yang ternyata seorang pengemis datang kesana. Anaknya baru lahir dua bulan, dan ia pun masih terlihat sangat pucat. Siswa saya lalu tergerak oleh rasa belas kasihan dan kemudian memberi seluruh uang di kantongnya, sejumlah Rp 150.000 yang seharusnya dia pakai untuk membayar tes penyaringan masuk di sebuah universitas. Akibat membantu si ibu, ia harus melupakan tes itu, dan ia pun harus berjalan kaki untuk masuk ke kelas dimana saya mengajar. "Capai pak, dan sayang memang harus gagal mengikuti tes, tapi saya merasa sangat lega.." katanya sambil tersenyum. Ia bercerita bahwa si ibu mengucapkan terima kasih sambil menangis terisak-isak. Si ibu dan anak bayi ini hanyalah satu dari ribuan kasus yang sehari-hari terjadi di sekitar kita. Semakin sulitnya kehidupan di muka bumi ini membuat kita semakin mudah menemukan orang-orang yang tengah dihimpit beban hidup dalam berbagai rupa. Siswa saya memilih untuk melakukan perbuatan baik, tetapi ada banyak orang lain yang tidak mau ambil pusing dalam situasi seperti ini.
Hari ini saya berkunjung ke rumah seorang sahabat yang sudah lama tidak bertemu. Anaknya sudah besar sekarang, berumur sekitar 7 tahun. Saya tidak tahu apa ia masih mengingat saya atau tidak, tetapi ia langsung menyambut di depan pintu dan bercerita tentang mainan barunya. Sungguh anak yang ramah dan pintar. Saya masih ingat ketika saya datang ke rumah sakit bersalin dan melihatnya saat baru dilahirkan. Sekarang ia sudah tumbuh menjadi anak yang lincah dan bijak. Saya senang melihat sahabat saya dan istrinya ternyata mendidik si anak dengan baik, sehingga ia tumbuh baik seperti ini. Kenyataannya ada banyak orang tua yang tidak menyadari pentingnya mendidik anak. Sejak kecil anak diserahkan kepada pembantu atau orang lain, dan seringkali anak-anak yang tidak berdosa ini malah dianggap sebagai hal yang mengganggu kenyamanan. Ada pula yang bertindak semena-mena kepada anaknya. Salah seorang sepupu saya dididik lebih keras dari militer sejak balita. Tidak jarang ia dipukul, ditampar dan sebagainya apabila berbuat salah. Semakin hari semakin banyak orang tua yang tidak lagi menghargai kehadiran anak dalam hidup mereka. Karena itulah saya selalu senang ketika melihat sebuah keluarga yang bahagia dengan anak yang terawat dan terurus dengan baik, seperti keluarga sahabat saya itu.
Kita bisa sekolah setinggi mungkin, tetapi seringkali faktor penyebab berhasil tidaknya kita sebagai seseorang akan sangat tergantung dari keluarga. Ada beberapa teman saya yang sulit menemukan kepercayaan dirinya karena sering direndahkan, diejek dan dihina oleh saudara-saudara kandungnya sendiri semasa kecil. Ada kalanya orang tua pun mengeluarkan kata-kata yang tidak membangun sehingga si anak tumbuh menjadi pribadi yang tertutup dengan kepercayaan diri sangat minim. Akibatnya mereka sulit untuk tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan berani ketika dewasa. Suasana di dalam keluarga sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan mental seseorang. Dan saya pun melihat langsung hasilnya melalui beberapa teman saya yang pernah mengalami hinaan atau direndahkan selama masa bertumbuh mereka. Mereka bersekolah tinggi, bahkan ada yang menimba ilmu di luar negeri, tetapi secara mental mereka lemah. Mereka tidak percaya diri, cenderung menutup diri dan sangat sulit maju.
Secara tidak sengaja ketika browsing saya melihat gambar yang saya pasang di samping. Ini sebuah gambar dari rombongan pendaki gunung. Disana terlihat seorang pria paruh baya tengah yang tengah digendong oleh pemandunya. Lihatlah betapa ceria wajahnya. Saya sempat tersenyum dan berpikir, ternyata orang tua juga masih senang digendong, bukan hanya anak-anak saja. Begitulah kenyataannya, perasaan butuh dikasihi bukan hanya didominasi oleh anak-anak, tetapi setiap manusia sampai kapanpun membutuhkan itu.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya. Kita sudah sangat mengenal kalimat ini, tetapi sedikit dari kita yang mau melakukannya. Tanyakan kepada anak-anak sekolah, maka pelajaran sejarah akan menjadi salah satu pelajaran yang dianggap membosankan. Semakin lama generasi muda semakin tidak mengenal pahlawannya lagi. Padahal tanpa perjuangan dan pengorbanan mereka kita tidak akan bisa menikmati alam kemerdekaan seperti sekarang. Tapi itulah manusia dengan sifat lupanya. Jangankan pahlawan nasional, kita pun sering melawan orang tua sedemikian rupa, menghancurkan perasaan mereka padahal mereka sudah melakukan segalanya agar kita bisa mendapatkan pelajaran dan kehidupan yang layak hingga kita bisa menjadi siapa diri kita sekarang. Seorang murid saya baru saja melakukannya. Ia memberontak dan lari dari rumah dengan mengemas barang-barangnya. Setelah panjang lebar saya nasihati, akhirnya ia pun mau kembali ke rumah dan meminta maaf kepada orang tuanya.
Bagi yang memiliki Windows original tentu akan sering berhadapan dengan pesan yang muncul untuk melakukan update pada waktu-waktu tertentu. Ada saja bugs dan celah-celah yang masih harus diatasi sehingga peng-update-an harus dilakukan secara kontinu untuk menutupi berbagai kelemahan yang ditemukan. Anti virus di komputer pun demikian. Malah pesan update akan muncul hampir setiap hari. Kita harus terus mengupdate anti virus kita agar tetap optimal dalam menangkis serangan-serangan virus di internet yang terus saja berkembang setiap saat. Jika tidak, maka komputer kita akan sangat rentan terkena serangan dari berbagai macam virus. Versi-versi terbaru dari berbagai software terus bermunculan dengan satu tujuan: agar mampu memberikan fitur, fasilitas atau kemampuan yang lebih lagi. Saya mulai mempergunakan Photoshop sebagai perangkat pengolah gambar sejak masih versi 5. Dan saat ini Photoshop terbaru adalah CS 5 dengan kemampuan yang tentu sudah jauh lebih dari versi-versi sebelumnya.
Beberapa waktu yang lalu sebuah acara mengenai pabrik kopi yang sudah berusia sangat tua tampil di televisi. Saya melihat bagaimana citarasa kopi yang begitu spesial itu diproses sejak awal. Ternyata fungsi matahari sangatlah penting. Kopi itu dijemur selama beberapa hari di bawah terik matahari, dan menurut mereka cahaya matahari itu tidak bisa tergantikan dengan oven atau alat pemanas lainnya, karena bisa menjaga keharuman kopi dengan baik. Matahari diciptakan Tuhan sejak awal sekali dan itu bisa kita baca dalam awal kitab Kejadian. Tanpa cahaya matahari kita tidak akan mendapatkan terang. Dunia akan gelap gulita dan kehidupan pun tidak akan berjalan. Tidak ada tanaman yang bisa tumbuh, tidak ada hewan yang bisa bertahan hidup, tidak juga kita manusia. Namun dari waktu ke waktu ternyata kita terus mendapatkan manfaat lain dari matahari yang telah diciptakan Tuhan sejak awal. Orang-orang di jaman purbakala tahu bahwa mereka bisa membuat nyala api dari sinar matahari. Menjemur baju hingga kering, itu perlu sinar matahari. Fungsi matahari terus berkembang seiring perkembangan jaman. Dari waktu ke waktu kita melihat manfaat-manfaat lain dari ciptaan Tuhan yang satu ini. Hari ini kita melihat bagaimana tenaga surya mampu melakukan banyak hal. Mobil pun sebentar lagi tampaknya akan mampu digerakkan oleh tenaga surya. Bahkan sebuah kopi pun akan mampu terjaga citarasanya jika melewati proses dengan dibantu oleh sinar matahari. Entah apa lagi yang akan kita dapat dari manfaat sinar matahari di masa depan. Semua itu adalah misteri yang tidak ada habisnya.
Pernahkah anda mendengar istilah "domino effect"? Istilah ini muncul dengan analogi susunan kartu domino dalam sebuah alur teratur dengan jarak dekat seperti gambar di samping. Ketika domino terdepan dijatuhkan, maka kartu-kartu di belakangnya pun akan jatuh secara berurutan sampai habis. Istilah domino effect pun kemudian dikenal untuk menggambarkan serangkaian peristiwa yang berhubungan, dimana kejatuhan satu elemen akan menyebabkan jatuhnya elemen berikutnya yang terdekat, dan seterusnya sehingga seluruh alur akan jatuh pula. Dalam hidup kita efek domino biasanya sering terjadi baik kita sadari atau tidak. Ambil satu keputusan yang salah, maka keputusan salah berikutnya akan hadir sebagai akibat dari keputusan awal kita, demikian seterusnya sehingga bagai kartu domino, kita bisa hancur berantakan, dan semua bermula dari pengambilan satu keputusan awal yang salah. Sebaliknya seringkali satu keputusan benar biasanya akan melahirkan keputusan-keputusan yang benar. It's like a chain reaction.
Saya mempunyai sebuah kolam kecil di taman. Menyenangkan sekali melihat ikan-ikan hias dengan berbagai warna indah berenang kesana kemari. Karena kolamnya kecil, ikan yang saya isi di sana pun rata-rata berukuran kecil pula. Ada beberapa yang berukuran lebih besar, dan ikan-ikan ini akan terlihat sangat besar ketika berada dalam sebuah kolam kecil. Tetapi coba tempatkan di danau besar, maka ikan itu tidak lagi terlihat besar. Big fish in small pond looks small in a large ocean.
Komputer saya hanya memiliki memori yang kecil, hanya 256 Mb. Bisa dibayangkan apa yang terjadi ketika saya harus bekerja membuka begitu banyak aplikasi sekaligus dengan memori seperti ini. Dalam seketika komputer saya bisa menjadi sangat berat. Untuk membuka sesuatu pun menjadi butuh waktu yang sangat lama. Untunglah saya memakai sebuah aplikasi bernama deep freeze yang menyimpan settingan awal ketika diinstal. Artinya, saya tinggal mereboot ulang ketika komputer sudah terlalu berat, maka komputer saya akan kembali kepada situasi awal ketika pertama kali diinstal. Ketika komputer terjangkit virus pun demikian, saya tinggal mereboot ulang maka virusnya pun seperti tidak pernah menjangkiti komputer sama sekali.
Ada banyak "magician" tidak mau disebut sebagai pesulap. Mereka tidak mau dikategorikan seperti seorang yang dianggap hanya pintar mengeluarkan kelinci dari dalam topi. Maka ada banyak sebutan lain saat ini, seperti mentalis, atau ilusionis. Ilusionis mengandalkan tipuan mata untuk membuat sebuah suguhan yang mencengangkan. Mata kita akan seolah-olah melihat sesuatu yang real, padahal semua itu tetaplah trik yang bisa dipelajari oleh siapapun. Itulah yang juga kita kenal dengan sebutan ilusi mata atau visual illusion. Ilusi secara umum tidak hanya berbicara mengenai tipuan mata, tetapi bisa pula hadir dalam bentuk ilusi pikiran atau perasaan. Dan hal seperti ini bisa mengelabui pikiran kita untuk mengenal siapa Tuhan secara benar, hingga akhirnya bisa menghancurkan kita secara rohani, bahkan hingga fatal akibatnya.
Salah satu tokoh kartun yang menarik buat saya pada waktu kecil adalah Paman Gober, atau dalam bahasa Inggrisnya oleh Walt Disney dinamakan Uncle Scrooge. Nama Scrooge sepertinya diambil dari tokoh ciptaan Charles Dickens yang pelitnya minta ampun dalam bukunya A Christmas Carol. Hampir pada setiap kesempatan Paman Gober akan berurusan dengan kecintaannya yang luar biasa kepada gudang uangnya. Dia akan mempertahankannya dengan segala cara meski ancaman pencurian ia hadapi dari musuh-musuhnya. Di sisi lain, harta yang dimilikinya ternyata tidaklah membuat Paman Gober menjadi sosok murah hati. Justru sebaliknya, seperti nama Scrooge karya Charles Dickens, Paman Gober dikenal dengan kepelitannya yang luar biasa. Kita mungkin tertawa melihat tingkah Paman Gober ini, namun dalam kehidupan nyata ternyata ada banyak orang yang sikapnya sangat mirip. Uang, harta kekayaan, aset-aset mewah, semua itu menjadi sesuatu yang paling penting buat mereka. Dan tingkat kepuasan terhadap harta pun biasanya relatif. Artinya manusia akan cenderung tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya saat ini. Terus memburu harta, terus menimbunnya, lalu hidup stres karena selalu takut hartanya hilang atau musnah akibat berbagai hal. Bukannya bahagia, namun sebaliknya justru sulit tidur dan selalu ketakutan.
Kita tentu mengenal tokoh bernama Pinokio, sebuah boneka kayu yang kemudian menjadi hidup. Tokoh yang berasal dari cerita Italia yang sempat direka Walt Disney ke dalam film kartun yang klasik ini sangat terkenal dengan hidungnya yang akan memanjang apabila ia berbohong. Ada banyak orang tua yang mengajarkan anaknya untuk tidak berbohong dengan memakai kisah Pinokio ini, termasuk saya waktu kecil. Ketika itu saya percaya bahwa apabila saya berbohong maka hidung saya akan bertambah panjang. Lewat Pinokiolah saya belajar untuk tidak berbohong, dan itu baik. Manusia memang selalu cenderung untuk berbohong ketika melakukan sebuah kesalahan atau ketika terdesak. Lihatlah anak-anak kecil pun sudah pintar berbohong, padahal orang tua mereka tidak pernah mengajarkan demikian. Hingga dewasa kita akan terus hidup dalam satu kebohongan kepada kebohongan yang lain. Dalih seperti berbohong demi kebaikan atau dalam bahasa Inggris biasanya disebut "white lies" sering dipakai sebagai alasan membenarkan sebuah kebohongan. Atau ada pula yang berkata bahwa mereka terpaksa berbohong demi menjaga keutuhan sebuah hubungan, tidak ingin menyinggung dan sebagainya. Benarkah ada kondisi-kondisi tertentu yang memperbolehkan kita untuk berbohong? Tidak. Kebohongan dalam bentuk dan alasan apapun tidak akan pernah benar di mata Tuhan.